”Hah? Kau bercanda!” Pekik Ryan.
”Aku serius,” Sahut Will dingin.
Bagai melihat hantu di malam hari, Ryan tercengang dengan mata yang melotot lebar bahkan hampir melompat dari tempatnya.
”Will, aku tidak suka bercanda. Kau tahu, aku tidak mungkin mengizinkanmu menikah. Saat ini kau sedang populer. Dan para wanita yang menggilai dirimu akan kecewa. Tentu saja itu akan berdampak pada popularitasmu. Yang lebih buruk lagi kau tidak lagi mendapat tempat di industri ini. Sekarang berhentilah mengatakan omong kosong dan fokuslah dengan konsermu. Aku tidak ingin ini gagal. Para sponsor juga mengharapkan yang terbaik. Jadi jangan mengecewakan aku dan bos-bos itu.” Sergah Ryan.
Will menarik-narik kerah bajunya, ia merasa gerah dengan ucapan manajernya itu.
”Mengenai konser, aku tidak akan mengecewakanmu. Aku pasti akan memberikan yang terbaik, tetapi aku tida
Padahal jalanan di kota itu tidak sepi. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang juga beberapa pejalan kaki dan kios-kios jajanan.”Sayang, mengapa kau cepat sekali.” Kata pria itu.Ia terlihat mabuk dan berjalan miring-miring. Ia tidak sendirian ada satu pria lagi bersamanya. Mereka berdua menyeringai menatap punggung Hanna yang semakin jauh. Rupanya mereka memiliki pikiran jorok saat melihat kemolekan Hanna.Hanna yang mulai panik, berlari menghindar sambil memeluk dengan erat kantong rotinya. Sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa terletak di jalanan itu. Dari sekian banyaknya jalanan entah mengapa batu itu harus ada di sana. Hanna terjerambab saat kakinya memijak batu itu. Ia terduduk meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya yang terkilir.Dua orang yang mabuk tadi berhasil menyusul Hanna. Mereka terkekeh dengan seringai mesum. Satu pria bo
Will keluar dari mobilnya dan menghampiri Hanna. Ia berjalan percaya diri sambil memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celananya. Dan berbicara dengan lagak pongahnya.”Kau berjalan seperti siput. Aku tidak yakin kau bisa sampai ke rumahmu dengan berjalan seperti itu.”Hanna menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.'Pria ini sangat menyebalkan. Dia kemari hanya untuk mengoceh, yang benar saja.' Gerutu Hanna dalam hati.Sebuah senyuman kecut terbit di bibir Hanna.”Tuan Will Greyson yang sok hebat, kau kembali hanya untuk merecoki aku? Cih! Kau sungguh menyebalkan,” sindir Hanna.Will berdehem beberapa kali, sebenarnya ia merasa gagu sebab ingin menawarkan tumpangan kepada Hanna.”Hmm, tadinya aku ingin menawarkan tumpangan padamu, tetapi kau mengatakan aku pria yang menyebalka
Pria itu bergeming. Terpaku dengan pertanyaan itu atau lebih tepatnya lamaran pernikahan dari Kimberley. Bukankah seharusnya ia yang melamar gadis itu. Dunia sepertinya sudah terbalik. Will bahagia mengetahui fakta bahwa Kimberley juga mencintainya, namun di satu sisi ia juga sedih. Philophobia-nya tidak mungkin bisa diajak berkompromi. Dalam hatinya, Will sudah bertekad untuk sembuh dulu baru menyatakan cinta kepada Kimberley. Ia tahu, tidak mungkin selamanya ia harus menghindari Kimberley. Satu-satunya jalan ia sembuh adalah Hanna. Hanya gadis itu yang bisa membantunya. Ya, ia akan fokus untuk kesembuhannya. Kimberley mungkin akan mengerti. ”Kim, aku tidak bisa. Kau juga sudah tahu aku menderita philophobia, bagaimana mungkin kita bisa menikah. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Bisakah kau menungguku sembuh dulu?” Jawab Will, ia menatap lurus kepada Kimberley. Detak jantung Kimber
Hanna meraih ponsel yang ada di sebelahnya. Ia membuka riwayat panggilannya, mencari nomor ponsel Will. Sejurus kemudian ia menghubungi nomor Will. Cukup lama panggilan itu dijawab, paling tidak ada satu menit.[ ”Wah, kau tidak pernah menghubungi aku. Sepertinya ini sesuatu yang penting, bukan?” Sahut Will dari sambungan itu.”Hmm, mari bertemu besok. Ada yang ingin aku bahas denganmu.””Besok aku sibuk. Kau tahu kan, aku ini seorang superstar yang tampan dan tentu saja jadwal aku padat. Bisakah kau mengatakannya sekarang saja?””Tidak bisa. Baiklah jika kau tidak mau. Padahal tadinya aku ingin menimbang tawaranmu waktu itu. Sepertinya kau tidak berniat lagi, aku senang. Maaf sudah mengganggu waktumu, Tuan sok hebat.””T-tunggu. Besok malam bagaimana?””Setuju.”]
Raut wajah Ryan semakin masam tak sedap dipandang, sedetik kemudian ia berkacak pinggang dan berbicara ketus kepada Will.”Berita apa lagi yang kau maksud? Will, jangan melakukan hal yang gegabah. Beritahu aku, apa rencanamu?”Will menanggapi Ryan dengan datar tanpa ekspresi, ”kau akan mengetahuinya nanti. Ah, sepertinya latihanku sudah selesai. Aku pulang dulu,” pungkasnya.Will segera berlalu, tak lupa ia menyematkan handuk kecil yang sudah ia pakai ke tangan Ryan. Sang manajer hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu, ia tidak akan bisa menang bila berdebat dengan Will Greyson. Kepalanya dipenuhi dengan rasa penasaran juga rasa kesal.Sedangkan Will, ia juga merasa kesal dengan semua gosip buruk tentang dirinya. Ia hanya perlu satu berita yang akan menepis semua gosip miring tentangnya. Entah mengapa hanya Hanna yang ada dalam rencananya. Will segera melajukan mobil
'Si brengsek ini sangat pandai mencari kelemahan. Aish, seharusnya aku diam saja tadi. Aku bahkan tidak bisa mengelak. Tidak, tidak. Dia akan menertawakan aku nanti. Kini hadapi saja si tuan sok hebat ini' gerutu Hanna dalam hati.”Baiklah, aku akan melakukannya. Kau puas? Lagipula aku sudah jenuh dengan semua hal gila ini. Aku melakukan ini karena balas budi,” sahut Hanna dengan tegas.Will tersenyum miring dan menatap Hanna dengan tatapan puas. Akhirnya rubah benar-benar masuk perangkap. Kini permainan dimulai.”Wah, aku terkesan. Jadi, kau menerima tawaranku?”Dengan berat hati Hanna mengiyakan tawaran Will. Pada akhirnya ia menyetujui pernikahan itu. Demi membuktikan dia adalah orang yang tahu balas budi. Sementara Will tersenyum puas, tidak sia-sia dia menyelamatkan gadis itu tempo hari.”Aku akan mempertimbangkannya. Jadi, b
Gedung Concerto Hall, 4.pmLautan para gadis bergemuruh di depan panggung. Ada yang histeris, ada yang bernyanyi tak sedikit juga yang merekam penampilan Will Greyson di atas panggung. Hari ini adalah konsernya yang ketiga. Walaupun gosip-gosip miring tentang dirinya beredar, konsernya tetap berjalan dengan lancar.Saat ini Will baru saja selesai menyanyikan lagu yang bertempo cepat, hanya jeda lima menit, Will sudah duduk di depan sebuah grand piano. Semua lampu dimatikan, kecuali satu lampu sorot yang menyoroti Will sedang bermain piano. Setiap tuts ia mainkan dengan indah dan lagu cinta pun berkumandang di gedung megah itu. Alunan nada dari dentang piano menyatu dengan suara merdunya. Para penonton yang mendengar harmoni indah itu seakan terhipnotis dengan penampilan Will yang memukau.Setelah beberapa jam berlalu, konser itu pun berakhir dengan riuh para penggemar yang puas dengan penampilannya. Di balik backst
”Omong kosong apa itu tadi? Mengapa kau membuat kehebohan seperti itu?” Bentak Ryan sambil memukul-mukul meja yang di depannya.Sedangkan Will, ia duduk sambil berlipat tangan dengan raut wajah yang datar kemudian berkata, ”itu hanyalah berita kecil. Lagipula aku sudah lelah dengan semua ini. Bagaimana pun juga aku tetap akan menikah. Aku tidak perlu persetujuanmu. Ini hidupku, jadi aku bebas mengatur diriku sendiri.”Sedetik kemudian Will bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu. Amarah Ryan sudah menggunung. Ia sudah hilang kendali, umpatan kasar keluar begitu saja dari mulutnya.”Brengsek! Will, kau tidak bisa bertindak sesukamu. Kau melanggar kontrak!” Sergah Ryan.Will menghentikan langkahnya dan menyahut Ryan tanpa menoleh, ”aku akan membayar penalti-nya.”Dengan congkaknya Will berjalan keluar ruangan itu, sed