'Harapan?!' tanya Sakra ragu."Benar! Tapi satu-satunya cara, aku harus mengetahui cara membuka kekuatan di batu ini" jawab Pandya bersuara dengan yakin.'Bagaimana kau yakin kekuatan di batu itu bisa mengeluarkan Pil Pembalik di tubuhmu?' tanya Sakra lagi meragukan pemikiran Pandya.Pandya tidak langsung menjawab. Dia mengambil batu Ratnaraj dari kotaknya, kemudian melihatnya lebih seksama dari jarak dekat.Dia menerawang ke dalam batu itu, walaupun tidak ada yang bisa dilihatnya selain warna batu dan cahaya yang mengelilinginya."Apa kau tahu, salah satu bahan utama pil itu adalah batu Ratnaraj ini?" tanya Pandya lirih masih menatap ke arah batu.'Aku pernah mendengarnya, karena memang kandungannya yang unik. Jadi, aku tidak meragukan hal itu, walaupun aku juga tidak tahu dengan pasti kebenarannya!' jawab Sakra sambil ikut mengamati batu itu."Pasti batu ini juga bisa sebagai bahan untuk menawarnya bukan? Itu harapan satu-satunya untukku. Tapi, aku apa kau pernah mendengar jika sese
Seperginya Sakra, Pandya masih terduduk lesu dengan kepala menunduk ke bawah. Saat ini dia merasa jauh lebih kesal, dibandingkan saat dirinya hampir mati waktu itu.Berbeda dengan yang dulu, kini dia memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri. Tapi, dia sendiri tidak tahu harus mulai mencarinya darimana.Bahkan, jika dulu dia mati—tidak ada penyesalan yang dia rasakan. Sedangkan saat ini, dia memiliki banyak sekali orang yang mempercayainya dan harus dia lindungi. Dan hal itu menjadi rasa berat tersendiri, yang lebih besar untuk mati begitu saja."Apa benar tidak ada cara untukku bertahan? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, apakah ini akhir dari usahaku?" tanya Pandya pada angin. kosong dihadapannya.Dia mengembalikan batu Ratnaraj yang sejak tadi di pegang ke dalam kotaknya. Namun, karena tangannya yang saat ini sedang tidak bertenaga, kotak itu tergelincir dari tangannya dan terjatuh dan menghantam lantai batu di ruang pelatihan itu.PRAAAAK!Pandya terkejut untuk beberapa saa
'Bukankah ini jalan pintas murid untuk menjadi pemimpin?!' teriak Sakra antusias."Kau benar! Dengan kekuatan sebesar itu, aku akan bisa menggegerkan seluruh padepokan. Tapi, untuk kekuasaan instan seperti itu pasti tidak akan bertahan lama!" Jelas Pandya mencoba mengatakan pemikirannya.'Lalu,apa yang akan kau lakukan dengan kekuatan itu?!' tanya Sakra penasaran.Pandya tampak berpikir dengan serius. Dahinya berkerut sambil mengamati batu Ratnaraj kembali.Sebenarnya ucapan Sakra tadi sangat menggiurkan bagi Pandya. Apalagi, tujuan utamanya masuk ke akademi adalah untuk menghapusnya aturan yang sewenang-wenang selama ini. Tapi, jika dia bertindak gegabah tanpa mempertimbangkan keadaan setelahnya, pasti akan menjadi bumerang untuk diri sendiri nantinya."Sebenarnya, apa leluhurku pernah mendengar tentang ramalan atau hal semacamnya?" tanya Pandya yang sangat penasaran sejak tadi.'Apa maksudmu?!" Sakra balik bertanya karena bingung dengan pertanyaan Pandya yang tiba-tiba melenceng."S
'Bukankah aku yang seharusnya menanyakan hal itu padamu?! Tapi, tanpa perlu menanyakannya aku yakin kau sudah pasti siap!' jawab Sakra percaya diri."Kau benar! Aku bahkan sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan kekuatan dari batu itu" sahut Pandya bersemangat.Pandya mulai meletakkan telapak tangannya ke atas batu Ratnaraj secara perlahan. Setelah seluruh batu masuk ke dalam genggamannya, dia mulai memusatkan tenaga dalam miliknya dan mengalirkannya ke dalam batu itu.ZHIIING!Cahaya dari batu yang terlihat terang di sekitarnya, kini semakin menyebar hingga seluruh ruang terlihat sangat menyilaukan mata. Pandya berusaha untuk tetap mengatur tenaga dalam miliknya hingga kunci di batu itu terbuka.WHUUUSH!CTAAAK!BRAAAK!Suara energi yang berhembus akibat tekanan besar tenaga dalam yang saling beradu, membuat benda-benda di sekelilingnya terbang secara tidak beraturan. Pandya sendiri cukup khawatir jika sewaktu-waktu ada benda yang datang ke arahnya. Karena saat ini Pandya sedan
Cahaya yang membutakan mata perlahan mulai memudar. Baru saja Pandya merasa lega, tapi dia malah terlihat terkejut dan bingung dibanding sebelumnya.Kini bukan hanya cahaya yang terlihat, tapi seluruh ruang terlihat berwarna putih. Tanpa ada satupun benda atau seseorang yang terlihat."SAKRA!" teriak Pandya sambil mencari keberadaannya yang tidak terlihat.Tidak ada sahutan, dia hanya seorang diri di tempat itu. Bahkan, suaranya hanya menggema dan terpantul kembali.Pandya benar-benar tidak paham dengan kondisi saat ini, dan tempat apa yang kini dilihatnya. Padahal, terakhir yang dia ingat hanyalah cahaya terang yang menyilaukan matanya.Dia berusaha menelusuri tempat itu, walaupun dia tidak tau arah mana yang dia tuju. Semua hanya terlihat putih, hingga sulit membedakan antara depan, belakang maupun atas dan bawah."Sebenarnya tempat apa ini, aku yakin sebelumnya aku masih berada di ruang pelatihan! Tapi, kenapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini?!" teriak Pandya frustasi pa
Dalam keheningan ruang pelatihan, Pandya duduk bersila di salah satu sudut ruangan. Batu Ratnaraj yangcahanyanya hilang setelah kekuatannya sudah diserap, kini dia letakkan di hadapannya.Pandya memejamkan matanya, mengatur nafasnya, dan mulai merasakan aliran kekuatan yang mengalir di dalam dirinya. Pandya bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, hampir luar biasa, mengalir ke dalam dirinya.Dia merasakan panas seperti api yang membara di dalam tubuhnya, mengalir melalui pembuluh darahnya, dan mengisi setiap serat ototnya. Dia tidak lagi hanya merasa kekuatan mengalir di tubuhnya, tetapi sebagai pemilik sejati kekuatan yang begitu luar biasa.Setelah merasakan kekuatannya, Pandya langsung memasang kuda-kuda miliknya dan bersiap untuk melepaskan tenaga dalam dengan kekuatan penuh. Sedangkan Sakra tampak sangat bersemangat, terlihat dari tubuh pedangnya yang bergoyang-goyang kecil saat melihat Pandya yang mulai bersiap dengan kekuatannya.SHIIIIING!Tenaga dalam dengan aura yang penu
TOK TOK TOKPandya langsung mengetuk pintu ruang kerja Akandra setelah tiba. Namun, setelah beberapa kali percobaan, tetap tidak ada sahutan dari arah dalam.Dan setelah yakin jika tidak ada orang di dalam, Pandya berniat meninggalkan tempat itu. Tapi, langkahnya langsung terhenti, saat berpapasan dengan Tuan Agha yang menatapnya dengan tajam."Apa kau mencari Akandra? Jika benar, kau bisa menemuinya di gubuk kecil di hutan gunung belakang akademi. Dia sering menghabiskan waktu di tempat itu." Agha langsung memberitahu tanpa menunggu jawaban Pandya."Terimakasih atas informasinya Tuan Agha," ucap Pandya sambil menundukkan kepala."Lebih baik kau cepat, sebelum aku berubah pikiran dan memberitahu penjaga kau berkeliaran tengah malam seperti ini!" sahut Agha dengan suara tegas.Setelah membungkukkan badan, Pandya langsung meninggalkan tempat itu dengan ilmu meringankan tubuh miliknya. Dia langsung menuju gerbang belakang akademi untuk masuk ke dalam hutan.Pandya menggunakan seluruh in
Paginya, seperti biasa, Pandya ikut sarapan di area dapur bersama murid-murid lain. Dia mendapatkan tatapan khawatir dari para pengikutnya, saat melihat wajah Pandya yang tampak kelelahan. Walaupun, mereka semua tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Pandya semalaman.Pandya hanya tersenyum menanggapi tatapan khawatir itu, walaupun dia tahu hal itu tidak akan membuat para pengikutnya tenang. Namun, Pandya mencoba untuk bersikap seperti biasanya.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, semua murid tampak menunggu makanan dihidangkan sembari tersenyum dan berbicara dengan antusias dengan teman di sebelahnya. Namun, tatapannya terhenti saat melihat Prama yang duduk berseberangan dan cukup jauh dengan Pandya. Pandya menyadari jika tatapan Prama sedang mengarah tajam padanya, seperti menunggu dengan gelisah dan sedikit kesal."Sial, pilnya sama sekali belum bereaksi terhadap Pandya," dengus Prama di dalam hati kesal, melihat Prama dalam keadaan baik-baik saja. "Ada apa Pangeran? Kenapa P