Share

Bab. 4. Penghinaan

Zacky tak percaya bahwa pria di depannya adalah Arga. Pria itu selalu pengecut, dia tak pernah berani mengucapkan sepatah kata pun, apalagi memukulnya. Dulu, Arga selalu lari darinya seperti tikus yang melarikan diri dari kucing. Dia terlalu takut bahkan untuk sekedar bernapas dengan keras.

"Menurutmu siapa aku?"

Daniel berjongkok di samping Zacky dan menampar wajahnya dengan ekspresi kejam.

Zacky berteriak, "Arga! Kau telah menyinggung perasaanku. Akan kupastikan kau tidak akan bisa melihat matahari besok!"

Suaranya tegang karena marah. Dia tidak menyangka bahwa pria itu berpura-pura menjadi orang lemah selama ini. Tidak heran jika anak buahnya gagal membunuhnya. Sebelum Zacky bisa mengucapkan sepatah kata, serangkaian suara keras bergema di tempat yang sunyi itu. Zacky menyipitkan mata pada pria itu, wajahnya bengkak seperti binatang.

"Mari kita lihat siapa yang tidak akan bisa melihat matahari besok!" Daniel tersenyum lembut sambil meniup telapak tangannya sendiri.

"Kau... Dasar pecundang! Beraninya kau bicara seperti itu padaku?"

Zacky mencibir, menangkupkan wajahnya yang bengkak. Namun, dia cepat-cepat menyesalinya. Daniel menendangnya berulang kali. Zacky berguling-guling di tanah dan akhirnya berbaring tengkurap dengan napas terengah-engah.

"Kau ..."

Zacky sedikit bingung. Dia menatap Arga dan merasa seolah-olah kematiannya telah datang dalam bentuk pria itu. Dia ingin bangun, tetapi tubuhnya menolak untuk bekerja sama. Dia merasa semua tulangnya hancur berkeping-keping — setiap inci tubuhnya pun sakit. Dia tidak bisa mengerti dari mana Arga mendapatkan semua kekuatannya. Satu tendangan pria itu mengirimkan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Sebuah getaran hebat menjalari tulang punggungnya lagi ketika dia melihat Daniel berjalan ke arahnya. Ketakutan akan kematian menguasainya. Hal ini tidak seperti apa yang pernah dia rasakan sebelumnya. Pada saat itu, keinginannya untuk tetap bertahan hidup semakin kuat.

aafkan aku, Tuan Pratama. Ini semua salahku. Aku seharusnya tidak bersikap kasar. Aku tahu kau orang yang berpikiran luas. Tolong maafkan aku," Zacky meminta maaf berulang kali. Dia takut Arga akan membunuhnya jika dia tidak menyerah. Tindakan terbaiknya dalam situasi seperti ini adalah meminta maaf.

"Benar, itu memang salahmu." Daniel mengangguk setuju.

"Ini salahku. Ini semua salahku!" Zacky menjawab dengan putus asa.

"Kau kerbau yang berkulit tebal. Lihat telapak tanganku. Sudah merah."

Daniel melambaikan tangannya di depan Zacky. Pria itu tanpa sadar melindungi kepalanya dengan tangannya, takut Daniel akan menyerangnya lagi. Sementara telapak tangan Daniel tampak montok dan kemerahan.

"Selain itu, mungkin ini akan sedikit mati rasa. Ku pikir aku perlu pergi ke dokter."

Zacky merasa pusing. Dia hampir pingsan saat mengerti apa yang sedang terjadi.

'Seharusnya aku yang sangat membutuhkan bantuan medis, tapi dia manja setelah hampir memukuliku sampai mati!'

"Kau tidak perlu membayar terlalu banyak untuk biaya pengobatanku. Seratus ribu dolar sudah cukup!"

Daniel mengulurkan tangan padanya.

"Apa... Kau b--"

Zacky menelan kata makian dan menatapnya.

"Apa Kau tidak mau menanggung biaya pengobatanku?" Daniel mengangkat alis dan menatap matanya.

"Bukan begitu, Aku... aku akan membayarnya!"

Zacky mendesis melalui giginya. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang mencari bantuan medis meskipun menggeliat kesakitan, tetapi penyerangnya malah ingin menemui dokter karena telapak tangannya memerah.

"Aku... aku tidak membawa banyak uang tunai."

Zacky merogoh sakunya dan tiba-tiba merasakan rasa takut menyelimuti dirinya lagi. Ketakutan membuatnya sadar bahwa kematian akan datang kepadanya jika dia tidak memberikan uang yang Daniel minta darinya.

"Kau sangat bodoh? Bukankan Kau bisa menandatangani cek."

Seringai jahat tersungging di bibir Daniel. Zacky mengatupkan rahangnya, menahan amarahnya. Dia ingin membunuh pria itu dengan tangan kosong. Namun, kemarahannya berubah menjadi ketakutan ketika dia bertemu mata tajam Daniel.

"Aku akan menuliskan nominal ceknya."

Zacky perlahan mengeluarkan buku cek dari sakunya. Dia menggeser posisinya di tanah dan dengan cepat menuliskan serangkaian angka.

"Kau sangat murah hati, Tuan. Terima kasih." Daniel mengambil cek itu sambil tersenyum.

'Brengsek sialan!'

Zacky ingin mencabik-cabiknya, akan tetapi yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah tersenyum pada pria itu.

"Dengan senang hati."

"Baiklah, kalau begitu. Kau bisa pergi sekarang!"

Daniel menjentikkan kertas cek dan melambaikan tangannya seolah menyapu debu tanah darinya.

"Aku akan pergi sekarang!"

Zacky ingin marah, tapi dia tidak berani menunjukkannya. Dia perlahan terhuyung-huyung berdiri, meringis kesakitan. Daniel tersenyum tanpa dosa. Zacky memelototinya. Namun, dia tidak punya pilihan selain mendengarkannya. Dengan patuh perlahan dia keluar dari vila. Setelah mencapai gerbang, Zacky berdiri, amarah mengalir di nadinya.

"Tunggu dan lihat, Arga! Aku tidak akan mengampunimu! Astaga! Aduh!"

Ada lubang besar di pinggir jalan yang tidak terlihat di remang-remang lampu jalan. Zacky melewatkan satu langkah dan pingsan di tempat. Daniel berdiri diam. Dia menyadari apa yang terjadi di luar tetapi memilih untuk tidak membantunya. Setelah apa yang telah dilakukan Zacky pada Arga, dia merasa bahwa membiarkannya meninggalkan tempat itu hidup-hidup adalah bantuan besar. Mata Daniel berbinar saat melihat cek itu. Senyuman penuh arti tersungging di bibirnya.

'Apakah Arga benar-benar sudah mati?' pikirnya.

Jika demikian, Daniel bisa menjalani kehidupan Arga dan menjadi suami Agnes. Dia tiba-tiba merasakan energi baru.

"Sayang, aku datang!"

Daniel menyeringai dan berlari ke dalam rumah. Tidak ada seorang pun di ruang tamu.

"Buatkan segelas susu dan bawakan untukku," kata Agnes, bersandar di pegangan tangga lantai dua.

Daniel mengangkat kepalanya dan melihat kakinya yang kencang. Dia mengenakan rok pendek yang entah bagaimana membuat kakinya terlihat lebih panjang. Gairah mengalir melalui pembuluh darahnya. Dia bertanya-tanya apakah Agnes sedang memberinya petunjuk. Daniel segera berlari ke dapur dan mengambil sekotak susu dari lemari es serta memanaskannya. Dengan cepat dia merebus susu lalu berlari ke atas. Pria itu melihat sekeliling dan segera menemukan kamar Agnes.

Aroma samar tercium di udara begitu dia membuka pintu. Dia mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Tatapannya langsung melayang ke arah pintu kaca yang buram di kamar mandi, memperlihatkan siluet buram tubuh seorang wanita. Mata Daniel melebar merasakan suhu tubuhnya meningkat. Agnes memintanya untuk naik ke atas, tapi dia sedang mandi sekarang. Semuanya terjadi terlalu cepat. Daniel merasakan darah, mengalir deras di sekujur tubuhnya. Dia tidak bisa mengendalikan nafsunya lagi.

'Aku akan segera memiliki istri orang!'

Pikiran itu membuatnya tidak nyaman, tetapi dia segera ingat bahwa Arga sudah mati dan Agnes adalah istrinya mulai sekarang. Daniel melongo kedalam kamar mandi tanpa berkedip. Pergerakan sosok di dalam membuat dadanya berdebar.

Dia tidak mengira Agnes akan aktif secara kebutuhan biologis. Pikiran itu membuatnya bersemangat.

Saat itu, pintu kamar mandi terbuka, membangunkannya dari fantasinya. Agnes berjalan tanpa alas kaki dengan gaun tidurnya. Napas Daniel tercekat di tenggorokan. Dia menjilat bibirnya dan terus menatapnya. Agnes tersentak kaget saat dia membuka pintu. Pria itu menatapnya seperti predator yang menunggu untuk menangkap mangsanya.

"Arga, kenapa kau masih di sini?"

"Sayang, bukankah kau tadi memintaku untuk datang?"

Daniel mengedipkan mata. Dia kemudian menggosok telapak tangannya dan berjalan ke arahnya, sambil menyeringai.

"Berhenti!"

Agnes memelototinya. Apa yang ingin Arga lakukan? Nafsu di matanya membuatnya tidak nyaman.

"Sayang, jangan buang waktu. Kita harus segera tidur bersama."

"Tidur?" Agnes melambaikan tangannya dengan putus asa.

"Kau gila, Arga? Jika kau ingin tidur, pergi ke kamarmu! Apa yang kau lakukan masih berada di sini?"

Perubahan mendadak dalam perilaku Arga membuatnya bingung. Pria itu telah mengejutkannya sejak dia menemukannya. Dia tidak seperti zombie berjalan lagi.

"Jauhi aku!"

Daniel terkejut. 'Dia memanggilku untuk datang ke kamarnya. Bukankah itu karena dia ingin tidur bersamaku?' Daniel bertanya-tanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status