Pandya bangun cukup pagi dengan badan yang sudah kembali bugar, setelah semalam dia harus bertahan dengan efek samping yang masih cukup kuat—karena banyaknya kitab yang dia pindai. Sebenarnya Pandya bukan murid pertama yang terbangun, sebab tidak sedikit murid yang begadang semalaman karena khawatir tentang ujian tahap 2 yang akan dilaksanakan dalam beberapa jam lagi. TRAAAK!Pandya meletakkan pedang Sakra yang sudah di asahnya menjadi sangat tajam di atas pembaringan, sambil mulai menyiapkan perlengkapan lainnya. Walau belum ada yang mengetahui ujian apa yang akan para murid hadapi, tapi tidak ada larangan bagi murid untuk membawa perbekalan.Saat ini, semua jurus bela diri yang dipelajari Pandya semalam, sudah melekat dipikiran dan setiap otot tubuhnya. Bahkan otot-otot tidak tubuhnya semakin bertambah, seiring bertambahnya kemampuan bela diri miliknya.'Aku sudah tidak sabar, akan seperti apa ujian tahap ke 2 itu!' ucap Sakra tiba-tiba yang tampak bersemangat sambil melayang di ha
PHUUUUU!Suara terompet membuat beberapa murid tampak tercekat dan gugup. Padahal, mereka baru mendengar suara pertama—dan berarti itu tanda untuk mereka bisa menikmati sarapan. Walaupun, tidak semua murid bisa menikmati sarapan mereka dengan santai di saat seperti ini.Pandya berjalan keluar dengan santai dengan Dipta yang mengikuti di belakang. Sudah sejak tadi Pandya tahu jika ada sepasang mata yang menatapnya. Bahkan, tatapan itu memang seperti disengaja agar dia bisa mengetahuinya.Tapi, Pandya tidak ambil pusing tentang hal itu. Baginya saat ini ada hal yang lebih penting, dibandingkan hanya gertakan kosong. Ujian tahap ke 2 sudah di depan mata, dia tidak akan peduli dengan saudara-saudara tirinya. Jika memang mereka berencana menjatuhkannya Pandya tidak akan tinggal diam, tapi juga bukan berarti dia yang akan memulai pertarungan.TAAAK!Tibra yang baru saja datang di ruang makan, langsung meletakkan nampan di meja dengan kasar. Semua tatapan mengarah padanya, yang langsung diba
"SAGUH!" para murid menjawab dengan serempak.Agha tersenyum puas melihat dan mendengar jawaban dari para murid. Dia berjalan ke arah samping tempat gulungan kertas besar berada. Dengan sekali hentakan, gulungan itu terlepas dan memperlihatkan seluruh isi di dalamnya.Para murid barisan depan cukup terkejut selama beberapa detik karena apa yang mereka lihat. Sedangkan murid di barisan belakang baru memberikan ekspresi yang sama setelah Agha memberikan tenaga dalam pada tulisan di gulungan itu agar lebih besar, sehingga dapat terbaca oleh semua murid.ZHIIING!Tenaga dalam milik Agha tersebar ke seluruh sudut di halaman utama, membuat para murid merasakan suasana mencekam. Sebagian dari para murid tampak tersenyum percaya diri, sedang sebagian lagi terlihat panik dengan wajah pucat."Seperti yang kalian lihat dan baca, ujian tahap ke 2 ini akan mengurangi setengah dari jumlah kalian! Bahkan, bisa jadi lebih jika kalian tidak bisa menyelesaikannya!" Agha mengawali arahannya dengan suara
KRIIEEETTT!Pandya duduk di tempat pembaringannya di dalam asrama. Sudah beberapa jam terlewati, tapi tidak ada satupun murid yang menantangnya maupun menerima tantangannya. Dipta yang setia, juga menolak semua tantangan yang ditujukan padanya agar dapat menemani Pandya walaupun harus gagal dalam ujian.'Sepertinya memang ini rencana mereka untuk membuatku gagal ujian!' pikir Pandya kesal.'Mau dilihat dari sudut pandang manapun, sudah terlihat dengan sangat jelas jika memang itu rencana mereka semua! Mereka mengorbankan salah satu murid terlemah agar kau tidak bisa lolos di ujian kali ini!' sahut Sakra tidak kalah kesal sambil kembali melayang dihadapan Pandya.Satu persatu murid di asrama tempat Pandya saat ini, sudah mulai beristirahat dengan santai. Walaupun kini jumlahnya sudah sangat berkurang, karena hampir setengah murid yang gagal ujian langsung dipulangkan. Yang membuat Pandya mulai sedikit gusar, karena memang keadaan terburuk untuknya terjadi saat ini.Dipta menatapnya deng
Sebagian besar murid tampak mengerutkan kening mereka. Mereka tidak paham dengan apa yang Agha katakan, karena perubahan aturan tidak mungkin terjadi disaat ujian hampir selesai. Tapi, pemikiran mereka langsung terbantah saat Agha kembali menghentakkan sebuah gulungan kertas hingga terlihat semua isi di dalamnya.BAAAST!"Seperti yang kalian lihat, murid yang hingga saat ini belum melakukan ujian akan berkesempatan untuk menjadi pemimpin kelompok kecil di ujian tahap 3 nantinya!" jelas Agha yang mendapat tatapan marah dan kecewa dari para murid."Sebenarnya, ujian kali ini adalah untuk menguji kesabaran kalian dan bagaimana cara kalian mengamati keadaan. Aku yakin diantara para murid yang sudah menyelesaikan ujian tidak ada yang memikirkan mengapa kami memberikan waktu selama 3 hari hanya untuk melawan murid lain!" ucapan Agha membuat para murid yang marah langsung menundukkan kepalanya.Siapapun yang hanya mempelajari bela diri maupun tenaga dalam seorang diri, maupun belajar dari se
Murid nomor 20 itu menatap Dipta dengan senyum miring yang mengejek. Tatapannya itu seperti mengartikan jika dia akan menang dengan sangat mudah karena lawannya adalah Dipta. Padahal, murid itu tidak tahu bagaimana kemampuan Dipta saat ini, setelah dia berlatih secara diam-diam bersama Pandya.Dipta mulai memposisikan tangannya agar lebih seimbang dengan pedang yang kini sedang digenggamnya. Pedang milik Pandya yang digunakan untuk menyamarkan pedang Sakra sebelumnya, kini diberikan kepada Dipta yang tidak memiliki senjata sebelumnya. Karena memang sejak awal kemampuan Dipta adalah ilmu sihir, yang hanya berfokus pada mantra dan bela diri tanpa senjata.Tapi setelah hampir dua Minggu dia menggunakan pedang pemberian Pandya, kini jiwanya seakan terikat pada pedang itu. Gerakannya jauh lebih ringan disaat Dipta memainkan pedang yang dialiri dengan tenaga dalam miliknya. Ditambah lagi, dia memberikan beberapa rapal mantra yang bisa memperkuat pedang itu.Pandya tersenyum puas saat meliha
Semua murid tampak tercekat, bahkan para guru dan para tetua yang melihat pertandingan saat itu tidak kalah terkejutnya. Mereka tidak mengerti mengapa ada murid yang bersimpuh dihadapan Pandya. Walaupun mungkin kini memiliki tenaga dalam tapi bukan berarti dia bisa membuat seseorang menjadi pengikutnya dalam waktu singkat—apalagi dia tetaplah calon pewaris yang lemah dan tidak pernah belajar bela diri sejak kecil.Tapi, tidak hanya membungkuk sebelumnya, bahkan murid itu bersimpuh dihadapan pangeran dari Ajaran Pedang itu. Padahal Pandya baru kembali dari ruang pengobatan satu hari sebelum ujian tahap 2 di mulai. Hal itu membuat semua orang penasaran dengan apa yang terjadi pada Pandya saat berada di ruang pengobatan.TAAAAP!Pandya mengulurkan tangannya untuk membantu Dipta bangun, dan langsung diraih oleh Dipta sambil tersenyum penuh arti. Mereka tidak menghiraukan tatapan penasaran dari semua orang, dan tetap berjalan ke arah salah satu sudut di halaman utama itu. Terlihat banyak p
Satu-persatu semua murid yang tersisa sudah melakukan pertandingannya. Tinggal Pandya dan salah satu murid dari asramanya, yang saat ini sedang bersiap untuk masuk ke area pertandingan. Sudah ada 19 calon pemimpin kelompok kecil, dan tinggal penentuan terakhir—jumlahnya akan bertambah atau tidak.Pandya sudah berencana menyesuaikan kemampuannya agar tidak terlihat berlebihan sejak awal. Apalagi, dia sudah menjadi bahan pembicaraan pada ujian tahap 1, dan tidak ingin mengulanginya kembali. Walaupun, sepertinya apapun yang dia lakukan akan tampak terlihat mengejutkan saat ini.Semua pasti akan sangat terkejut saat dia berhasil menang saat melawan musuhnya kali ini. Apalagi, musuhnya sudah memiliki tenaga dalam dan belajar bela diri sejak kecil. Sedangkan Pandya yang bahkan sebelumnya tidak memiliki tenaga dalam dan hanya memiliki kemampuan bela diri yang terbatas.Walaupun begitu, Pandya tidak memiliki rencana untuk mengalah dalam pertarungan itu. Dia memiliki keunggulan karena mengetah