“Dan… Pemenang aktris terbaik tahun ini jatuh kepada…,” MC menjeda kalimatnya untuk menciptakan suasana tegang di antara semua tamu undangan yang hadir, terutama untuk empat dari lima nominator yang sedang menyimak dengan serius apa yang MC ucapkan.
Dua dari empat nominator yang hadir di sana tampak terdiam karena tegang, berharap nama merekalah yang akan keluar sebagai pemenangnya. Sementara dua lainnya terlihat cukup tenang karena mereka —dan hampir semua tamu undangan yang hadir— sebenarnya sudah bisa menebak siapa yang akan memenangkan penghargaan tersebut.Lalu, sesuai dengan apa yang ada dalam benak kedua aktris itu, sebuah nama yang sudah selama beberapa tahun belakangan selalu menyabet penghargaan paling prestisius itulah yang dikumandangkan dengan penuh semangat oleh sang MC.“Jessica Wright…!” Seru MC, yang langsung disambut dengan riuh tepuk tangan seluruh orang yang hadir dalam acara bergengsi itu.Semua orang berdiri dan bertepuk tangan, namun tidak dengan ekspresi bahagia yang seharusnya tergambar di wajah mereka.Walau beberapa diantara mereka ada yang tersenyum, tapi senyum mereka bukanlah senyum kebahagiaan. Itu adalah senyum yang menunjukkan rasa simpati pada si pemenang penghargaan yang tidak bisa hadir karena sedang terbaring koma di rumah sakit setelah mengalami insiden penyerangan di apartemennya dua hari yang lalu.Sebuah usaha pembunuhan yang terjadi pada Jessica Wright, membuat aktris cantik yang sangat dipuja karena bakat luar biasanya dalam seni peran, yang diganjar dengan puluhan penghargaan baik dari dalam dan luar negeri, hampir meregang nyawa.❀❀❀Klik…Gadis remaja 17 tahun berparas manis yang sejak tadi menonton acara penghargaan melalui ponselnya itu, mematikan layar ponsel saat merasa muak mendengar tepuk tangan disertai ekspresi sedih hampir semua orang yang ditampilkan di sana.Andai masih hidup di dalam tubuhnya sendiri, dia tentu akan pergi ke acara tersebut untuk menerima piala dari penghargaan yang diterimanya, dan tentu akan membuat semua orang yang ada di aula itu —yang sebagian besar adalah fansnya—, dapat merayakan kemenangannya dengan berbahagia. Tidak seperti yang ia lihat barusan.Gadis itu meletakkan kembali ponselnya ke meja kecil yang berada di dekat ranjang tidurnya, lalu beranjak pergi ke jendela untuk menghirup udara segar setelah merasa mual dengan aroma khas rumah sakit di mana ia kini sedang dirawat untuk pemulihan diri setelah mengalami sebuah kecelakaan kecil.“Sudah dua hari berlalu tapi tidak ada seorangpun dari pihak Wright Entertainment yang datang mengunjungiku?” desisnya, mengumpatkan rasa kesal sekaligus keprihatinannya pada Anna Briel, aktris muda yang kini telah menjadi wadah dari jiwanya.“Yah…, pasti karena mereka tahu kalau Anna hanya mengalami kecelakaan kecil.”Apa yang ia katakan memang sesuai dengan kenyataan yang terjadi, —yang sebenarnya telah berubah tanpa ada yang mengetahuinya sama sekali, kecuali dirinya, Anna, dan tunangannya.Anna yang memutuskan bunuh diri dengan terjun dari balkon apartemen miliknya yang berada di lantai 33 tower, harusnya sudah tewas.Sedangkan dia sendiri —yang kini berada dalam tubuh Anna—, harusnya juga sudah tewas setelah mengalami penyerangan brutal oleh tunangannya.Dia, Jessica Wright, merasakan sendiri saat kematian datang menjemputnya.Tunangannya menduga jika Jessica akan menghancurkan nama baik keluarganya setelah wanita itu memergokinya berselingkuh dengan Anna. Tanpa berpikir panjang ia langsung menyerang Jessica dengan menusukkan pisau dapur sebanyak puluhan kali ke tubuh wanita berusia 30 tahun itu.Anehnya setelah kejadian itu, baik Jessica Wright, juga Anna Briel, masih hidup, —walau tubuh mereka telah tertukar.Dari informasi yang dibacanya di surat kabar online, apa yang terjadi pada dirinya memang sudah sesuai dengan apa yang telah dialaminya. Ia memang mengalami koma —walau sebenarnya sudah mati— setelah diserang seseorang di apartemennya.Tapi, apa yang terjadi pada Anna Briel sangat berbeda dari apa yang sudah diketahuinya.Anna, yang saat itu juga sedang berada di dalam apartemennya, telah dilihatnya sendiri melompat dari balkon apartemen setelah menerima caci maki darinya yang marah karena salah mengira jika Anna lah yang telah merayu tunangannya.Anehnya dalam surat kabar itu dikatakan jika Anna hanya mengalami cedera ringan setelah mengalami kecelakaan akibat tertabrak pesepeda yang menerobos jalur para pejalan kaki.“Haaahhh... dipikir berapa kali pun tetap membuatku bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semua orang dan para perawat juga dokter mengatakan jika Anna benar-benar hanya mengalami kecelakaan kecil?” ucap Jessica pelan sembari menggosok-gosok hidungnya yang sangat peka dengan aroma khas rumah sakit.Mengabaikan ingatan tentang hal itu, Jessica menghela napas panjang saat mengambil kembali kenangan dari kehidupan yang telah Anna jalani, yang kini tertanam dengan sangat jelas di dalam ingatannya.“Jadi ini yang dia rasakan selama ini?”Setelah jiwanya masuk ke dalam tubuh Anna dan mendapatkan ingatan gadis itu secara ajaib, barulah dia tahu apa yang selama ini Anna rasakan.Karena itu juga dia merasa sangat menyesal atas apa yang telah dituduhkannya dengan sangat kejam pada Anna hingga gadis itu nekat melompat dari balkonnya, padahal Anna benar-benar tidak pernah merayu tunangannya. Justru tunangannya lah yang selalu berusaha merayu gadis SMA itu.Dalam ingatan Anna yang muncul begitu saja di benaknya, malam itu Anna datang ke apartemennya karena ingin melaporkan usaha demi usaha pelecehan seksual yang sudah tunangannya lakukan pada dirinya. Sayangnya Jessica saat itu belum pulang dari kantornya dan Anna malah bertemu tunangannya yang kebetulan sedang menunggu Jessica juga di dalam apartemennya.Dari ingatan tersebut, ia akhirnya tahu jika Anna adalah gadis yang sangat baik, jujur, juga pekerja keras. Anna bahkan masih memikirkan nama baik Jessica dan tunangannya hingga ingin melaporkan tindakan pelecehan seksual itu secara pribadi dan tertutup. Padahal sebagai aktris pendatang baru, Anna harusnya bisa memanfaatkan keadaan itu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat dan mempermudah karirnya.Selain itu Jessica juga akhirnya tahu kalau tindakan nekat Anna saat itu adalah hasil dari menumpuknya rasa putus asa Anna dalam menjalani karirnya sebagai seorang aktris pemula.Anna yang baru 6 bulan merintis karirnya sebagai aktris, sebelumnya juga sudah banyak menerima kata-kata hinaan dari Jessica akibat muak melihat cara Anna berakting, yang dianggapnya sangat buruk.Sudah banyak rasa sakit yang menumpuk di dalam hati Anna akibat sikap kasarnya itu. Belum lagi ditambah kehidupan berat yang Anna jalani sebagai salah satu anak dari pasangan miskin yang sering menerima hinaan dari orang-orang di tempat kerja sambilannya, juga teman-teman di sekolahnya.Anna yang masih bisa berbesar hati walau harus menerima banyak hinaan sepanjang hidupnya itu pada akhirnya tidak bisa menahan sakit hatinya lagi saat menerima kata-kata kasar Jessica di malam itu, yang menyebut dirinya sebagai pelacur licik karena mengira jika Anna telah memperdaya dan merayu tunangannya.Kata-kata itulah yang memicu Anna untuk melakukan bunuh diri.Anna yang sudah sangat mengenal perangai buruk Jessica —yang sangat arogan dan angkuh—, tahu jika dirinya tidak akan pernah mengubah pandangan Jessica lagi bagaimanapun ia berusaha menjelaskan kejadian yang sesungguhnya.“Harusnya bukan kita berdua yang mengalami ini, kan?” gumam Jessica, menatap wajah kabur Anna yang terpantul di kaca jendela.“Sebagai permintaan maaf, aku akan membalaskan apa yang sudah dia lakukan pada kita berdua. Aku berjanji padamu."❀❀❀Setelah membulatkan tekad untuk membalas apa yang sudah tunangannya lakukan pada dirinya dan Anna, Jessica yang sudah selama dua hari ini memikirkan cara untuk dapat kembali ke tubuhnya berniat untuk pergi ke ruangan lain di mana tubuh aslinya berada. Ia menebak, jika jiwanya telah berpindah ke dalam tubuh Anna, maka jiwa Anna pastilah sedang berada di dalam tubuhnya juga.Jika ingin balas dendam, dia harus mendapatkan tubuh aslinya terlebih dahulu karena dengan dirinya sendirilah ia akan memiliki sumberdaya untuk bisa menghancurkan kehidupan tunangannya, yang ia tahu memiliki dukungan dari banyak orang kuat yang berada di belakangnya. Seperti cara tubuh mereka tertukar, Jessica menebak jika dia dan Anna akan bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing jika keduanya mati sekali lagi. “Aku tinggal menusuk jantung dari tubuh asliku, lalu aku akan melakukan bunuh diri setelahnya. Dengan begitu jiwa kami akan kembali lagi ke tubuh kami sendiri, kan?” pikirnya. Cara sederhana itulah yan
‘Untuk apa si brengsek ini datang ke sini?’ Bagi orang lain, sudah pasti akan terlihat normal jika Elvin Wright datang mengunjungi Jessica Wright yang merupakan anak kandung dari mendiang kedua orang tua angkatnya itu. Tapi tidak bagi Jessica dan keluarga besar Wright yang tahu tentang perselisihan di antara keduanya. Di mata mereka, kedua saudara angkat itu bagai musuh yang tidak akan pernah bisa didamaikan, apapun keadaannya. Elvin ingin mengulang pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya, namun mengurungkan niatnya setelah melihat cara Anna menatapnya. Walau mata bulat Anna sangat berbeda jauh dengan mata upturned milik Jessica —yang selalu membuatnya kesal saat mendapat tatapan tajam dari adik angkatnya itu—, namun sorot mata dan cara gadis bertubuh mungil itu menatap padanya membuat Elvin merasa jika ia seperti sedang berhadapan langsung dengan Jessica, terutama saat gadis berambut hitam sepinggang itu mulai berbicara. “Menyingkir dari hadapanku!” Elvin menyingkir dengan refl
Zlarrrrr…!!!Suara dari sambaran petir —yang terdengar sangat nyaring saat menyambar dan menghancurkan seluruh dinding ruangan— menghentikan keributan di antara mereka.Jessica yang awalnya mengira jika sebuah bom telah jatuh ke rumah sakit itu, hendak melarikan diri tapi tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali hingga sempat mengira jika dirinya ikut meledak dan mati bersama dengan ledakan tadi.Ia mengira jika hanya rohnya sajalah yang tersisa dan hidup dengan melayang-layang di udara, —setelah melihat jika lantai yang dipijaknya juga ikut hancur lebur oleh sambaran petir barusan.Saat debu dari ledakan mulai menyusut, Jessica melihat puing-puing dari ruangan yang telah hancur, juga melayang-layang di udara seperti dirinya. Karena itulah dugaan jika tubuh Anna yang menampung rohnya telah hancur, juga semakin kuat.Tapi saat debu dari ledakan sudah hampir menghilang sepenuhnya, Jessica akhirnya melihat tubuh Elvin yang masih tetap utuh sedang melayang-layang di hadapannya. Tubuh
“Apa kau tidak pernah merasa kalau dirimu itu terlalu angkuh dan suka bersikap seenaknya?” Dewa memulai pembicaraan mereka lagi dengan mengajukan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang tentu saja langsung dibantah Jessica, “Aku angkuh? Bagaimana kau bisa menyimpulkan tentang diriku dengan seenaknya saja?” “Karena aku adalah Dewa. Aku bisa tahu dan melihat apa yang sudah kau lakukan sepanjang hidupmu, dan itu membuatku muak.” “Hah? Muak? Apa itu sebuah kejahatan? Aku hanya bersikap sesuai dengan apa yang kuinginkan dan sesuai dengan keadaan yang terjadi di sekitarku. Apa kau ingin agar aku bersikap palsu seperti sedang berperan dalam sebuah film?” bantah Jessica. “Kau berani membantah Dewa? Kalau kau bisa menahan diri, kau pikir Anna Briel akan mengakhiri hidupnya?” “...” “Kau menyadarinya?” “Hah? Siapa yang menyadarinya? Bukankah kau ingin agar aku tidak membantahmu? Kalau Dewa berkata seperti itu, apa aku punya hak untuk membantah lagi?” “...” “Betul, kan?” “...Sudahlah…,” ucap
“Anna! Apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin melompat ke bawah sana? Jangan bodoh!” seru Jessica memanggil Anna yang sedang memanjat pagar balkonnya. Tidak mendapat jawaban dari remaja itu, terutama setelah melihat Anna sudah berhasil duduk di atas pagar balkon, Jessica yang saat itu sedang memiting Joseph Thiago —tunangannya— setelah berhasil memenangkan perkelahian di antara mereka, mau tidak mau melepaskan apitan tangannya dari leher Joseph dan berlari dengan tergesa untuk menarik Anna turun dari sana. Ia menebak, Anna yang tampak putus asa itu berniat untuk bunuh diri dengan melompat dari atas pagar ke sisi luar balkon. Jessica memang selalu merasa kesal pada Anna tiap kali melihat akting buruknya dalam semua kesempatan casting yang perusahaan mereka berikan. Ia juga sangat marah setelah melihat Joseph merangkul Anna di atas ranjangnya. Tapi dia juga tidak ingin Anna sampai mengakhiri hidupnya karena semua hal itu. Jessica sebenarnya sangat menyayangi Anna yang dianggapnya mem
Di sebuah gedung 20 lantai… Elvin Wright duduk di belakang meja kerjanya, membiarkan komputer menyala sementara ia termenung saat mengenang kembali akan kejadian aneh yang dialaminya di ruang perawatan Jessica Wright —adik angkatnya— yang sedang terbaring koma. Sikap dan cara berbicara remaja bernama Anna Briel yang sempat berdebat dengannya disana —sebelum akhirnya kejang-kejang dan jatuh pingsan— membuat konsentrasinya dalam bekerja menurun selama beberapa jam belakangan ini. Elvin bahkan masih duduk termenung di kantornya walau hampir seluruh karyawan di kantor itu telah pulang. “Kakek juga merasakan sesuatu yang janggal dari dirinya, kan?” pikir Elvin, mengingat Norman Wright yang biasanya tidak pernah tertarik berinteraksi apalagi berhubungan dengan orang asing —kecuali sedang bertransaksi bisnis— malah meminta untuk tetap tinggal untuk melihat kondisi Anna sementara ia kembali ke kantornya. Saat itu Norman Wright sebenarnya berada tepat di belakang Elvin ketika mereka memergo
Karena sudah menjadi kebiasaan sejak masih berada di tubuh aslinya, Jessica —yang mulai saat ini akan disebut sebagai Anna— terbangun sebelum fajar menyingsing. Saat itu masih pukul 4 pagi dan dia tidak melihat Sherly lagi di sampingnya. “Dia bangun lebih pagi dariku?” Saat ia sedang bertanya-tanya, ingatan Anna muncul begitu saja dalam benaknya —seperti biasanya—, menggambarkan rutinitas Sherly yang memang sudah terbiasa bangun di pagi hari untuk pergi bekerja sambilan dan baru akan kembali lagi pada pukul 5.30. “Dia bekerja sebagai penyapu jalan setiap pagi? Astaga, apa dia tidak akan terkena masalah karena bekerja seperti itu di bawah umur?” Ingatan berikutnya adalah ingatan mengenai kebiasaan Anna. Di pagi hari, Anna biasanya akan mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak untuk sarapannya, sarapan ayahnya, juga sarapan Sherly. Sementara ibunya —sama seperti Sherly— sudah berangkat sejak jam 4 pagi untuk bekerja sebagai pembantu di beberapa rumah tangga. “Jadi
“Astaga! Bikin kaget saja!” umpat Anna kesal, melihat Dewa yang menghukumnya itu sudah berdiri di depan pintu rumah. “Mau pergi ke mana sepagi ini? Bukannya kau harus pergi ke sekolah?” “Kau sendiri, apa yang kau lakukan sepagi ini di depan rumah orang? Apa kau tidak sibuk? Bukannya kau Dewa?” Anna yang merasa kesal setelah dikejutkan sang Dewa, balik bertanya dengan tatapan marah. “Kau tidak berhak mengetahui pekerjaanku.” “Kau juga tidak ber— Aaaaaahhhhh…! Kau f**k! Aaaaaaahhhh…” Anna merasakan sengatan listrik kecil di dalam tubuhnya tiap kali berniat berbicara kasar pada sang Dewa. Tahu penyebabnya, ia pun dengan sangat terpaksa menahan diri untuk tidak mengucapkan kalimat kasar lagi walau sebenarnya sangat ingin menghamburkan semua kalimat kasar yang ada dalam benaknya pada sosok yang sangat dibencinya itu. “Masih berani berbicara kasar padaku?” “...T-tidak.” “Cuma itu?” “Apa lagi yang harus kukatakan?!” “Belajarlah meminta maaf jika kau sudah melakukan kesalahan.” “Sal