"Mas, Nur kepingin tinggal dirumah ibu bapak "
Perkataan Nur barusan membuat mas Danung menatapnya kebingungan."Maksudnya aku dan mas Danung tinggal disana, aku pengen tidur dikamarku lagi mas" terang Nur pada suaminya.
"Memangnya kalo tinggal disini kenapa? Lagian jarak rumah ini sama rumah bapak ibu kan nggak jauh. Kalo kamu kangen bisa pulang kesana sebentar." mas Danung menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Ya bukannya gitu sih mas, Nur kepengen aja gitu tinggal bareng sama bapak ibuk lagi. Boleh ya mas?Kita tinggal disana aja ya!" tetap mencoba membujuk suaminya agar mendapat ijin.
"Iya, mas ngomong dulu sama ummi dan abi. Tapi mas punya 1 syarat."
"Apa mas?" tanya Nur penasaran.
"Seminggu setelah kita tinggal dirumah ibu bapak kamu harus sudah siap menjalankan kewajiban kamu sebagai istri" jawab mas Danung membuat Nur menjadi ragu, dan langsung terdiam tak menjawab.
"Gimana Nur?" Imbuh mas Danung.
Setelah beberap
"Siapa yang mengirimkan pesan malam - malam begini?" gerutunya dalam hati.Tak di sangka dia mendapat pesan dari mantan kekasihnya.Gewa: Hi Nur! Bagaimana kabar kamu?Raut wajah Nur berubah menjadi sedih. Dia sangat merindukan pria itu, tapi apa boleh buat? Cincin yang melingkar di jari manisnya itu menjadi benteng besar antara dia dan Gewa. Jarinya gemetar mengetik huruf demi huruf untuk membalas pesan dari Gewa.Nur :Baik. Ada perlu apa? ngechat. malam - malam begini?Gewa: Maaf Nur, pasti sekarang kamu lagi sama suami kamu ya? Aku jadi nggak enak ganggu moment &nb
Suasana alun - alun yang tadinya hangat seolah - olah membeku seketika setelah kedatangan Gewa."Hai mas! ketemu lagi kita." Gewa tersenyum, memberi sapaan pada mas Danung. Berusaha mencairkan suasana."Hai! Gewa kan? kesini sama siapa?" tanya mas Danung berbasa - basi. Dengan intonasi yang sedikit kaku."Aku sama temen - temenku, mereka sudah pada balik duluan. Sebenernya aku juga mau pulang tadi, eh nggak sengaja lihat kalian disini." terang Gewa.Mata Gewa tertuju pada mantan kekasihnya yang sedari tadi fokus menatap dirinya, sendu."Kapan balik ke perantauan?" tanya Nur dengan suara pelan."Aku udah nggak kerja di sana lagi Nur. Udah lumayan lama sejak hari itu. hehe.. Lagi cari kerjaan di deket - deket sini" sedikit tertawa untuk menyembunyikan kesedihannya.Mendengar jawaban Gewa membuat mas Danung bingung. 'Sejak hari itu?' apa yang dimaksud Gewa? Mas Danung tidak mengerti karena dia memang tidak tahu apa - apa.Mengetah
Tak tahan dengan pertanyaan - pertanyaan yang menggumpal di dalam kepalanya, membuat mas Danung mengumpulkan keyakinan untuk menanyakan langsung pada Nur."Nur, mas mau nanya sesuatu." kata mas Danung."Silahkan mas. Mau tanya apa?" tanya gadis itu dengan suara yang pelan."Kamu sudah berapa lama kenal sama Gewa?"Pertanyaan mas Danung membuatnya tersedak air liurnya sendiri."Minum dulu, Nur!"Mas Danung sigap, menyodorkan gelas yang berisi air putih untuk meredakan batuk istrinya."Nur dan Gewa... su..sudah lumayan lama saling... mengenal, mas." Jawab Nur tergagap."Kenapa ya mas?" tanya Nur."Gak apa - apa kok Nur. Mas cuma pengen tau aja. Ngomong - ngomong belakangan ini sepertinya kamu sering ketemu dengan Gewa ya? Ah, bukan, maksudnya kita." Mas Danung mencoba menginterogasi istrinya yang sedang gugup itu."Ah, benar juga ya mas?. Itu cuma kebetulan aja mas."Nur mencoba menyembunyikan kekhawa
Tampaknya Nur sedang tergesa - gesa bersiap untuk bekerja.Mas Danung hanya geleng - geleng kepala melihat Nur yang selalu terburu - buru setiap ingin berangkat kerja.Meja make up tampak berantakan karena ulah gadis itu. Nur segera berpamitan pada mas Danung, lalu bergegas untuk berangkat kerja.Kebiasaan buruknya adalah kesiangan. Untung saja ia sampai di tempat kerjanya tepat waktu.Ia bergegas memarkirkan sepeda motornya, lalu segera memasuki toko buku itu.Setelah Nur menyimpan tasnya di loker karyawan,Ia lalu menghampiri Diana yang sedang merapikan buku - buku yang berantakan di etalase toko tersebut.Diana sudah tak heran ketika melihat sahabatnya yang ngos - ngosan seperti habis di kejar anjing."Hemm kesiangan lagi kan?" tanya Diana ketus."Iiihhh gitu amat sih Di? Biasalah Di." jawab Nur manyun."By the way kamu udah bener - bener sehat Nur?"tanya diana lagi, memberi perhatian kecil kepa
Hening suasana menyelimuti ruang keluarga yang sedang di singgahi oleh ketiga orang yang ekspresi wajahnya terlihat begitu serius. Tampaknya mas Danung sedang mengadu tentang masalah yang di alaminya semalam kepada Ummi dan Abinya, untuk meminta solusi yang terbaik dari mereka. Pak Kyai dan bu Yai pun sempat terdiam setelah mas Danung mengungkapkan hal apa yang menimpanya semalam, yaitu masalah saat berhubungan dengan istrinya, Nur. Dengan membaca basmalah, dengan pikiran dan hati yang tenang, pak Kyai pun memberikan solusi pada mas Danung. Lalu bu Yai meracikkan ramuan berbahan dasar telur bebek yang di perintahkan oleh pak Kyai, yang di percaya bisa menguatkan dan membuat tahan lama.Saat malam tiba mas Danung pun meminum ramuan yang di buatkan bu Yai untuknya. Ia berharap ramuan itu mujarab untuk mengatasi masalahnya. Nur yang baru saja melangkahkan kaki ke kamar pun terheran dengan setengah gelas sisa ramuan yang belum habis di minum suaminya."Apa itu mas?"
Mas Danung tergesa - gesa melangkahkan kakinya, mendekat ke arah bapak yang sedang menikmati secangkir kopi sembari menonton Tv, dan di temani oleh ibu. Wajah mas Danung memerah, alisnya berdempetan, dan keningnya mengerut tegang. "Pak,Bu!" panggil mas Danung datar, berusaha menahan amarahnya. Kedua orang tua Nur menoleh ke sumber suara. "Iya, nak?" sahut bapak. "Loh, tumben jam segini belum ke bengkel nak?" tanya ibu. "Hari ini bengkelnya libur, Danung lagi sakit kepala bu." terangnya. "Sudah minum obat nak?" tanya ibu lagi. Tak mendapat jawaban dari sang menantu, mas Danung hanya menatap bapak dan ibu secara bergantian, membuat ibu dan bapak bingung. "Pak, Bu, Danung mau tanya sesuatu." kata mas Danung. "Silahkan, nak, mau tanya apa?" bapak penasaran, begitu juga dengan ibu. "apakah Bapak dan Ibu ini mengenal pria yang bernama Gewa?" Mendengar pertanyaan mas Danung, membuat Bapak da
Suasana di rumah begitu tegang dan penuh amarah. Nur di pojokkan oleh kedua orang tuanya beserta suaminya. Nur sampai tak sanggup membendung isak tangis yang telah pecah sedari tadi, membuat matanya bengkak. "Mulai besok kamu tidak usah berangkat kerja! Mas melarangmu bekerja!" Kata - kata mas Danung berhasil membuat gadis yang sedang sesenggukan itu tersentak kaget. "Apa mas?" lirih suara Nur, kepalanya mendongak, sepasang bola matanya menyorot tajam wajah suaminya. "Ini hari terakhir kamu kerja, karena besok kamu sudah tidak aku perbolehkan untuk bekerja!" terang mas Danung. "Tap.. tapi mas...." "Sudah, tidak usah membantah perintah suamimu!" bunyi bentakan bapak yang tiba - tiba memotong kalimat Nur. Nur terdiam, kembali menundukkan kepalanya.Ia lalu melangkahkan kakinya memasuki kamar tidurnya, meninggalkan Ibu, Bapak, dan juga mas Danung yang masih terduduk di depan tv, dengan raut wajah yang masih tampak marah.
Hari Nur yang membosankan di mulai. Nur tidak akan lagi tergesa - gesa berangkat kerja. Tidak lagi bisa bercanda dan bercengkerama dengan Diana atau teman - teman yang lain di tempat kerja. Tidak lagi bersih - bersih rak buku yang berantakan. Nur hanya berbaring, mengurung diri di kamar dengan matanya yang sembab, karena kerap kali menangis. Padahal jarum jam di dinding sudah menunjuk angka 09:15.Nur merasa lega mas Danung sudah berangkat ke bengkel sejak jam setengah delapan tadi. Sebab Nur akan merasa semakin muak jika melihat wajah suaminya itu.Nur tiba - tiba bangkit, kakinya melangkah mendekati lemari kecil yang ada di kamarnya. Ia menyingkap -nyingkap pakaian yang telah terlipat dan tersusun rapih, tentu saja Nur sedang mencari sesuatu.Tak menemukan barang yang ia cari di lemari itu, Nur kemudian meraih tas ransel yang ada di atas lemari.Segera ia geledah tas itu. Dan benar saja, dia menemukan apa yang dia cari. Yaitu buku catatan kecil berwarna merah jambu, ya