Share

(Chapter 5)

"Menyusahkan saja," gumam Bara menatap kearah Meylani.

Niat hati ingin melampiaskan kegelisahan pada kegilaannya di tempat ini malah kedatangan sumber onar, membuat Bara membatalkan tujuan awalnya datang ke sini.

Tak ada yang berubah dari sikap Meylani untuk Bara, sejak terakhir kali mereka bertemu, delapan tahun silam. Meylani dan Bara saling mengenal sejak dibangku sekolah menengah pertama, dan sejak saat itu Meylani menyukai Bara hingga saat ini. 

Berbeda dengan Meylani yang setengah mati mengejar cinta Bara. Pria itu, justru merasa tidak nyaman dengan sikap Meylani dan selalu menunjukkan sikap dinginnya kepada gadis itu.

"Do, tolong urus dan antar dia pulang!" utus Bara.

"Pulang kemana, pak?"

"Ke rumahnya lah, Do!"

"Tapi saya tidak tau alamat rumahnya dimana, pak," sahut Aldo.

"Ya, kamu tanyakan saja, Do. Urus saja, saya mau pulang!" sahut Bara seraya melempar kunci mobil miliknya kearah Aldo, dan dirinya sendiri memilih untuk pulang menggunakan taxy online yang sudah ia pesan beberapa saat lalu.

"Enak banget lagsung pergi," gumam Aldo melihat Bara meninggalkannya bersama gadis yang tidak ia kenal itu.

Tiba-tiba saja Meylani berdiri dan bergelayut manja kepada Aldo, "Loh, apa-apaan ini?" 

"Bara?" gumam Meylani setengah sadar, seraya mengusap dada Aldo.

"Sinting," gerutu Aldo seraya menepis tangan Meylani dari dadanya dan berniat untuk segera mengantarkan gadis itu pulang.

Dengan susah payah Aldo berusaha membawa gadis itu menuju mobil Bara yang terparkir cukup jauh dari pintu utama gedung itu.

"Aduhh, sialan, mana mobilnya jauh lagi parkirnya," gerutu Aldo.

Seperti jatuh tertimpa tangga, Aldo yang sejak awal malu karena penampilannya, dan kini berakhir harus mengurusi wanita mabuk kenalan bosnya. 

Huekkkkkk.

Meylani yang mabuk pun tak sengaja muntah tepat di dada Aldo.

Bughhhh.

"Aduhhh," desis Meylani yang terjatuh di pelataran gedung itu seletah Aldo melepaskan pegangannya pada dirinya.

"Wah, sialan," umpat Aldo kesal.

Aldo mengacak rambutnya frustasi dengan ekspresi kesalnya. Ia tidak tau harus bagaimana lagi, kenapa hari ini bayak sekali kesialan yang menimpanya.

"Kamu kenapa sih jatuhin saya, kan sakit!" protes Meylani.

"Huhhhh," terdengar suara berat dari hembusan nafas Aldo.

"Mbak, lebih baik mbak pulang saja sendiri ya!" ucap Aldo seraya menahan amarahnya.

"Mana bisa saya pulang dalam keadaan seperti ini," sahut Meylani dengan suara yang terdengar seperti sedang bergumam.

"Udah tau kalau keadaan seperti ini tidak bisa pulang, malah di lakuin," gerutu Aldo. akhirnya, mau tak mau Aldo mengantarkan Meylani pulang dengan menggunakan kaos dalam, karena baju tidurnya sudah ia buang akibat ulah Meylani yang muntah di bajunya tadi.

"Kalau bukan perintah dari pak Bara untuk mengantarkannya pulang, mungkin sudah saya tinggal kamu di sana biar di makan wewe gombel," gumam Aldo kesal menatap kearah Meylani yang justru tertidur lelap di kursi penumpang.

***

Sejak Elviara tinggal di rumah Srinten, gadis itu sedikit demi sedikit mulai meninggalkan kebiasaan buruknya yang seperti putri raja. Pagi-pagi sekali Elviara sudah memasak untuk dirinya sendiri dan bersiap untuk mencari pekerjaan.

DRTTTT DRTTTT DRTTTT.

"Hallo?"

"Non, ini mbok Sri!" ucap Srinten ketika mendengar suara nona mudanya dari sebrang telepon.

"Ada apa, mbok?"

"Non, sudah makan belum?"

"Sudah, mbok. Tadi aku coba untuk masak. Hitung-hitung buat belajar lah, mbok!" sahut Elviara.

"Syukurlah, terus non, bagaimana betahnya di sana?" 

"Alhamdhulillah, betah kok, mbok!"

"Ini Ara sudah rapi mau pergi wawancara, mbok!"

"Ya sudah, semoga cepat dapat kerja ya, non!"

"Jangan lupa makan yang teratur, ya, non. Kalau ada apa-apa jangan ragu-ragu untuk kabarin saya!" ucap Mbok Srinten lagi.

"Iya, mbok. Ya sudah Ara tutup dulu ya, mbok teleponnya!"

"Iya, non."

Elviara terlihat cantik mengenakan blus berwarna putih berpadu dengan rok berwarna mocca selutut. Kaki jenjang yang telah berbalut sepatu hak tinggi berwarna senada dengan blus yang di pakainya. Dengan ceria, gadis itu berjalan menuju halte bus yang akan membawanya menuju salah satu perusahaan ternama yang kali ini sedang membuka lowongan pekerjaan.

Dengan sabar, Ara menunggu di halte bersama beberapa calon penumpang lainnya. Tanpa Ara sadari ada seorang lelaki tersenyum menatap ke arah Elviara.

Sebuah bus datang, membuat Ara bergegas untuk naik, dan laki-laki yang tadi sempat mencuri pandangan kearahnya tak sempat menyapanya, tetapi malah ikut naik kedalam bus yang sama dengan Elviara.

"Boleh saya duduk di sini?" 

Elviara mendongak ketika mendengar suara berat laki-laki bertanya kepadanya.

"Silahkan," sahut Ara seraya bergeser ke kursi sebelah.

"Terimakansih!" ucap lelaki itu, dan hanya mendapat anggukkan dari Ara.

Tak ada obrolan diantara Ara dan laki-laki itu. Ara terlihat fokus dengan ponselnya, membuat pria yang duduk di sebelahnya tak enak hati untuk mengajaknya berbincang.

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa bus yang mereka tumpangi telah berhenti di halte tempat Elviara melamar kerja.

"Permisi!" ucap Elviara yang sudah bersiap akan turun.

Lelaki yang duduk di sebelah Elviara pun memberikan jalan untuk Elviara turun dan mengikuti gadis itu.

"Ehemm, kamu karyawan baru di sini?" tanya pria itu setelah cukup lama mengikuti Elviara tanpa sepegetahuan gadis itu.

"Ehhh, bukan ... saya baru akan melakukan wawancara di sini!"

"Ohhh begitu, semoga berhasil ya!" 

"terima kasih, maaf saya permisi dulu!" sahut Elviara dengan sopan.

Sedikit kecewa melihat Elviara berlalu pergi, "Padahal saya belum sempat menanyakan namanya."

Berbeda dengan Elviara yang mengawali harinya dengan lancar, Bara yang baru saja melewati pintu utama perusahaannya seketika menghentikan langkahnya setelah melihat seorang wanita yang paling ia hindari selama ini menunggunya di depan lift.

"Bara!" panggil Meylani dengan heboh.

Hampir saja Meylani berhasil memeluknya, kalau saja Bara tidak cepat menghindar.

"Stop, jangan bertindak sembarangan atau kamu akan menyandang gelar baru sebagai pelakor!" peringat Bara membuat Meylani kesal.

"Memangnya kenapa, siapa yang berani merebut kamu dari ku?" dengan percaya diri Meylani mengatakan itu.

"Memangnya sejak kapan saya menjadi milik kamu?" pertanyaan menohok dari Bara itu berhasil membuat Meylani terdiam.

Bara sangat menyesal kenapa semalam dirinya pergi ke club malam dan berakhir bertemu dengan wanita gila yang sangat terobsesi dengannya ini. andai saja dirinya tidak pergi ke sana, pasti Meylani tidak akan mengetahui kepulangannya.

"memangnya siapa wanita itu, jangan bilang kamu berbohong untuk menghindari ku?" tanya Meylani seraya memincingkan matanya menatap curiga kearah Bara.

Bara yang memang saat ini tidak dekat dengan siapa pun sedikit kesulitan menjawab pertanyaan Meylani, namun sesaat kemudian netranya menangkap sosok gadis yang membuat bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

"Permisi, pak!" ucap Elviara sopan saat akan melintas tanpa berani melihat kearah laki-laki berjas dan seorang wanita berpenampilan elegan yang tanpa Elviara sadari ia adalah Bara dan Meylani.

Mata Elviara terbelalak saat sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan menarik kuat pinggangnya, hingga membuat dirinya menempel kepada pria itu dan map yang di bawanya terjatuh.

"BARA? Apa maksudnya ini?!" 

Tergambar jelas di raut wajah Meylani bagaimana kemarahannya saat ini, hingga matanya membulat sempurna menatap kearah Bara dan Elviara bergantian.

"Kamu?" Elviara cukup terkejut mengetahuin bahwa pria yang menarik pinggangnya saat ini adalah pria yang ia temui pada malam gila itu.

Bara tersenyum miring menatap kearah Elviara tanpa memberikan jarak sedikit pun dengan gadis itu, bahkan tangannya saja masih berada di pinggang Elviara.

"Apa kabar, sayang?" sapa Bara.

DEGGG.

Pria ini memanggilnya apa!?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status