"Sel. Pulang bareng yuk!"
Kai menawarkan diri untuk mengantar Gisela pulang karena wanita itu tidak ada yang menjemput dan mengharuskannya memakai jasa antar jemput online.
"Ayuk, dari pada lu naik jasa online. Mending sama gua udah kenal!"
Kai berbicara tepat disaat Yunsri dan Youmna ingin menaiki kendaraan mereka, Youmna mendengar dengan jelas.
Kan, dasar cowok nggak tau malu! bisa-bisanya dia jalan sama cewek yang udah hina gua! sebenarnya mau lu itu apa sih Kai?
Youmna berkali-kali membatin, Ia tidak tahan akan setiap tingkah diam Kai yang menyebalkan, tingkah yang seolah membela penghujat, sadar Youm. Mereka itu satu Genk jadi kemungkinan kecil akan dibela! tidak mungkin kan Ia menghianati kawan satu Genk-nya dahulu.
"Sabar Youngieku." Yunsri berucap dan memberikan kecupan dari jauh untuk Youmna.
"Apaan sih!"
&n
Kai sengaja mengantar Gisela tepat di depan Youmna, bukan untuk membuat dia sakit hati namun, agar dia tahu. Dibalik pengetahuan Youmna Kai memiliki suatu rencana yang tidak dia tahu. Kai sadar betapa sakit hati Youmna dihina dihadapan banyak orang namun, dia memiliki sebuah rencana balas dendam yang elegan. "Gimana kerjaan lu?" tanya Kai memulai pembicaraan. "Baik." "Gua denger bos gua temen akrab lu ya?" lanjut Gisela dengan tanya. "Iya, akrab banget malah," ucap Kai dengan santai, Gisela menatap Kai dengan kagum dalam batinnya saat masih menyetir pun Kai masih terlihat tampan. Kai tahu tatapan Gisela, bertahun-tahun mengenal Gisela Ia tahu apa arti tatapan itu. Terlebih sudah beberapa kali Gisela mengungkapkan perasaan pada Kai namun, Kai tidak pernah menggubrisnya. D
"Dari mana lu bro?" tanya Yardan pada Kai, yang kini memasuki kamarnya. "Habis reunian," jawab Kai, tanpa meminta izin Kai langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur milik Yardan. Ia memijat kening dengan perlahan untuk menghilangkan pusing yang sedari tadi dia alami. "Berarti tadi ketemu Youmna?" "Iya," jawab Kai dengan singkat dan nada berat, Yardan menutup pintunya dan mendekati Kai, memposisikan tubuhnya sama dengan tubuh Kai saat ini; berbaring. Malam ini Kai berniat untuk menginap dirumah Yardan, sekarang mereka berada diranjang yang sama keduanya tidur terlentang menatap atap langit seraya menghayal. "Kai, kenapa sih Youmna sama lu. Pusing gua?" tanya Yardan blak-blakan. "Ada hal yang nggak dia suka dari gua, dimasa lalu," Yardan melirik Yardan sebentar dan menatap atap langit lagi. "Apa itu?" "Dan apa lu bena
Dengan rambut yang masih acak-acakan Youmna terbangun dari tidurnya dan langsung menuju keluar kamarnya untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah di mushola yang ada di dalam rumahnya. Dengan biasa Youmna akan memakai kamar mandi yang ada dibawah agar lebih mudah dan lebih simpel untuknya seperti hari-hari biasa yang rutin dia lakukan. Selesai memakai kamar mandi dan wudhu Youmna memakai mukena untuk menunggu Yardan dan Bagas, sementara Yanti telah bersama Youmna untuk menunggu mereka juga. Yanti menunggu sambil memegangi tasbih berdzikir sedangkan Youmna memilih untuk membaca Mushaf, dan tak selang beberapa lama yang di tunggu akhirnya datang; Yardan. "Kamu disini Kai?" Ucapan Yanti yang memecah fokus Youmna yang sedang membaca Mushaf dan melirik ke arah Yardan yang berdiri bersama dengan Kai. "Iya Tan," senyum Kai. Youmna menyudah
Youmna menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya, setelah melewati tujuh tahun menganyam pendidikan di Jerman. Terhitung masa SMA dan kuliahnya Ia habiskan di sana bersama dengan nenek dan kakeknya. Udara yang ia rindukan, pemandangan yang telah banyak berubah sejak ia meninggalkan Jakarta, serta jalan yang punya banyak kenangan untuknya. "Damn it!" Youmna mengumpat pengendara mobil yang melintasinya dengan kecepatan tinggi hingga air hujan yang ada di jalanan mengenai tubuh dan pakaian dengan kuyup. Dan ia sadari hal yang tidak pernah berubah dari kampung halaman adalah kebiasaan orang-orang yang berkendara seperti pembalap di jalan umum terlebih lagi anak muda. Pemuda yang mengendarai mobil tadi berhenti dan meminggirkan mobilnya, "Sorry!" suara pria itu dari kejauhan. "Sorry, sorry!" umpat Youmna sambil membersihkan p
"Jeng, nanti malam jadi 'Kan?" Suara Sofia menjawab obrolan seseorang dari seberang telepon. "Oke-oke siap!" Sofia mematikan telepon selulernya, ketika Kai datang dan mengambil segelas air minum dan duduk di samping Sofia. "Nanti malam ikut mama sama papa ya, nemuin rekan bisnis." "Buat apa? Perjodohan lagi?" jawab Kai ketus kepada ibu tersebut. "Ngomong sama mama nggak boleh gitu dong, harus lembut," celetuk Brian yang tiba-tiba datang. "Pa ... Ma ... Kai kan udah bilang. Kai nggak mau dijodohin!" "Nah, kalo gitu dari semua cewek yang sering kamu bawa ke rumah. Ada dari mereka yang kepribadiannya bagus dan sesuai sama leluhurmu?" Kai merenung mengingat dari semua wanita yang ia kencani dan kesemuanya itu pasti Sofia dan Brian tidak setuju dengan alasan-alasan kongkret dan fakta. Dari Veronica yang jadi incaran banyak pria karena cantik d
"Hemm, Youmna kangen banget!" Youmna memeluk Bagas dan Yanti secara bersamaan. "Anak gadis ayah ini dari mana aja sih?" Bagas mengelus ubun-ubun Youmna dengan kasih sayang. "Dari menyelesaikan misi masa depan!" Tawa Youmna. "Hemm." Yanti mencium pipi Youmna dan dibalas oleh Youmna tiga kali lipat ciuman Yanti kepadanya. "Maksud ayah, kamu ke mana tadi kok dicariin di kamar nggak ada, Sayang?" Bagas melirik Yardan yang mencoba menjelaskan melalui isyarat gerak tubuh bahwa Youmna dari luar menemui Kasiyem. Kini semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga dengan posisi Bagas dan Yanti duduk di sofa, Yardan duduk di samping Yanti namun di penahan sofa, sedangkan Youmna duduk di karpet bulu di hadapan Bagas dan Yanti. "Ceritain dong Dek gimana di Jerman?" "Abang ini kaya nggak pernah ke sana aja!" Tawa Youmna. Memiliki Kakek
"Ma ... ini mah rumahnya si Yardan," gerutu Kai saat mobil yang ia dan keluarganya memasuki halaman rumah Yardan. "Udah sih, berisik kamu itu!" Kai mengetuk-ngetuk kaca jendela dangan sendi jari-jarinya sedangakan Brian yang mengemudi sedang mencari posisi parkir dan Sofia terus menatap Kai yang seperti orang ogah-ogahan itu dari kaca depan mobil."Senyum dong ganteng!" seru Sofia sambil menatap kaca dan fokus melihat objek didalamnya. Kai sebagai objek yang dituju itu hanya menatap malas Sofia dan senyum yang dipaksakan. Kini kaki ketiganya telah sampai di depan pintu dan sudah disambut oleh Yanti dan Bagas yang telah menunggu di depan pintu sejak mobil mereka memasuki halaman rumah. Mereka pun saling menyambut dengan salam dan tak lupa berpelukan untuk Yanti dan Sofia, salaman anak gaul untuk Brian dan Bagas sedangakn yang dilakukan Kai salaman horman kepada yang lebih tua. "Mana Ya
Kai masih menimbang-nimbang apa keputusan yang harus ia buat, mengigat keduanya sangat penting untuk masa depannya; perjodohan dan bisnis baru. Yang mana keduanya masih satu lingkup keluarga yang sama, ia tidak ingin mengambil keputusan yang salah dan tidak ingin juga kedua belah pihak, keluarganya dan keluarga calon merasa kecewa di akhir. "Gimana?" tanya Sofia. Kai mengangkat kepalanya, tahu apa yang saat ini Sofia jadikan bahasan untuk sarapan pagi kali ini. "Not bad!" Kai melanjutkan kembali kunyahan tanpa mempedulikan ekspresi Sofia ketika mendengar jawabannya. Sofia dengan wajah sumringahnya. "Pa nanti kita lamar Youmna, segera!" ucap Sofia kepada Brian dengan nada bahagia yang tak terkontrol. "Ma, tunggu! Jangan terburu-buru," ucap Kai dengan santainya. "Nah, kan kamu udah setuju!" "Pa, kapan aku bilang setuju? Ma, tadi aku b