Karena Vrilla masih ingin terus memainkan sandiwara hubungan harmonis ibu dan anak, maka Rachel dengan senang hati menemaninya bersandiwara.Rachel membiarkan Vrilla memeluknya sebentar. Setelah itu, dia baru mendorong perempuan itu menjauh darinya, lalu berkata dengan sedih, “Ma, aku juga kangen sama Mama .... Selama lima tahun aku luntang-lantung di luar negeri, nggak ada rumah untuk pulang. Aku paling kangen kasih sayang dari Mama untukku. Sekarang aku sudah pulang, apakah Mama akan tetap sayang dan memanjakan aku seperti dulu?”Ada sedikit kepuasan di mata Vrilla.Rachel si gadis tengik itu ternyata masih sama seperti dulu. Selama Vrilla berpura-pura menunjukkan sedikit perhatian, gadis itu akan masuk ke dalam jebakan yang dia buat.Gadis bodoh seperti itu ingin membalas dendam pada keluarga Hutomo?Huh! Berangan-angan saja!Raut wajah Vrilla semakin penuh dengan kasih sayang. Dia meraih tangan Rachel dan berkata dengan penuh kasih, “Tentu saja. Aku selalu sayang kamu seperti putri
Benar saja, baru saja Rachel selesai bicara, ekspresi semua orang di meja makan seketika berubah.Empat tahun yang lalu, kebakaran besar itu telah membakar seluruh rumah keluarga Hutomo. Api juga telah menghanguskan barang-barang senilai lebih dari satu triliun.Keluarga Hutomo membutuhkan waktu dua tahun penuh untuk keluar dari kemalangan itu.Semua anggota keluarga Hutomo tanpa terkecuali telah terpengaruh oleh insiden tersebut.Boleh dibilang, meskipun Rachel sudah menjadi “orang mati” saat itu, mereka masih kesal setiap kali ada anggota keluarga Hutomo mengungkit soal Rachel.Rachel memperhatikan perubahan di wajah setiap orang. Dia pun melengkungkan bibirnya dan tersenyum lembut, “Aku selalu ingin tanya minuman apa yang Mama berikan untukku pada hari ulang tahunku yang ke-18. Kenapa aku langsung pingsan dan nggak tahu apa-apa setelah minum itu. Begitu bangun, aku tahu-tahu sudah ada di kamar hotel.”Begitu Rachel mengucapkan kata-kata itu, raut wajah Vrilla tiba-tiba berubah.Vril
Tatapan Rachel menjadi sedikit lebih dingin.Setidaknya Vrilla masih bisa berpura-pura menjadi seorang ibu yang penyayang. Sedangkan ayahnya justru memperlihatkan sifat aslinya secara terang-terangan.Tentu saja Rachel tahu kalau dia tidak mungkin bisa mendapatkan kembali saham Hutomo Group hari ini. Tidak, berdasarkan tingkat tidak tahu malunya keluarga Hutomo, Rachel tidak mungkin bisa mendapatkan kembali saham itu dengan cara meminta langsung seperti ini.Namun, Rachel sengaja mengatakannya sekarang. Lumayan untuk menambah masalah keluarga Hutomo.Rachel menggigit bibirnya dan berkata dengan nada memelas, “Pa, aku boleh saja nggak jadi pewaris. Tapi, bisa nggak kembalikan saham Hutomo Group padaku? Saham itu adalah warisan Mama untukku. Aku harap saham itu bisa kembali ke pemiliknya.”Raut wajah Sandi semakin tidak bersahabat.Tadinya Sandi masih enggan melepaskan putrinya itu. Namun sekarang, sepertinya dia tidak perlu mempertahankannya lagi.Setelah mempermalukan keluarganya empat
Rachel melengkungkan bibirnya sedikit.Seandainya hari ini dia bisa mendapatkan kembali setengah dari sahamnya, maka kedatangannya kali ini tidak sia-sia.Sedangkan untuk sisa setengahnya, Rachel yakin bisa mengambilnya kembali dalam waktu singkat.Rachel tertawa pelan dan berkata, “Aku dan Shania kakak-adik, jadi nggak usah terima kasih segala.”Kesehatan Irma tidak bagus, bisa menghadiri pesta ini saja tidak mudah baginya.Akhirnya dia bisa melihat cucu pertamanya yang telah menghilang selama empat tahun. Benang yang mengikat hatinya erat-erat akhirnya putus juga, kondisi tubuhnya langsung menurun.“Pak Berty, segera siapkan surat perjanjian pemindahan saham. Harus ditandatangani sekarang juga.”Irma terbatuk, lalu memberi perintah dengan suara dingin.Kesehatannya tidak baik. Dia bisa mati kapan saja. Dia harus menyelesaikan kekacauan keluarga Hutomo ini.“Nenek, nggak usah terburu-buru begitu kali?” Shania berusaha menekan rasa enggan di hatinya. Dia pun berkata, “Besok baru tanda
Shania buru-buru menyangkal hal tersebut.Perempuan itu mendelik ke arah Rachel, berharap agar wanita jalang ini tahu diri dan cepat pergi!Sayangnya, takdir berkata lain.Rachel tersenyum tipis.Perempuan itu akhirnya bisa melihat, bahwa keluarga Hutomo hanya mengandalkan keluarga Tanjaya, namun sepertinya Ronald tidak terlalu menyukai Shania.Walaupun tidak tahu mengapa, Ronald yang jelas-jelas tidak menyukai Shania, masih membiarkan keluarga Hutomo berada di sekitarnya. Hal ini tidak menjadi masalah bagi Rachel, karena tidak ada hubungan dengan dirinya.Perempuan itu yakin, keluarga Hutomo pasti sangat mementingkan wajah mereka di depan Ronald.Rachel tersenyum simpul lalu berkata kepada Ronald, “Pak Ronald, kami tadi lagi membicarakan saham keluarga Hutomo, kebetulan sekali Bapak datang. Mungkin Pak Ronald bisa membantu kami, untuk menjadi saksi.”Sebaliknya, Ronald malah tertarik mendengar hal ini, “Oh, saksi untuk apa?”“Rachel!” Vrilla buru-buru memutus ucapan Rachel dengan pani
Rachel dengan tenang dan jelas menceritakan kembali asal-usul saham Hutomo Group dan kepemilikannya sebanyak 50%.Di akhir cerita, Rachel berkata kepada Ronald dengan tenang, “Menurut Pak Ronald, kalau aku mengambil kembali saham yang telah diwariskan oleh Ibuku kepada ku, apa ini masuk akal?”“Nggak masuk akal.” Ronald mengeluarkan tiga kata ini dengan sangat tenang. Raut wajah Shania langsung berubah bahagia mendengar hal ini. Pria ini ternyata memandang masalah ini dari sisinya!Dengan adanya perkataan dari Ronald ini, maka Shania mempunyai alasan untuk menolak perjanjian pengembalian saham itu. Bahkan Nenek juga tidak dapat menuntutnya apa pun.Wajah Shania langsung berubah menjadi dingin.Seperti yang Rachel telah duga di awal, tidak seharusnya dirinya memercayai ucapan pria ini. Hasilnya, dirinya hanya membuang energinya sia-sia.Baru saja Rachel mau membuka mulutnya, suara Ronald sudah kembali terdengar.“Ibu Rachel, kalau saya jadi kamu, saya akan mengambil semua saham tersebu
Nenek Irma juga sudah lelah, dia pun bangkit berdiri sambil berpegangan pada tangan Pak Berty.Rachel langsung bangkit dan memegang tangannya yang lain. “Nenek, aku akan memapah kamu ke kamar.”Nenek Irma menganggukan kepalanya, kemudian cucu dan anak itu pun berjalan menuju ruang istirahat.Sementara, suasana di dalam ruangan itu masih sangat ramai.Ini adalah kunjungan pertama Ronald ke keluarga Hutomo, semua anggota keluarga Hutomo merasa bahwa pernikahan antara Shania dan Ronald pasti akan berlangsung cepat atau lambat.“Ronald, belakangan ini ada film baru yang bagus di bioskop, besok sore kamu dan Shania pergi nonton saja,” ucap Vrilla sambil tersenyum. “Selesai menonton film, kalian bisa jalan-jalan sebentar, lalu malamnya pergi candle light dinner berdua. Romantis sekali!”Shania menundukkan kepalanya dengan malu-malu, namun tidak menolak juga tidak menyetujui ucapan Ibunya itu. “Ronald sore biasanya sibuk, mana mungkin ada waktu untuk menonton.”“Aduh, sesibuk apa pun tetap ha
Rachel membuka pintu mobil dan duduk di belakang setir.Baru saja perempuan itu akan menyalakan mesin mobilnya, tiba-tiba pintu di sebelahnya dibuka dari luar.Ronald membungkukkan badan dan duduk di sebelahnya, wajah pria itu terlihat sangat santai dan tidak ada dosa, seolah itu adalah mobilnya sendiri.Rachel setengah tertawa mengejek melihat hal ini, “Pak Ronald, apa maksudnya ini?”“Mobilku rusak, kamu antar aku pulang,” ucap Ronald sambil menyandarkan dirinya di kursi mobil. “Tenang saja, aku nggak akan membuat jerih payahmu karena mengantarku pulang ini menjadi sia-sia.”Rachel melepas kemudinya, lalu berkata dengan santai, “Aku sangat yakin, keluarga Hutomo pasti akan dengan senang hati mengantar Pak Ronald, bagaimana kalau aku menelepon Shania?”“Apa kamu setakut itu untuk berdua saja denganku?”Ronald tiba-tiba membungkukkan punggungnya ke samping, mendekatkan raut wajahnya yang dingin ke arah Rachel, hingga jarak antara wajah mereka hanya beberapa cm saja. Hangatnya napas mer