Share

Syukurlah

Waktu yang diberikan oleh dokter Marco hanya tersisa lima belas menit. Aku bersiap untuk kemungkinan yang paling buruk. Bahkan, bayangan Friska mendatangiku pun tergambar jelas di kepalaku. Ia memakiku karena tidak bisa menjaga anaknya dengan baik.

Maafin gue, Fris.

Kupanjangkan sujud sambil memohon keajaiban. Meski Rajata bukan anak yang kulahirkan dari rahimku, tetap saja aku tidak bisa membayangkan jika ia diambil dariku secepat ini. Tidak akan ada lagi senyum dan tingkah usilnya yang akan membuat hidupku berwarna sepeninggal bayi lelakiku yang wafat sepuluh tahun lalu.

Namun, kalau Tuhan berkehendak demikian, aku bisa apa?

Ponselku bergetar. Telepon dari Liana.

"Assalamualaikum, Kak. Adek kenapa, Kak? Adek nggak pa-pa, kan?"

"Bu, orang yang bawa Rajata ke rumah sakit ada di sini. Katanya dia mau ketemu ibu," ujar Liana setelah menjawab salam.

"Ya udah, Kak. Ibu ke sana."

Sambil menuju tempat Rajata berbaring, kusempatkan untuk menghubungi Rafif. Sayangnya dia masih belum puny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status