Share

Bab 9

Vincen menyipitkan matanya saat menoleh, mendapati Marko dan Lidia yang berjalan masuk ke perusahaan Kakeknya.

Lidia, dengan intimnya, memeluk lengan Marko erat-erat. Pada detik itu, tatapan Vincen berubah seketika, terlihat semburat amarah membara dalam sorot matanya.

Namun, di sisi lain, Lidia tampak terkejut dengan penampilan baru Vincen yang kini semakin tampan.

Keduanya menghampiri Vincen yang saat itu tengah berdiri tegak di depan meja Resepsionis. Raut wajah Vincen tampak sulit diartikan, seolah ada perasaan yang terpendam.

"Tuan muda Helas," sapa Resepsionis dengan sopan, ia sadar betul Marko bukanlah sosok yang bisa disinggung begitu saja.

Marko hanya menghadiahi Resepsionis senyum simpul, mengangguk pelan sebagai bentuk penghormatan.

Lidia memandang Vincen dari atas hingga bawah, tak bisa mengelak bahwa penampilan baru Vincen cukup memukau.

Namun, Lidia mengedarkan pandangan sinis, mengejek dengan suara yang menggoda, "Wah, wah... sepertinya kau telah berubah, Vincen. Sayangnya, orang sepertimu tak layak berada di kawasan elite seperti ini."

Marko menambahkan ejekannya, melirik resepsionis. "Nona, seharusnya kamu mengusir orang sepertinya dari perusahaan ini. Kita tidak ingin aroma kemiskinan darinya mengkontaminasi tempat ini, bukan?"

Senyuman sinis terpancar dari wajah Marko yang menatap Vincen, merendahkan harga diri pria tersebut. Resepsionis yang mendengar perkataan Marko dan Lidia hanya bisa tersenyum tipis.

Sebenarnya, dia tidak ingin menyinggung Vincen, mengingat pria itu mengenal Pak Tua Clark dan mungkin bukan orang sembarangan. Alasan dia mengusir Vincen lebih karena belum membuat janji dan menjalankan prosedur perusahaan.

Namun, Resepsionis tahu bahwa ia harus tetap menghormati Marko sebagai anak pemilik Helas Grup yang merupakan rekan bisnis penting Pak Tua Clark.

"Tuan Muda Helas, bukannya saya tidak menghormati, hanya saja karena dia ingin bertemu dengan Tuan besar Clark tanpa membuat janji terlebih dahulu, saya tidak bisa mengizinkannya masuk." Resepsionis menjelaskan dengan sopan.

Mendengar itu, Marko menaikkan satu alisnya sambil menatap Lidia. Begitu tatapan mereka bertemu, keduanya pun tertawa terbahak-bahak seolah-olah mendengar lelucon terlucu di dunia.

Lidia menahan tawa lalu menatap Vincen dengan pandangan sinis. "Apa kau tidak sadar diri, Vincen? Seorang pria miskin sepertimu nekat ingin bertemu Tuan Besar Clark? Apakah kau benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu?" ujarnya sambil mencibir.

"Kau mengenal Tuan besar Clark? Apa aku tidak salah dengar, Vincen? Astaga...." Marko masih menertawakan Vincen. "Apa kehilangan istrimu membuatmu tidak lagi waras dan berangan-angan terlalu jauh? Tuan Besar Clark orang sepenting apa? Dia orang terkaya di Adalsia! Mengenalmu? Dunia pasti terbalik kalau benar begitu!"

Tawa dan cacian Marko serta Lidia berakhir menarik perhatian sejumlah orang yang berlalu-lalang di area lobi.

Hal tersebut disadari oleh sang resepsionis yang akhirnya berkata, "Tuan Helas, maaf sekali, tapi ... suara Anda terlalu keras. Mohon untuk menjaga–"

"Hmm?!" Marko menatap sinis sang resepsionis. "Kamu baru saja memerintahku!?"

Resepsionis itu langsung terlihat panik. "Bukan, Tuan, saya hanya–"

"Ada apa ini?"

Di tengah perdebatan Marko dan sang resepsionis, terlihat seorang pria berjas rapi dengan wajah bulat dan mata sipitnya hadir dengan ekspresi terganggu akibat keributan yang terjadi.

Saat melihat Marko, pria tersebut terbelalak. "Tuan Muda Helas?" panggilnya kaget. "Apa yang Anda lakukan di lobi? Ayah Anda sudah menunggu Anda di ruang meeting Bersama para eksekutif lainnya!"

Marko melirik pria tersebut dan langsung mengenalinya juga. "Silas," sapanya, tahu pria itu adalah manager front office perusahaan Clark Capital.

Dia menatap sang resepsionis dan juga Vincen secara bergantian. "Ada sedikit gangguan di sini. Aku menyuruh bawahanmu ini mengusir sampah masyarakat yang ingin mengganggu ketertiban, tapi dia malah membantah dan bahkan menasihatiku seakan aku orang bodoh!"

Silas mengerutkan keningnya, lalu menatap Vincen. Dia memerhatikan pria tersebut dari atas ke bawah, tidak mengenalinya dan langsung menyimpulkan jelas orang ini tidak sepenting kelihatannya.

Bekerja untuk perusahaan Clark selama bertahun-tahun, Silas tahu orang-orang penting perusahaan dan begitu banyak orang kalangan atas. Dan Vincen ... sama sekali tidak berada di dalam daftar orang pentingnya!

Emosi, Silas langsung menatap tajam sekuriti. "Bodoh! Beraninya kamu membantah omongan Tuan Muda Helas!"

Resepsionis itu memasang wajah serba salah. "Tapi Tuan... pria ini ingin bertemu..."

"Masa bodo dia ingin bertemu siapa! Tidakkah kau dengar Tuan Muda Helas merasa terganggu dengannya? Cepat usir dia atau kau aku pecat!" bentak Silas dengan pandangan sinis.

Resepsionis muda itu menggigit bibir. "Tapi Tuan, mengusir pengunjung kantor tanpa memeriksa jelas kedatangannya sama dengan melanggar prosedur."

Mata Silas melotot. Bisa-bisanya resepsionis baru ini membantah dirinya yang adalah seorang manager di depan Marko. Apa wanita ini sengaja ingin mempermalukannya!?

"Berani kamu membantahku!? Dasar kurang ajar!" Silas langsung mengangkat tangannya, berniat memukul sang resepsionis. Namun, seseorang menahannya.

Silas menoleh, mendapati Vincen mencengkeram tangannya kuat. "Apa yang kamu–"

BRUK!

Vincen dengan kasar mendorong Silas, sampai akhirnya pria itu terjerembap konyol ke lantai. Sejumlah orang yang menatap itu terkejut, tapi tak sedikit yang menertawakan dalam diam.

Sadar dirinya dipermalukan, Silas menuding Vincen. "Kau....!" Tak terima, ia bangkit dan meraung, "Security!"

Raungan itu memanggil petugas keamanan yang sudah familier dengan suara kerasnya.

Ketika mereka tiba, Silas langsung menunjuk Vincen sambil berdiri angkuh, "Usir bajingan ini dari sini!"

Security mengangguk patuh, bergegas meraih Vincen yang menarik napas panjang. Mengamati situasi dengan tenang, tampak tak ada perlawanan dalam tatapannya.

Namun, Vincen berucap, "Kalian akan menyesal kalau menurutinya."

Kalimat Vincen membuat dua security sempat ragu, tapi salah satu dari mereka berkata, "Maaf, Tuan. Tapi, kami tidak punya pilihan. Ikut kami pergi!"

Tepat ketika Vincen hendak digiring keluar, tiba-tiba terdengar suara lantang yang mengejutkan semua orang, "Hentikan!"

Semua orang seketika menoleh, dan Silas terkejut saat melihat Sebastian berlari-lari kecil mendekati mereka, raut wajahnya tampak cemas.

Melihat Sebastian yang datang, Marko segera mengatur sikapnya untuk lebih sopan. Dia tahu pria paruh baya itu adalah salah satu orang kepercayaan Pak Tua Clark dan sangat dekat dengannya, selain Noel. Dalam hati, dia yakin pria itu hadir untuk menjemput dirinya.

"Pak Sebastian, lama tidak–"

Namun, omongan Marko terpotong saat Sebastian berjalan melewatinya dan langsung menghampiri Vincen. "Apa yang kalian lakukan, lepaskan tangan kalian!" teriaknya pada dua security yang menahan Vincen.

Kedua security pun segera melepaskan pegangannya, tak berani membantah perintah Sebastian.

Lagi pula, dibandingkan Silas, perintah Sebastian hampir setara dengan perintah Tuan Besar Clark!

Di saat ini, Silas tampak berusaha menjelaskan, "Tuan Sebastian, orang ini telah menerobos masuk ke perusahaan. Dan lagi, berdasarkan ucapan Tuan Muda Helas, dia bukan orang yang pantas dipercaya dan dibiarkan masuk ke area perusahaan kita."

Marko, yang sempat tersinggung dengan sikap Sebastian yang mengabaikannya, berdeham dan menambahkan, "Itu benar, Pak Sebastian. Orang sepertinya tidak pantas menginjakkan kaki di perusahaan Tuan besar Clark. Dia hanya kurir rendahan yang berpura-pura menjadi orang penting! Anda harus hati-hati dengannya!"

Mendengar hinaan Marko dan Silas, Sebastian langsung menatap keduanya dengan mata marah. "Jaga ucapan kalian!"

Bentakan itu mengejutkan semua orang, terkecuali Vincen. Sebastian dikenal sebagai orang yang tenang, tapi sekarang dia marah karena hinaan mereka terhadap Vincen?!

Di saat ini, Sebastian melanjutkan, "Asal kalian tahu, orang yang kalian hina sebagai pria rendahan ini sebenarnya adalah--"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status