'Bukankah aku yang seharusnya menanyakan hal itu padamu?! Tapi, tanpa perlu menanyakannya aku yakin kau sudah pasti siap!' jawab Sakra percaya diri."Kau benar! Aku bahkan sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan kekuatan dari batu itu" sahut Pandya bersemangat.Pandya mulai meletakkan telapak tangannya ke atas batu Ratnaraj secara perlahan. Setelah seluruh batu masuk ke dalam genggamannya, dia mulai memusatkan tenaga dalam miliknya dan mengalirkannya ke dalam batu itu.ZHIIING!Cahaya dari batu yang terlihat terang di sekitarnya, kini semakin menyebar hingga seluruh ruang terlihat sangat menyilaukan mata. Pandya berusaha untuk tetap mengatur tenaga dalam miliknya hingga kunci di batu itu terbuka.WHUUUSH!CTAAAK!BRAAAK!Suara energi yang berhembus akibat tekanan besar tenaga dalam yang saling beradu, membuat benda-benda di sekelilingnya terbang secara tidak beraturan. Pandya sendiri cukup khawatir jika sewaktu-waktu ada benda yang datang ke arahnya. Karena saat ini Pandya sedan
Cahaya yang membutakan mata perlahan mulai memudar. Baru saja Pandya merasa lega, tapi dia malah terlihat terkejut dan bingung dibanding sebelumnya.Kini bukan hanya cahaya yang terlihat, tapi seluruh ruang terlihat berwarna putih. Tanpa ada satupun benda atau seseorang yang terlihat."SAKRA!" teriak Pandya sambil mencari keberadaannya yang tidak terlihat.Tidak ada sahutan, dia hanya seorang diri di tempat itu. Bahkan, suaranya hanya menggema dan terpantul kembali.Pandya benar-benar tidak paham dengan kondisi saat ini, dan tempat apa yang kini dilihatnya. Padahal, terakhir yang dia ingat hanyalah cahaya terang yang menyilaukan matanya.Dia berusaha menelusuri tempat itu, walaupun dia tidak tau arah mana yang dia tuju. Semua hanya terlihat putih, hingga sulit membedakan antara depan, belakang maupun atas dan bawah."Sebenarnya tempat apa ini, aku yakin sebelumnya aku masih berada di ruang pelatihan! Tapi, kenapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini?!" teriak Pandya frustasi pa
Dalam keheningan ruang pelatihan, Pandya duduk bersila di salah satu sudut ruangan. Batu Ratnaraj yangcahanyanya hilang setelah kekuatannya sudah diserap, kini dia letakkan di hadapannya.Pandya memejamkan matanya, mengatur nafasnya, dan mulai merasakan aliran kekuatan yang mengalir di dalam dirinya. Pandya bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, hampir luar biasa, mengalir ke dalam dirinya.Dia merasakan panas seperti api yang membara di dalam tubuhnya, mengalir melalui pembuluh darahnya, dan mengisi setiap serat ototnya. Dia tidak lagi hanya merasa kekuatan mengalir di tubuhnya, tetapi sebagai pemilik sejati kekuatan yang begitu luar biasa.Setelah merasakan kekuatannya, Pandya langsung memasang kuda-kuda miliknya dan bersiap untuk melepaskan tenaga dalam dengan kekuatan penuh. Sedangkan Sakra tampak sangat bersemangat, terlihat dari tubuh pedangnya yang bergoyang-goyang kecil saat melihat Pandya yang mulai bersiap dengan kekuatannya.SHIIIIING!Tenaga dalam dengan aura yang penu
TOK TOK TOKPandya langsung mengetuk pintu ruang kerja Akandra setelah tiba. Namun, setelah beberapa kali percobaan, tetap tidak ada sahutan dari arah dalam.Dan setelah yakin jika tidak ada orang di dalam, Pandya berniat meninggalkan tempat itu. Tapi, langkahnya langsung terhenti, saat berpapasan dengan Tuan Agha yang menatapnya dengan tajam."Apa kau mencari Akandra? Jika benar, kau bisa menemuinya di gubuk kecil di hutan gunung belakang akademi. Dia sering menghabiskan waktu di tempat itu." Agha langsung memberitahu tanpa menunggu jawaban Pandya."Terimakasih atas informasinya Tuan Agha," ucap Pandya sambil menundukkan kepala."Lebih baik kau cepat, sebelum aku berubah pikiran dan memberitahu penjaga kau berkeliaran tengah malam seperti ini!" sahut Agha dengan suara tegas.Setelah membungkukkan badan, Pandya langsung meninggalkan tempat itu dengan ilmu meringankan tubuh miliknya. Dia langsung menuju gerbang belakang akademi untuk masuk ke dalam hutan.Pandya menggunakan seluruh in
Paginya, seperti biasa, Pandya ikut sarapan di area dapur bersama murid-murid lain. Dia mendapatkan tatapan khawatir dari para pengikutnya, saat melihat wajah Pandya yang tampak kelelahan. Walaupun, mereka semua tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Pandya semalaman.Pandya hanya tersenyum menanggapi tatapan khawatir itu, walaupun dia tahu hal itu tidak akan membuat para pengikutnya tenang. Namun, Pandya mencoba untuk bersikap seperti biasanya.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, semua murid tampak menunggu makanan dihidangkan sembari tersenyum dan berbicara dengan antusias dengan teman di sebelahnya. Namun, tatapannya terhenti saat melihat Prama yang duduk berseberangan dan cukup jauh dengan Pandya. Pandya menyadari jika tatapan Prama sedang mengarah tajam padanya, seperti menunggu dengan gelisah dan sedikit kesal."Sial, pilnya sama sekali belum bereaksi terhadap Pandya," dengus Prama di dalam hati kesal, melihat Prama dalam keadaan baik-baik saja. "Ada apa Pangeran? Kenapa P
"Mungkin aku akan berlatih bersama kalian hingga makan malam, setelah itu aku harus segera menyingkirkan pil itu dari tubuhku. Kalian hanya perlu untuk fokus berlatih karena ujian tinggal sebentar lagi!" ucap Pandya memberi perintah."Baik, Pangeran!" jawab seluruh pengikutnya secara serentak.Mereka kembali ke ruang pelatihan masing-masing, dan mulai melatih strategi agar dapat lolos di ujian tahap 3 nanti. Dengan waktu yang mereka miliki sudah tidak banyak, mereka semua melakukan pelatihan kelompok itu dengan sungguh-sungguh.Pandya hanya bisa membantu dengan memberikan semua kitab jurus yang dia miliki, agar dapat mereka semua pelajari dan menambah kemampuan. Karena, di dalam pertarungan kemampuan apapun akan sangat berguna, apalagi jika seseorang dapat menguasai banyak jurus dan kemampuan sekaligus.Pandya sendiri sudah menyusun strategi sejak lama, karena dia memang sejak awal sudah mengetahui dasar kemampuan dari masing-masing anggota kelompoknya. Jadi, dengan perkembangan kem
"Tahanlah sebentar lagi!" teriak Sakra yang sudah mulai merasakan pil itu akan segera keluar.Pandya membuka mulutnya, dan Pil Pembalik akhirnya keluar dari mulutnya. Pil itu diangkat oleh cahaya merah yang keluar dari mulut Pandya. Dan seketika tubuh Pandya ambruk karena lemas."Kita berhasil, Sakra!" ucap Pandya lirih sambil tersenyum tipis—di sisa-sisa tenaganya."Syukurlah! Aku benar-benar lega setelah ini semua berakhir!" ucap Sakra terengah-engah."Aku tidak akan melupakan perbuatan Prama kali ini! Aku harus membuatnya paham dengan siapa dia berhadapan sekarang!" ucap Pandya masih terdengar lemah namun bertekad.Setelah beberapa saat Pandya mengistirahatkan tubuhnya, dia kembali bangun untuk kembali duduk bersila. Pil Pembalik yang keluar dari tubuhnya, masih melayang dengan berselimut cahaya merah tadi.Pandya mengeluarkan nafas panjang lega saat dia memegang pil itu di tangannya. Ini adalah saat yang dia tunggu-tunggu. Pil Pembalik, senjata mematikan yang tidak terdeteksi oleh
Dengan ekspresi wajah yang begitu keras dan penuh kekecewaan, Prama melangkah dengan langkah berat menuju ruang rahasia milik Tuan Datta. Ia telah bersusah payah merancang rencana untuk memasukkan Pil Pembalik ke dalam tubuh Pandya, rencana yang seharusnya sukses besar, tetapi kini semuanya telah berubah menjadi kegagalan yang sangat menjengkelkan untuknya.Tanpa mencoba mengetuk, Prama langsung masuk ke dalam ruangan Tuan Datta begitu saja. Untungnya, Tuan Datta berada di dalam ruangan—dan sedang membaca sebuah buku. "Kenapa kau kelihatan sangat marah, Prama? Apa yang telah terjadi?" tanya Tuan Datta dengan nada yang tenang, meskipun tampak sedikit terkejut oleh ekspresi Prama.Prama menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk meredakan emosinya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Rencana kita gagal, Tuan Datta. Saya telah mencoba untuk memasukkan Pil Pembalik ke dalam tubuh Pandya, seperti yang telah direncanakan. Namun, tampaknya ia mampu mengeluarkannya kembali dengan mudah!" je