Share

Kabar Buruk

"Mungkin papa masih sibuk, Bu. Nanti juga papa telepon."

"Iya, sayang," jawabku pada Liana kemudian tersenyum. Anak itu sikapnya semakin hari semakin dewasa saja. "Ya sudah, Liana makan yang banyak, ya, dihabiskan."

Kami kembali fokus pada sajian di atas meja makan. Malam itu, entah kenapa Bik Sumi memasak makanan favorit Mas Daffi, ayam rica-rica, tempe bacem dan oseng-oseng buncis. Padahal Mas Daffi sedang tidak ada di rumah.

"Bahan makanan di kulkas cocoknya dimasak itu, Bu. Ya sudah, bibik masak aja makanan kesukaan bapak," ujar Bik Sumi.

Tuh, kan, Bik Sumi jadi bikin aku makin rindu Mas Daffi saja, si.

***

Sudah pukul 20.00, Mas Daffi masih belum juga menghubungiku. Ponselnya pun masih tidak aktif. Perasaanku yang semula tenang perlahan bergolak. Ditambah lagi geliat halus janin yang sudah memasuki tiga bulan di dalam kandungan juga sudah mulai terasa sejak tadi, mungkin karena ia ikut merasakan kegelisahan ibunya.

Jam dinding kini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi belum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status