Arin sudah bersiap dengan pakaian yang sedikit ia rapikan dengan gosokan. Kedatangannya kemarin ke rumah Pakde Supri membuahkan hasil. Ia akhirnya bisa bekerja di sebuah rumah kosong yang jarang di datangi pemilik rumah, Arin hanya bertugas membersihkan karena seminggu sekali pemilik rumah akan pulang.Arin berpamitan dengan Narsih dan menaiki motor butut pemberian Pakde Supri. Pakde memang lebih berada daripada keluarga Karyo yang lain, tapi ia tidak sombong dan congkak. Buktinya ia mau membantu Arin mencarikan pekerjaan yang tak jauh dari rumah PakDe Supri. Arin bekerja di perumahan Rinjani estate dan ini adalah hari pertamanya bekerja.Dengan berbekal niat yang kuat, ia melajukan perlahan motor keluaran tahun 2000 itu agar sampai tempat tujuan tanpa mogok.Arin langsung masuk kawasan perumahan itu begitu saja karena kemarin Pakde sudah memberikan kunci dan juga informasi pada satpam yang berjaga di sana bahwa Arin akan bekerja di salah satu rumah di kawasan itu. Setelah menunjukan
"Assalamualaikum, Bu." Arin pulang ke rumahnya dengan senang, ia memanggil Narsih dengan keras dan dengan senyum memgembangnya ia mencari Narsih sampai ke kandang bebek milikinya."Oalah, dipanggil malah lagi di belakang. Arin pulang Ibu nggak tahu," ucap Arin."Denger, udah Ibu jawab. Kamu yang nggak denger, tangan Ibu kotor jadi nggak bukain pintu. Bagaimana hari pertama kerja? Seneng?" tanya Narsih."Alhamdulillah, seneng banget, Bu. Ternyata rumah yang Arin kerjain itu milik Mas Kaisar. Ibu inget Kaisar nggak?""Inget, lelaki yang pernah main ke rumah ini 'kan? Kok bisa kebetulan gitu?" Narsih mencuci tangannya di sumur dan mengajak Arin masuk."Ya mana Arin tahu, mungkin Pakde lebih tahu. Dia kan yang kasih kerjaan Arin, tapi nggak ada masalah kok kerja sama Mas Kaisar. Orangnya baik dan nggak banyak bicara, sepertinya dia orang sibuk, Bu. Kerjaannya di kamar khusus, terus dia pulang ke rumah itu setiap weekend.""Apa tuh, weekend?""Liburan, Bu. Biasanya sabtu sama minggu. Kalau
Arin sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan di rumah Kaisar. Jam menunjukan pukul lima sore, tapi Kaisar belum juga pulang membuat Arin gusar. Pasti Ibunya cemas menunggunya belum pulang.Sepuluh menit kemudian akhirnya Kaisar pulang. Dengan menenteng beberapa paper bag, ia segera masuk ke dalam."Assalamualaikum.""Waalaikumsalam, Mas. Sini barangnya biar Arin bawakan," ucap Arin dibalas senyuman Kaisar."Maaf kesorean, tadi ada masalah dikit di percetakan.""Nggak apa, Mas. Ini semua barang yang hendak di packing?" tanya Arin pada paperbag yang ia bawakan tadi."Bukan, itu buat kamu. Kamu ke kamarku, beresin berkas yang ada di atas meja sekalian barang yang ada di dalam nakas bagian bawah. Kamu masukin kardus barangnya, kalau berkas kamu masukin tas kerja saya. Saya mau mandi sebentar, badan sudah lengket rasanya.""Baik, Mas."Arin langsung mengambil kardus di dapur dan menata barang yang ada di lemari milik Kaisar. Arin merasa heran, kenapa semua barang yang lucu dan unik ini m
"Mau berangkat kerja, Nak Arin? Tumben nunggu angkot?" Sapa Bu Umi tetangga satu kampung Arin."Iya, Bu. Motornya di rumah majikan. Ibu Umi mau ke mana, rapi banget?" tanya Arin saat melihat dandan Bu Umi yang fashionable."Mau arisan di rumah Bu RT, eh iya … Ibu tanya boleh?""Tanya apa, Bu?""Emang bener kamu mau bercerai dari suami kamu yang orang kota itu? Kata Bu RT kamu menggugat suamimu itu karena sudah memiliki gebetan baru. Benar?" tanya Bu Umi membuat Arin kaget."Astaghfirullah, Bu. Itu fitnah, saya tidak mungkin melakukan hal hina seperti itu. Saya menggugat Mas Bayu karena memang dia sudah tak bisa lagi menjadi imam yang baik buat saya, daripada saya berumah tangga diliputi dosa mending cerai.""Kan bisa berunding untuk mempertahankan rumah tangga. Nggak eman-eman punya laki tajir kayak Bayu? Kalau saran saya, lebih baik Nak Arin urungkan saja niat bercerai. Bercerai itu dibenci Allah, walau boleh tapi 'kan kalau masih bisa diperbaiki apa salahnya," ungkap Bu Umi berbica
Tak terasa, satu minggu sudah Arin bekerja di rumah Kaisar. Hari ini sengaja ia memilih cuti bekerja sehari untuk menghadiri persidangan. Arin yang ditemani ibunya, datang ke pengadilan. Arin berharap Bayu tak akan datang kali ini agar sidang ini bisa segera diputuskan.Arin menaiki sepeda motornya pelan, hatinya sudah harap harap cemas menunggu jalannya persidangan hari ini. Arin juga meminta Pakde Supri untuk ikut menmaninya nanti di sana.Arin sampai di gedung yang sangat horor ini, gedung yang paling menakutkan bagi Arin. Tak pernah terbayangkan akan bercerai dan mengalami pernikahan yang mengerikan dengan Bayu."Bismillah, Rin. Semoga dimudahkan.""Aamiin, Pakde kok belum datang ya, Bu?" tanya Arin."Coba kamu telpon, mungkin dia sedang di jalan atau masih di rumah." Arin mencoba menelpon Pakde Supri.dsn selang beberapa detik beliau mengangkatnya."Assalamualaikum, Rin.""Waalaikumsalam. Pakde, sudah dimana?""Di Jalan, tapi tiba-tiba mobilnya mogok. Jadi harus dibawa bengkel dul
Hari ini Kaisar datang ke Cilacap, dia sengaja diminta Kenzi buat mengecek hasil laporan keuangan yang lumayan menunjukan hasil signifikan setelah Arin membantunya membuatkan desain dan ide kreatifnya mencetak banyak karya unik milik para konsumen."Arin nggak datang, Ken?" tanya Kaisar pada Kenzi yang sedang rebahan di atas sofa ruang tamu."Nggak, dia izin lagi. Katanya sidang keduanya diagendakan hari ini. Kak, menurut Kakak, kasihan nggak si Arin. Udah muda jadi janda, mana beranak pula," celetuk Kenzi."Hiz, kamu ini sok tahu. Dia bukan anaknya Arin, dia anak tiri Arin. Lebih tepatnya, anaknya si mantan suaminya sama istri pertama.""Oh, berarti Arin ini janda ting tong, alias janda bolong ya?" Kenzi tertawa lepas dan Kaisar melempar bantal sofa ke arah muka Kenzi."Mulutmu itu, Ken. Pasti kamu suka bikin susah Arin ya, kalau kamu lagi di sini?" tanya Kaisar lalu duduk di samping adiknya."Mana ada? Justru Ken itu bantuin dia biar bisa menyalurkan hobinya. Kaka kan tahu, Ken ini
"Bay, kenapa nggak kamu setuju aja sih gugatannya Arin? Kamu ulur-ulur waktu jadi tambah lama nanti," protes Reni saat sedang makan malam bersama anaknya."Nanti, Bu. Bayu lagi kasih Arin pelajaran. Enak saja hidup tenang setelah bikin Agam harus menangis setiap malam, untung sekarang dia jadi pendiam dan nggak banyak ngomong. Jadi Bayu nggak harus pusing bujukin anak itu buat dengerin ucapan ayahnya ini.""Mau kamu tunda sampai kapan?" tanya Reni ketus."Sampai dia mau minta maaf dan mengembalikan semua yang Bayu minta. Jika saja dia wanita mikir, pasti dia lebih baik menjadi istri Bayu daripada harus kerja di luaran sana yang pastinya akan lebih pusing. Secara dia harus menghidupi Ibu dan adiknya, nggak kebayang dia mau kuat berapa lama begini.Lagian pengacara yang Bayu sewa ini, pengacara handal. Jangankan pengembalian uang, penyitaan barang juga bisa ia dapatkan jika semua buktinya kuat.Arin menuduh Bayu selingkuh tanpa bukti, dia juga tak menyewa pengacara. Pasti akan sulit bag
"Bu, Arin kerja di mana sih sebenarnya? Kok berangkatnya pagi pulang malam sekali. Apa sekarang pekerjaanya dobel-dobel?" tanya Umi, tetangga Narish yang hari ini kebetulan bertemu di warung."Di Rinjani, Bu. Kerja jadi asisten rumah tangga. Kalau belum selesai ya belum pulang, memangnya kenapa kalau pergi pagi pulang malam?" tanya Narsih."Nggak kenapa-kenapa, hanya tanya saja. Gajinya besar memang di sana? Kok bisa beli kambing sekaligus dua? Kan baru sebulan, toh?" tanya Umi, tetangganya."Alhamdulillah, gajinya cukup untuk kami makan dan kebutuhan lainnya. Bu Rima, ini berapa semuanya?" tanya Narsih pada pemilik warung."Semua dua puluh dua ribu." Narsih memberikan uang itu lalu segera pamit untuk pulang ke rumah.Narsih segera memasuki rumahnya dan menyiapkan makanan untuk Arin nanti malam. Akhir-akhir ini banyak sekali gunjingan mengenai Arin, anaknya. Sebagai orang tua tunggal pastinya ini sungguh sangat berat, disamping harus pandai menjaga lidah ia juga harus pandai menjaga