“Baiklah, apa yang akan kau tawarkan padaku?„
Kening Yohan berkerut saat membaca hal itu, bukannya Thea sudah mendengar bahwa Yohan akan memberikan semua hal yang ia inginkan padanya? Yohan berpikir, mungkin saja Thea ingin mengetahui hal spesifik apa yang akan ia berikan kepadanya."Aku sebenarnya akan memberikan apapun yang kau inginkan ... seperti rumah, mobil, perhiasan, pakaian, kehidupan yang jauh lebih mewah dari pada di keluarga Peterpeon ... atau jika kau mau kau mungkin bisa mendapatkan status Nyonya Radcliffe,p" jawab Yohan dengan dengusan geli di akhir kalimatnya. Thea memutar bola matanya malas.“Bagaimana jika aku meminta seluruh saham Radcliffe?„ tulisnya lagi. Yohan mengangkat alis kirinya ke atas."Aku bahkan tidak memiliki seluruh saham Radcliffe, bagaimana caraku bisa memberikanmu seluruh saham itu?" Yohan mulai tertawa, "Tapi jika itu benar-benar suatu hal yang kau inginkan aku akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan sah"Tenang saja, aku akan segera mencari solusi untukmu," Namun pernyataan Yohan kali ini malah menambah amarah Devan yang sedari tadi berusaha diredam."Hei bajingan, apa maksudmu segera? Aku akan mati karena kelelahan sampai sebelum kata 'segera' itu terwujud!" bentaknya kasar. Tarikan napas berat terdengar di pengeras suara yang berasal dari ponsel Yohan. Yohan menggelengkan kepalanya yang kaku sebentar, kemudian berucap, "Kemari, bawakan aku beberapa setelan pakaian, aku akan tidur di sini malam ini," ujarnya kemudian menerima semangkuk salad yang diberikan oleh penjaga kantin tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Yohan mulai menusuk sayur-sayuran di mangkuk menggunakan garpu, beberapa helai selada ia masukan ke dalam mulut sembari menunggu jawaban dari Devan yang ada di seberang telepon.Bunyi renyah langsung terdengar saat Yohan mulai mengunyah saladnya, cukup lama Yohan menunggu namun masih tidak ada suara yang terdengar dari seberang. Yohan mengerutkan
Yohan berjingkat kaget, seketika tubuhnya merinding saat merasakan tepukan orang asing di bahu kanannya. Segera Yohan memutar tubuhnya untuk membuat tangan lancang yang asal memeganginya itu terlepas. Yohan memandang tajam manusia yang ada di depannya, alisnya berkerut saat mengenali pria remaja yang berdiri di hadapannya. Yohan menghembuskan napas kasar, sensasi merinding masih terasa di sekujur tubuhnya. Namun, Yohan harus mengambil sikap tenang."Apa?" tanyanya dengan nada bicara yang sepenuhnya datar. Remaja laki-laki yang berada di hadapannya tersenyum miring."Aku meminta bayaranku!" jawabnya singkat kemudian melangkahkan satu kakinya mundur. Kening Yohan berkerut, dia ingat dia telah membayar anak di depannya ini. Beberapa saat Yohan berusaha untuk memutar ingatan hingga ia menemukan saat yang dimaksudkan oleh anak yang berada di depannya ini."Saya akan mengirimkannya nanti, lewat rekening bank. Berikan alamat rekening milikmu!" ucap Yoha
Yohan menoleh, ia mendapati Thea tengah memandangnya dengan mata yang sayu. Wajahnya sangat pucat nampak seperti kelelahan ... Yohan yang panik langsung berjalan mendekat ke arah Thea, "Kenapa?" tanyanya kemudian duduk pada kursi di sebelah ranjang Thea. Tangannya bergerak mengelus jari-jemari gadis itu, tetapi itu hanya berlangsung sebentar karena Thea segera menepisnya."Lapar ... " ucapnya mengadu ... bohong, sebenernya dia baru saja mimpi buruk. Namun, ia terlalu malu untuk mengakuinya. Yohan menorehkan senyumnya halus, dengan mata yang mulai memerah karena menahan kantuk pria itu bertanya, "Kau ingin makan sesuatu? aku akan segera membelikannya," Yohan berdiri ... Saat ia akan melangkah ujung bajunya ditarik oleh Thea."Tidak ... Aku tidak ingin makan," jawabnya membuat kening Yohan berkerut. Dia pusing, fajar hampir menyingsing, tapi dia belum mendapatkan tidur sama sekali ... kemudian di sini Thea mengadu lapar, tetapi tak ingin makan. Yohan menarik napas da
Di pintu masuk terlihat Yohan yang tengah menenteng dua buah tas kertas di masing-masing tangannya. Pria itu tersenyum sebentar ke arah Thea, "Lama?" tanyanya ramah. Ia kemudian meletakan tas kertas yang berisikan pakaian gantinya ke dalam lemari khusus di ruangan ini, pria itu segera berjalan ke arah dapur pribadi untuk menghangatkan susu. Harap maklum, ini ruang VIP...Lama Thea menunggu hingga akhirnya yohan kembali datang bersama segelas susu di tangannya. Pria itu membangunkan Raka yang tengah tertidur pulas bersandar pada ranjang Thea, kemudian memintanya untuk berpindah posisi agar tidur di sofa. Tanpa perlawanan Raka langsung pergi merebahkan tubuhnya yang terasa amat sangat kaku ke atas sofa.Yohan yang melihat hal itu meringis ngilu, hidup anak laki-laki itu terlalu berat baginya yang sedari lahir sudah dihujani emas.Begitu Thea menghabiskan susu yang dibawakan oleh Yohan, ia merasakan sensasi aneh dalam dirinya. Entahlah tiba-tiba Thea ingin me
"Pulang kemana?" Akhirnya kata itu terucap dari mulutnya setelah beberapa saat. Alis Yohan tersangka ke atas, dia memandang aneh wanita di depannya."Ke rumahku lah, kemana lagi?" ucapnya bingung. Lalu tanpa menunggu lagi dia segera berjalan keluar ruangan dengan menenteng sebuah tas kecil yang berisikan keperluannya sendiri. Thea yang melihat hal itu lantas berjalan mengikuti Yohan di belakangnya."Bisa mampir ke rumahku sebentar?" tanya Thea. Yohan lantas menghentikan langkahnya membuat Thea yang tidak siap akan hal itu menabrak punggung tengapnya. Pria itu menoleh ke belakang mendapati Thea yang sedang mengelus dahinya sendiri."Ngapain?" tanyanya bingung, satu alisnya terangkat ke atas. Gadis itu mendongakkan kepalanya ia bersusah payah menelan ludahnya saat bertatap mata secara langsung dengan Yohan."Ambil gawai," jawab Thea kemudian kembali menundukkan pandangannya. Yohan mengangguk sebagai tanda persetujuan, walaupun hal itu tak mungkin da
Perabotan mewah dengan gaya modern adalah hal pertama yang Thea temukan ketika pertama kali menginjakkan kaki masuk ke dalam rumah milik Yohan. Berbeda dengan kediaman keluarga Peterpeon yang memiliki gaya klasik Eropa abad pertengahan, Thea pikir seluruh old money selalu menyukai gaya itu."Aku kira rumahmu bakal kaya rumah konglomerat pada umumnya," ucap Thea tanpa memandang ke arah Yohan, netranya masih menelusuri seluruh benda-benda di ruangan yang baru saja ia masuki ... Ruang tamu.Yohan yang mendengar hal itu menoleh, dia berdeham singkat sebelum akhirnya berucap, "Tentu, karena ini properti pribadiku."Thea yang mendengar hal itu mengerinyitkan ke dua alisnya, "Kau tak tinggal bersama keluarga besar?" tanyanya penasaran. Yohan hanya memberikan senyum sekilas kepada Thea kemudian mulai berjalan, meninggalkan Thea yang masih menunggu jawaban darinya jauh di belakang.Thea mengekor saja, ia lihat pria itu berjalan ke arah dapur ... dengan ger
"Hah?" tanya Thea mematung, ia tak menyangka pertanyaan seperti itu akan keluar dari bibir Yohan. Sedangkan Yohan yang baru saja menyadari apa yang keluar dari mulutnya gelagapan sendiri, mulut sialan."Lupakan, aku hanya bercanda!" ucapnya kemudian segera bangkit dari duduknya. Pria itu berjalan meninggalkan Thea yang masih mematung, Thea yang menyadari bahwa Yohan semakin menjauh mulai bangkit dari duduknya kemudian berjalan mengekori Yohan."Yohan!" panggilnya. Namun, tak ada sahutan sedikitpun dari pria itu ... Membuat Thea hanya menghembuskan napas pasrah. Thea melihat Yohan menaiki tangga, Thea memutar bola matanya malas ... Gadis itu lebih memilih duduk di sebuah sofa di ruang keluarga yang terletak di dekat tangga. Lagi pula Thea yakin, Yohan akan turun lagi nanti.Gadis itu mengeluarkan ponselnya, beruntungnya baterai ponselnya masih ada walau telah ditinggal beberapa waktu. Thea memilih untuk berselancar di sosial media, melihat berbagai kegiatan
Malam semakin larut, ke dua insan yang akan menjadi sepasang orang tua masih belum tertidur. Thea yang masih setia bertanya banyak hal pada Yohan dan pria itu yang akan selalu menjawab apapun yang ditanyakan oleh calon ibu dari anaknya.Saat Yohan melihat Thea telah menguap beberapa kali dalam satu waktu pria itu mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Thea berhenti bertanya, "Mari tidur ... ini sudah larut malam," ajak Yohan kemudian berdiri dari duduknya. Thea mengangguk, dirinya segera menandatangani dokumen di hadapannya dengan cepat."Di atas?" tanya gadis itu. "Iya, kau keberatan?" Thea menggeleng, ia terlalu malu untuk meminta banyak hal dari Yohan. Yohan yang mendapat jawaban dari Thea lalu berjalan mendahului wanita itu, ia menaiki anak tangga satu persatu hingga tiba di lantai dua."Ini kamar kita," Tunjuknya pada sebuah pintu berwarna coklat tua dengan ukiran yang Thea tak tahu apa itu."Pintu ini menggunakan sistem pin, kode