Share

19. Bukan Malaikat Penyelamat

Padahal jalanan di kota itu tidak sepi. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang juga beberapa pejalan kaki dan kios-kios jajanan. 

”Sayang, mengapa kau cepat sekali.” Kata pria itu.

Ia terlihat mabuk dan berjalan miring-miring. Ia tidak sendirian ada satu pria lagi bersamanya. Mereka berdua menyeringai menatap punggung Hanna yang semakin jauh. Rupanya mereka memiliki pikiran jorok saat melihat kemolekan Hanna. 

Hanna yang mulai panik, berlari menghindar sambil memeluk dengan erat kantong rotinya. Sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa terletak di jalanan itu. Dari sekian banyaknya jalanan entah mengapa batu itu harus ada di sana. Hanna terjerambab saat kakinya memijak batu itu. Ia terduduk meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya yang terkilir. 

Dua orang yang mabuk tadi berhasil menyusul Hanna. Mereka terkekeh dengan seringai mesum. Satu pria bo

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status