"Hei! Ternyata kalian bersembunyi di tempat ini!" seru Gala sambil menodongkan pedang kayunya ke arah Pandya dan pengikutnya."Kalian ternyata sangat pintar bersembunyi di dalam gunung! Apa kalian terlalu pengecut hingga harus bersembunyi?!" tambahnya lagi memprovokasi.Pandya memperlihatkan senyum lebar, tanpa bergerak sedikitpun. Semua pengikutnya hanya berdiri menatap kearah Pandya, dan memunggungi semua musuh yang sudah mengepung mereka.Merasa kelakarnya tidak ada yang menanggapi, Gala mulai meremas telapak tangannya dengan otot wajahnya yang terlihat mengeras. Kesabarannya yang tidak terlalu banyak, membuat emosinya jauh lebih cepat terlihat.Pandya yang sudah merasa cukup membalik keadaan, langsung menanggapi ucapan Gala tadi."Huh, kebetulan sekali. Aku juga sedang mencarimu!" ucap Pandya sambil berdiri dan keluar dari perlindungan para pengikutnya."Terima kasih, karena kau sudah datang dengan sendirinya!" ucap Pandya sambil menyeringai."Apa-apaan itu! Kau malah tersenyum?!
'Mengapa kami harus melawan kelompok Pangeran Pandya, padahal bukan mereka yang menyerangnya? Tapi mereka tidak akan mempercayaiku, kalau mengatakan semua kawanku tidak ada sangkut pautnya." Faruq mencoba mencari cara untuk lolos dari pertarungan itu.Namun, setelah menunggu sambil bertahan—dia sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya. Bahkan, dia hanya bisa melihat semua kawannya sudah babak belur dan tumbang satu per satu.BAAAAK!DUAAK!TRAANG!WHUUSH!BRAAAK!Suara pertarungan menggema di sekitaran lahan kosong itu, namun tidak ada seorangpun yang datang untuk menghentikannya.Ujung mata Faruq melihat Dipta yang tampak sedang mencari-cari sesuatu, di perlengkapan milik kelompoknya. Menyadari jika hal itu adalah kesempatan untuknya, dia langsung menjatuhkan pedang dan berlutut di hadapan Pandya.TRAAAANG!"Kami menyerah, Pangeran Pandya!" teriak Faruq putus asa."Apa yang kau coba lakukan?" jawab Pandya sambil menatapnya dengan tajam.Pandya berjongkok
Faruq menelan salivanya dengan susah payah. Dia masih ragu untuk mengatakan semua yang dia ketahui. Apalagi tidak ada jaminan dirinya dan teman-temannya akan selamat saat dia mengatakannya.Pandya yang masih menunggu Faruq mengatakan sesuatu, langsung paham dengan keraguan yang terlihat jelas dari sorot matanya. Ancaman yang sebelumnya dia ucapkan nyatanya belum bisa membuat murid itu mengatakan semuanya.'Sakra, apa kau ada saran untuk membuat dia buka mulut?' Pandya mencoba mencari saran.'Bukankah ancamanmu tadi sudah cukup berhasil? Lanjut ancam dia lagi, agar dia bisa segera membuka mulutnya!' Pandya menggelengkan kepala mendengar jawaban Sakra.'Aku sudah cukup merasa bersalah melukai orang-orang itu. Walaupun orang di hadapanku ini memang bersalah, tapi aku rasa itu bukan hal tepat untuk dilakukan.' pikir Pandya masih menunggu jawaban dari Faruq.'Apa kau berpikir karena mereka mirip denganmu dulu?' tebak Sakra.'Ucapannya tadi benar. Jika yang lemah tidak berusaha melakukan apa
***"Apa kau bercanda?! Aku tidak mungkin pergi begitu saja setelah kesal melihat sikapmu ini. Seharusnya status calon pewaris kau berikan saja padaku yang jauh lebih bertenaga ini!" ucap Gala sambil menyeringai."Hahaha… Omong kosongmu terdengar jauh lebih besar dibandingkan kemampuanmu," sahut Pandya sambil tertawa mengejek."Kurang ajar! Tamat riwayatku kali ini!" teriak Gala sembari mengayunkan pedang kayunya ke arah Pandya.WHUUUSH!Namun, hanya dalam satu kedipan mata, Pandya berhasil menghindar. Di detik berikutnya Pandya sudah berada di balik punggung Gala dan langsung mencoba menyerangnya. Tapi, dengan ujung matanya yang menyadari keberadaan Pandya, dia langsung merubah posisi menjadi bertahan.Pertarungan kedua pemimpin itu, menjadi isyarat para pengikut untuk ikut menyerang. Semua tampak sibuk dengan pertarungan masing-masing.Keadaan langsung terlihat perbedaannya. Walaupun jumlah pengikut Pandya tidak terlalu banyak, tapi nyatanya para pengikut Gala tampak kesulitan mengha
Sedetik berikutnya Atreya sudah melakukan serangan dari balik tubuhnya. Falan yang tidak menyadari kedatangannya, terlambat untuk menangkis serangan itu. Tubuhnya terpental cukup jauh, dengan luka dalam yang cukup parah.Namun dengan tenaga dalam yang dimilikinya, Falan menyalurkan api miliknya ke dalam pedang kayu yang dipegangnya sejak tadi. Walaupun api yang dimilikinya tidak bisa terlalu melukai seseorang. Namun, beda cerita jika api itu dia salurkan ke sebuah benda dengan berbagai elemen."Bukankah cukup curang jika menyerang tiba-tiba seperti itu?!" ucap Falan sambil mengusap darah yang mengalir di ujung bibirnya."Hah! Lucu mendengarmu mengatakan hal itu, bukankah kata-kata itu lebih tepat kau ucapkan pada diri sendiri?!" jawab Atreya sambil tersenyum sinis.Kesal dengan ucapan Atreya, Falan memegang pedangnya dengan lebih erat dan langsung menyerang ke arah Atreya. Api yang menjalar di pedang kayu itu tampak sangat mematikan. Namun, serangannya dapat dipatahkan oleh Atreya dal
BLAAAR!Suara kedua tenaga dalam yang saling bertubrukan terdengar menggema di seluruh area gunung. Semua hewan-hewan yang tinggal di tempat itu, langsung pergi berlari terbirit-birit—setelah merasakan sisa gelombang energi yang telah meratakan area tempat pertarungan Pandya dan Gala.Gala yang sudah menyatu dengan jurus terlarang langsung menyerang Pandya, untunglah tenaga dalam yang digabungkannya dengan Sakra dapat menahan serangan itu. Pandya yang baru merasakan tenaga dalam sebesar itu cukup takjub. Namun, dia juga merasakan perasaan khawatir disaat bersamaan.'Bagaimana setelah ini Sakra?' tanya Pandya yang mulai panik.'Tenanglah! Seperti yang aku katakan sebelumnya, jurus terlarang juga memiliki kelemahan.' Sakra mencoba menenangkan.'Lalu apa kelemahannya? Aku tidak melihat kita bisa melawannya dengan kekuatannya yang seperti itu?!' sanggah Pandya meragukan.'Lihatlah! Dia juga membutuhkan waktu untuk bisa melakukan serangan berikutnya, jadi kita bisa melawannya di jeda waktu
Pandya tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya tersenyum miring, sambil menggendong tubuh Gala di pundaknya. Dengan jurus meringankan tubuh, Pandya langsung berpindah tempat dalam satu hentakan kaki.Sakra yang sejak tadi melayang, langsung mengikuti pergerakan Pandya tanpa kesulitan sedikitpun. Hanya dalam beberapa langkah, Pandya berhasil sampai di tempat para pengikutnya berkumpul.Semua tatapan langsung mengarah pada Pandya, beserta seseorang yang kini sedang ada di pundaknya—yang mereka yakin jika itu tubuh Gala yang telah menggunakan jurus terlarang. Senyuman mengembang pada semua wajah para pengikut, karena senang pada akhirnya sang pangeran berhasil mengalahkan seseorang yang menggunakan jurus terlarang yang terkenal sangat kuat itu."Apa Pangeran baik-baik saja?" tanya Atreya khawatir, walaupun dia tahu jika pada akhirnya Pandya berhasil mengalahkan Gala."Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan kalian semua?!" tanya Pandya sambil mengedarkan pandangan ke
Akandra bertanya pada diri sendiri, masih menundukkan kepalanya memberi hormat. Padahal, Pemimpin Padepokan hanya akan datang ke akademi disaat penerimaan murid atau acara besar tertentu. Namun, kini beliau datang secara tiba-tiba dengan aura yang sangat menekan.'Sepertinya memang ada yang tidak aku ketahui. Mereka terlihat masih tenang, walau hal yang mengejutkan seperti ini terjadi,' pikir Akandra sambil ujung matanya melirik gerak-gerik semua orang yang ada di ruangan itu.Pemimpin Padepokan duduk di kursi yang memang disiapkan untuk dirinya. Sedangkan para guru dan tetua ikut duduk mengikuti sang pemimpin.KRIEEET!Suara decitan kursi yang ditarik secara bersamaan membuat Akandra semakin cemas. Dia yang masih khawatir dengan kondisi Pandya, tidak bisa berbuat apapun saat ini. Dan dia hanya bisa mengikuti perintah tidak langsung itu untuk ikut duduk di kursinya.Sang pemimpin yang kini berada di ujung ruangan sebagai pusatnya, terlihat secuil amarah di wajahnya. Entah alasan apa y