Share

Kekasih Suamiku
Kekasih Suamiku
Penulis: silvia siwi

Kejujuranmu Petaka

"Tak baik membatalkan lamaran, sementara tanggal pernikahan sudah di ujung mata. Terlebih kamu pihak perempuan. Perempuan selalu menjadi pihak yang tak diuntungkan. Ibu takut kena karma."

"Tapi, Ibu, Mas Bayyu sendiri yang mengakui dirinya mendua. Bahkan, ia tidak bisa, meski hanya sekedar berjanji, untuk meninggalkan perempuan itu, Bu. Apa Airin kuat, Bu, hidup dengan lelaki yang hatinya telah terisi nama lain. Bahkan Airin belum memulai biduk rumah tangga. Bukankah Airin masih bisa menentukan jalan?" Perempuan bermata sendu itu tak mampu menahan air matanya untuk tidak menggenangi mata. Sementara itu, wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu hanya mampu menenangkan putri semata wayangnya dengan pelukan.

"Ibu paham betul bagaimana perasaanmu, Nduk. Bahkan, hampir semua wanita pernah merasakan bagaimana sakit hati, kecewa, dan putus asa dikhianati pasangan. Tapi anak Ibu adalah wanita yang kuat. Pasti bisa melewati ujian ini. Anggaplah ini adalah ujian pra pernikahan yang hanya menguji kesetiaan dan keyakinanmu terhadap pilihanmu.

Jika kamu mampu melewati ini, niscaya ujian-ujian yang lebih berat setelah pernikahan nanti pasti akan bisa kamu lewati. Sabar, ya, Nduk,"  tangan senja Ibu mengelus punggung Airin dengan pelan, berusaha menyalurkan kekuatan kepada putrinya tersebut.

Airin pamit ke kamar. Meminta waktu sendiri untuk menata hati dan mengurai pikirannya yang kusut.

***

[Len...]

Bip-bip. Sebuah notifikasi pesan dari aplikasi perpesanan hijau. Wanita itu tersenyum tipis membaca nama pengirim yang tertera di layar ponselnya. Uttara Bayyu.

[Ya? Ada apa?]

[Aku sudah berterus terang pada Airin. Tentang hubungan kita.] Glek. Kerongkongan Selena mendadak tercekat. Ia tak menyangka lelaki itu akan bertindak seberani itu.

[Kamu sudah gila?] Tidak ada kalimat lain yang bisa ia ucapkan saat itu, selain menganggap kejujuran itu sebagai suatu yang tak waras, yang tentu akan menjadi petaka bagi hubungan Bayyu dengan calon istrinya. Juga petaka bagi dirinya sendiri. Ia yang telah menjadi duri dalam hubungan itu.

[Kau yang sudah membuatku tergila-gila. Tapi aku akan tetap menikahinya. Juga mencintaimu.] Perempuan 25 tahun ini terdiam. Tak lagi membalas pesan itu. Meski ia sakit harus merelakan lelaki yang teramat dicintainya harus menikah dengan orang lain, tapi ia juga tersentuh dengan kalimat terakhir itu.

Perempuan itu gusar. Ia tak tahu harus berdiri di mana. Haruskah ia menjadi perempuan baik-baik yang harus pergi dan tak lagi mengusik hubungan orang, ataukah tetap memperjuangkan cinta lelaki yang telah mampu mengusir trauma masa kecilnya? Toh, janur kuning belum sepenuhnya melengkung, bukan?

'Aku takkan mundur. Terkadang, Tuhan memang mempertemukan cinta yang tepat dengan jalan dan situasi yang salah. Kalau aku harus menempuh jalan yang salah saat ini, sepertinya aku tak masalah,' ujarnya seraya bercermin, menguatkan dirinya sendiri. Sebuah senyum misterius terpantul di cermin riasnya. Sungguh hanya ia dan Tuhan yang tahu maksud tersembunyi di balik senyum itu.

***

Pagi itu kantor masih tampak sepi. Masih jam tujuh lebih seperempat. Aktivitas baru dimulai pukul delapan. Tapi hari itu tampak lain. Uttara Bayyu telah menduduki singgasana kerjanya. Selama delapan tahun ia bekerja di kantor keuangan tersebut, baru hari itu ia berangkat sangat awal. Bahkan kantor masih sepi, hanya ada beberapa OB yang sedang menjalankan tugasnya.

Bayyu tampak bersemangat. Kemeja abu-abu yang dikenakannya terlihat sangat kontras dengan rona wajahnya yang cerah ceria. Hatinya sudah tak sabar menantikan seseorang.

Pucuk dicinta ulam tiba. Seseorang yang dinanti-nanti muncul di hadapannya. Lengkap dengan pemandangan yang sangat menyegarkan bagi mata lelaki. Setelan blazer hitam dan inner putih, dipadupadankan dengan celana panjang berwarna hitam senada yang sempurna menampakkan kaki jenjangnya. Rambut kecoklatan tergerai manja di bawah bahu, sesekali menutupi wajahnya yang selicin porselen. Sungguh kecantikan yang paripurna.

"Wah, kamu bawa apa ini?" Sapa Bayu riang ketika menerima sekotak bekal sarapan yang dibawa Selena.

"Tadi aku bangun kepagian. Terus pengen masak aja dan aku ingat kalau nasi uduk itu kesukaan kamu," ujar perempuan yang akrab disapa Lena membuat alasan. Sebenarnya memang ia telah membuat sarapan itu secara khusus untuk Bayyu. Bahkan, ia sampai bertanya-tanya pada OB yang biasa melayani Bayyu menu yang disukai atasannya itu. Semua itu ia lakukan karena hatinya sedang berbunga. Seperti mendapat kekuatan baru untuk memperjuangkan sesuatu dalam hidupnya. 

Bayyu tampak sumringah. Ia buka kotak makan itu hendak menyantapnya segera. 

"Kamu temani aku makan, ya?" Pinta Bayyu dengan tatapan penuh harap. Sementara itu, perempuan berparas Indo dan hidung bangir  yang sedang ditatap pun tak kuasa menolak ketika tangan lembut Bayyu menyetuh punggung tangannya. Ia hanya bisa menjawabnya dengan anggukan, sementara degup jantungnya berlompatan.

Drrt..drtt.. Ponsel Bayyu bergetar. Sebuah pesan singkat menuju smartphone miliknya. Dari Airin. Ia abaikan pesan calon istrinya itu dan lanjut menyantap sarapannya. Matanya tak lepas memandang shepia-nya yang duduk manis di hadapannya.

"Kalau kurang, di rumah masih ada sisa," goda Selena yang melihat makanan di kotak bekal miliknya telah tandas.

"Masak aku dikasih sisa," protes Bayyu seolah memang benar-benar tak terima.

"Kalau begitu biar aku masakkan lagi nanti di rumah. Spesial untukmu," tawar perempuan itu dengan senyum misterius yang kali ini langsung ditangkap Bayyu sebagai pertanda lampu hijau.

"Besok Sabtu kamu harus menepati janjimu itu," ucap Bayyu dibarengi dengan senyum dan tatapan genit pada staff bawahannya itu. Mereka lantas segera berpisah, Selena kembali ke ruangannya, sebab para pegawai lain mulai berdatangan.

Selagi perempuannya pergi, Bayyu ingat akan pesan Airin yang sempat ia abaikan. Ia lantas membuka pesan singkat yang memintanya untuk bertemu sore nanti. Bayyu mengiyakan lewat pesan balasannya. 


***

"Aku mau membatalkan rencana pernikahan kita," ucapan Airin terdengar lugas dan tegas. Sore itu mereka bertemu di rumah Airin. Mereka mengobrol di taman kecil yang terletak di samping rumah. 

"Aku sudah bilang, aku akan menikahimu. Itu janjiku dulu yang akan kutepati sekarang," Bayyu masih menjawabnya dengan nada datar seperti biasa mereka berkomunikasi.

"Kalau gitu lepaskan perempuan itu!" Tegas perempuan berhijab itu mengultimatum.

"Aku juga sudah bilang, aku tidak bisa."

"Jadi, lebih baik kamu lepaskan aku! Biar aku yang mundur dan cari jalan bahagiaku sendiri," pungkas Airin yang wajahnya mulai terlihat memerah. Matanya panas.

"Itu aku juga tidak mau. Intinya, aku akan tetap menikah denganmu dan mencintai kalian berdua. Itu pilihanku." 

Sudah habis kesabaran Airin. Tak sanggup lagi beradu argumen dengan kepala batu di hadapannya itu. 

"Baiklah. Kalau gitu biar aku yang membuat perhitungan dengan perempuan jalang itu!" Tangan Airin melepas cincin lamaran pemberian Bayyu dengan kasar dan melemparnya penuh amarah ke tanah. Ia berbalik meninggalkan lelaki itu seorang diri.




Komen (2)
goodnovel comment avatar
Arief Mixagrip
menarik sih
goodnovel comment avatar
Charlotte Lee
menarik ceritanya.. boleh tau akun medsosnya gaa biar bisa aku follow?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status