Share

Part 47. Malam Pertama yang Tertunda

Aku berlari menuju lantai atas dengan mata memanas. Tidak peduli dengan keadaan yang kurang pencahayaan, sebab hati sudah terlanjur dipatahkan. Kudengar Sergio memanggil beberapa kali, tapi aku tidak peduli. Kaki terus melangkah dengan pasti menuju kamar.

Kututup pintu dengan sedikit kasar, lalu menguncinya dengan rapat-rapat agar Sergio tidak bisa masuk.

“Mi ....” Sergio memanggil dengan lembut, terdengar ketukan juga yang menyertai panggilan itu.

Aku tidak menjawab, memilih bungkam dan mengabaikan panggilan yang ia berikan.

“Buka pintunya, Mi.” Sergio memutar gagang pintu berulang kali, terus mengetuk karena tidak kunjung mendapatkan jawaban.

Aku tetap tidak merespons. Memilih membanting tubuh ke ranjang dalam posisi telungkup, lalu menangis dengan hebat. Membasahi bantal dengan air mata.

Ucapan Larissa masih terngiang-ngiang di telinga. Dari kalimat yang ia lontarkan, jelas sekali ia membenci diriku. Setelah semua yang aku berikan untuk anak-anaknya, ia tetap tidak bisa menerim
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status