Hari sudah pagi, hanya di temani Maya dan Andra, keadaan Arumi semakin kritis. Sampai saat ini, Arumi belum juga sadarkan diri. Membuat kedua orang itu sangat khawatir.Waktu sudah menunjukkan pukul Dua belas, tapi Afif belum ada tanda tanda akan datang."Dokter Andra, apakah tuan Afif harus kita beritahu tentang keadaan nona Arumi yang sesungguhnya?""Ku rasa tak perlu, dia tak mungkin peduli kepada Arumi. Aku tak ingin Arumi semakin terluka.""Lalu, apa yang harus kita katakan kalau dia datang?""Aku akan membawanya pulang ke rumahku, dia akan di rawat di rumah. Aku akan meminta agar alat alat yang di butuhkan Arumi di bawa ke rumah serta beberapa suster yang akan menjaganya.""Baiklah, dokter, saya setuju. Saya juga ingin nona Arumi bahagia. Lakukan yang terbaik untuk nona Arumi, untuk biayanya laporkan saj
Setelah di nasehati panjang kali lebar oleh mama Ina, Afif pun berangkat mencari Arumi. Tempat yang ia datangi pertama kali adalah rumah Maya. Tapi nihil, di sana Afif tak bertemu dengan siapa pun, rumah Maya tampak sepi tak berpenghuni. Selanjutnya ia menuju salon milik Arumi, Afif juga tak mendapati Arumi di sana. Afif hampir stres mencari Arumi, nomornya pun tak aktif sama sekali membuat Afif semakin cemas.Afif memilih pulang untuk mengecek apakah Arumi sudah ada di rumah atau tidak. Namun keadaan rumah sama seperti terakhir kali ia tinggali, sunyi dan sepi."Arumi, kamu di mana sayang? Maafkan mas yang sudah menyakiti kamu, maafkan sikap mas yang tidak adil. Pulanglah, sudah cukup kemaren selama tiga bulan kamu ninggalin mas, dan sekarang jangan lagi."Hari berganti Minggu, dan Minggu berganti bulan. Satu bulan sudah Arumi pergi tanpa kabar. Satu bulan sudah Afif mencoba mencari keberadaan
Setelah Darryl keluar dari kamarnya, Arumi tak benar benar tidur, ia merenung memikirkan nasib rumah tangganya kedepannya. Ia bukan istri yang sempurna, tak bisa berbuat apa apa untuk sang suami, ia tak bisa memberikan kebahagiaan bagi suaminya, dan ia sudah tersingkir dari hati sang suami. Cinta dan kasih sayang yang Afif katakan tak akan pernah berubah meskipun ada Dinda, itu hanyalah bualan belaka. Apalagi semenjak Dinda hamil, kasih sayang Afif sudah bukan lagi kepadanya. Dirinya sudah tidak lagi menjadi prioritas suaminya. Kehadiran Dinda dan calon buah hati mereka mampu mengalihkan dunia Afif dari Arumi.Air mata sudah menjadi teman setianya saat ini. Beban fikiran dan tekanan batin, membuat kondisinya tak kunjung membaik. Luka di hatinya seakan memaksanya untuk berhenti berjuang melawan penyakitnya. Luka itu seolah mengajak Arumi untuk mati bersamanya. Pergi meninggalkan dunia sambil memeluk luka.Tidak! Ia tak boleh
"ARUMI!"Seseorang memanggil Arumi membuat si empunya nama menegang seketika. Senyum yang amat di paksakan meskipun air matanya semakin deras membasahi pipinya. Arumi berbalik menatap orang itu, senyumnya masih melekat di wajahnya dan air matanya pun juga masih mengalir di pipinya."Afif!""Apa kabar, mas?""Ar, ternyata kamu ada disini, aku mencarimu, Ar, dan sekarang aku menemukanmu, aku menemukanmu, Ar."Ya, yang memanggil Arumi adalah Afif, setelah kepergian Maya tadi, Afif segera keluar menyusul mobil Maya, dan benar saja, Maya pergi ke tempat di mana Arumi selama ini bersembunyi. Bahagia, tentu saja Afif bahagia bisa bertemu kembali dengan Arumi."Stop, mas. Jangan mendekat!"Afif menghentikan langkahnya mendengar perintah Arumi."Apa kamu tak merindukanku, sayang?""Apa? Rindu? Rindu itu sudah pergi seiring datangnya surat ini kepadaku, mas.""Tidak, surat itu palsu, Ar. kembalikan padaku, kembalikan surat itu, itu palsu!" Afif berusaha meraih surat yang ada di tangan Arumi, su
Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya Arumi sadar, air matanya kembali mengalir mengingat kejadian sebelum ia tak sadarkan diri. Arumi segera menghapus air matanya dan tersenyum kepada orang orang yang sedang menunggu dia sadar. Arumi tak ingin membuat mereka kecewa, ia ingin membuktikan bahwa dirinya baik baik saja."sayang, kamu mau minum? atau mau makan?" tanya Tante Rita kepada Arumi."aku haus Tante,"Tante Rita membantu arumi untuk duduk dan mengambil segelas air yang ada di atas nakas. Lalu membantu Arumi agar bisa minum.Andra, ia masih terdiam dengan emosi yang membuncah setelah mendengar cerita dari Darryl sehingga membuat Arumi menjadi seperti ini. Ingin sekali rasanya ia menghampiri Afif saat ini juga dan menghajar lelaki brengsek itu. Namun mamanya melarang dan meminta Andra untuk tetap diam, sehingga dengan terpaksa Andra menuruti perintah mamanya walau sesungguhnya dadanya begitu sesak menahan amarah yang sedang membuncah."Tante, aku lelah dengan bau obat obatan,
Arumi dan Afif sudah resmi bercerai. Sampai saat ini, Arumi masih tinggal di rumah Andra atas permintaan ibu dan anak itu. Meskipun Arumi memaksa untuk keluar dan meminta agar tinggal di apartemen karena Arumi merasa tak enak hati kepada Silvin yang satu bulan lagi akan menikah dengan Andra, tapi mereka tetap tidak mengizinkan. Bahkan Silvin sendiri yang juga turut andil memaksanya untuk tetap tinggal. Tidak ada rasa cemburu di hati perempuan itu ketika ada seorang perempuan lain tinggal satu atap dengan calon suaminya.Sedangkan dokter Darryl sudah kembali ke Singapura karena harus menjalankan tugasnya semenjak satu bulan yang lalu, ia berjanji akan kembali lagi ke Indonesia saat pernikahan Andra dan akan membawa Arumi ke negaranya.Saat ini, Silvin meminta bantuan Arumi untuk membantunya memilihkan undangan yang bagus untuk acara pernikahannya, serta meminta pendapat Arumi tentang gaun yang akan ia kenakan."Ar, bagusan yang mana? Hitam, gold, atau silver?" tanya Silvin sambil menun
Afif mengurung diri di kamar yang dulu ia tempati bersama Arumi. Rasa sesalnya mampu menghipnotis Afif dari dunia sekitarnya, Afif terlalu larut dengan masa lalu dan melupakan bahwa kini ia sedang berada di masa sekarang dan akan menuju masa depan. Sejuta kata seandainya selalu berputar menari nari di fikiran Afif. Tak ada lagi ingatan tentang Dinda, hanya Arumi lah yang ada dalam ingatannya.Tok tok tok"Masuk!""Tuan, makan malam sudah siap!""Baiklah, bi."Afif beranjak dari tidurnya untuk makan malam, tak berkata sepatah kata pun Afif langsung mengambil nasi serta lauk pauknya dan memakannya dalam diam. Sungguh begitu prihatin bi Yuni melihat keadaan majikannya itu.Selesai makan, Afif pun kembali ke kamar atas. Dan melanjutkan meratapi kesalahan di masa lalunya sehingga membuat sang istri tercinta meninggalkannya.****Dalam perjalan pulang menuju rumah mama Ina, tiba tiba Dinda mengeluhkan perutnya sakit."Ma, perutku sakit sekali, ma.""Apa kamu mau melahirkan, nak? apa cucu Om
Setelah mendengar kabar bahwa Dinda telah pergi meninggalkan dirinya, dunianya seakan runtuh. Kedua istrinya sudah Taka dan lagi di sisinya, ia sudah tak punya siapa siapa lagi. Arumi? ah, apakah wanita itu mau memaafkan dan kembali kepadanya? Sungguh hukum alam kini sudah berlaku, bertamu menghampiri sang tuan rumah. Memporak porandakan isi di dalamnya dan hampir merenggut kewarasannya. Entah, ini ujian untuk keimanannya ataukah sebuah hukuman atas segala perbuatannya.Penyesalan demi penyesalan hinggap di hati Afif, membuat Afif ingin ikut mati saja bersama sang istri."Afif, mari kita urus administrasinya agar jenazah Dinda bisa segera di bawa pulang." Ajak papa Aldo.Suara papa Aldo mampu menyadarkan Afif dari lamunannya. Afif bangkit mengikuti langkah papanya menuju tempat administrasi. Setelah menyelesaikan administrasinya, mereka segera membawa pulang jenazah Dinda dan bayinya. Tangisan kehilangan mengiringi kepulangan mereka, tak menyangka hidup Dinda hanya sampai disini. Meni