Share

Menyerah Untuk Menang

“Pak, saya—“

“Pergi, Dung! Aku lagi pusing, jangan ganggu!” bentak Mahardika.

“Tapi, Pak—“

“Dudung!” Mahardika berdiri dan menendang kursi yang semula dia duduki.

Bunyi keras berkelontangan tercipta, sebab kursi plastik yang ditendang calon bupati itu menabrak beberapa pot bunga dan berakhir dengan pecah berantakan setelah beradu dengan tembok.

“Astaga, Papah ….”

Sinta bergegas mendekat ke sumber suara. Dalam hitungan tidak lama dia sudah tahu penyebab suaminya murka. Perempuan itu melihat Dudung menunduk dengan bahu bergetar, hanya berjarak sedikit dari pot-pot bunga yang berantakan terkena terjangan kursi.

“Dung, Bapak lagi banyak masalah, tolong kalau ada yang mau disampaikan nanti saja,” ujar Sinta pelan.

“Ta-tapi i-ini penting sekali, Bu.”

Mahardika mengambil kursi yang lain, dan dia duduk dengan gerakan kasar. Sengaja menghadap kepada Dudung. Mata ayah kandung Karisma itu melotot tajam. Hingga getaran Dudung menjad

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status