Share

Dua Puluh Lima

Lelaki yang terbaring di ruangan itu menarik perhatianku, seseorang dengan sedikit empati seperti Mas Aksa tidak mungkin sangat peduli pada orang lain, kecuali ia adalah keluarga dan orang terdekatnya.

Aku mulai penasaran dan meneliti setiap lekuk wajahnya dari kejauhan, bulu yang tumbuh tidak teratur membuatnya sulit untuk dikenali, tapi kalau dlihat dari bentuk alis dan matanya, mirip seperi seperti milik Mas Aksa.

‘Apa mungkin dia ayah Mas Aksa? Ah! mana mungkin! Ibu bilang ayah sudah pergi jauh.’

‘Sudah pergi jauh bukan berarti meninggal kan?’ hatiku terus saja berbicara sendiri, menerka-nerka sebenarnya siapa lelaki yang ada di hadapanku saat ini hingga Mas Aksa begitu peduli.

'Aku harus coba tanyakan pada Ulfa?' gumamku dalam hati. Segera merogoh kantong celana, eh! bukannya ponselku tidak ada. Aku nepuk jidat.

Lalu, kembali duduk di bangku, menghadap langsung pada ruangan tersebut. Tidak pernah sekali pun aku dalam keadaan beruntung, selalu berakhir mati kutu dan tidak bisa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status