Bab 180. Racun Maut Untuk Alisya Atau Buat Fajar[Jam sembilan pagi ini, kami tunggu kau di Café Rumah Kayu. Kau tahu tempat itu?] Sebuah pesan masuk ke ponsel Ayu, melalui aplikasi hijau. Bunyi notif itu membuat sang babysitter terbangun dari tidurnya pagi ini.Gadis itu tiba-tiba berdebar. Bunyi notifikasi pesan masuk itu saja sudah mampu membuatnya merasa gamang. Ditambah lagi dengan kalimat perintah dari nomor Fajar. Dulu, bila mendapat pesan masuk dri nomor itu, sontak Ayu merasa sangat senang. Hati yang penuh kerinduan, tiba-tiba penuh bunga.Namun, sekarang nomor Fajar adalah momok baginya. Meskipun sebuah rencana besar tengah dia siapkan untuk sang kekasih gelap. Rencana yang akan segera dia lakukan untuk membalaskan dendam dan sakit hatinya.[Kok, cuma di read? Jawab! Bisa enggak?] Kembali sebuah pesan masuk.[Siap, saya pasti datang! Jam sembilan, kan? Sebelum jam sembilan, aku sudah berada di tempat.] balasnya kemudian.[Ok, sampai nanti!]Ayu menutup telepon, berpikir ker
Bab 181. Jeratan Alex“Aku tidak selingkuh, Lex! Selingkuh dengan siapa, coba?” Sonya berusaha menutupi gugupnya dengan sikap sewajar mungkin. Kedua sudut bibirnya tertarik, senyum manis mekar di sana. Sementara dadanya berdegup hebat.“Tidak selingkuh? Lalu pria ini, Sayang?” selidik Alex seraya melirik Fajar dengan sudut matanya.“Oh, dia Fajar, supir mama aku. Karena Mama sudah ditalak oleh papa, Fajar jadinya nyupirin aku.”“Sekaligus pacarin kamu?”“Bukan, lah, Fajar udah punya pacar, Lex. Ini, wanita ini pacar dia. Bahkan mereka akan menikah.” Sonya menunjuk Ayu dengan dagunya.Sontak Fajar dan Ayu terkejut. Tetapi Sonya segera menginjak kaki mereka di bawah meja. Keduanya pun paham apa yang Sony inginkan.“Oh, ya? Begitu?” Alex mengernyitkan kening, menatap Fajar dan Ayu bergantian dengan mata menyipit. “Kamu pikir aku percaya? Apakah ada seorang majikan menemani supirnya ngedate?” sindir pria itu terkekeh kecil.“Begini, Lex. Fajar mau melamar perempuan ini ke orang tuanya. J
Bab 182. Minuman Beracun Buat Fajar“Kita berangkat sekarang, ya!” ucap Alex melepas tubuh Sonya. Sekali lagi dia meremas dada wanita itu, lalu mengeluarkan tangannya dari balik dress. Mobil itupun mulai melaju perlahan, meninggalkan halaman parkir café.Sementara di dalam café, Fajar hanya mampu menatap kepergian mobil itu dengan tatapan penuh tanya. Kehadiran Alex dan sikap Sonya yang begitu menurut dan patuh kepada pria itu, menyisakan rasa penasaran. Dia sudah begitu dekat dengan Sonya selama ini. Semua tentang kehidupan pribadi Sonya sudah dia ketahui. Namun, tentang Alex, sedikitpun dia tak tahu.Sepertinya Alex adalah kekasih Sonya. Sikap Alex bahkan lebih seperti seorang suami memperlakukan istri. Terbukti dari cara Alex menatapnya tadi. Sonya juga terlihat begitu gugup. Dia tak mengakui kalau Fajar adalah kekasihnya, bahkanberusaha meyakinkan Alex kalau dia adalah kekasih Ayu. Kenapa? Apa yang disembunyikan oleh Sonya dari dia sebenarnya.Kalau benar Sonya memiliki pac
Bab 183. Maut Mendekati Fajar“Ayu, maafkan aku!” ucap Fajar seraya bangkit dari duduknya, kemudian beranjak ingin pergi.“Tunggu, Mas!” Ayu segera berdiri, menangkap lengan pria itu. “Mas Fajar mau ke mana. Mas masih dalam keadaan stress, jangan pergi dulu! Duduk dulu, Mas!” bujuk gadis itu. Dia harus berusaha agar Fajar tidak pergi. Setidaknya sampai Fajar meneguk minumannya. Ayu tak ingin rencana balas dendamnya gagal.“Lepaskan tangan kamu, Yu! Aku sedang emosi. Aku butuh waktu sendiri. Jangan sampai kaau menjadi sasaran emosiku!” Fajar berkata sedikit kasar.“Lampiaskan saja ke aku, Mas! Aku siap menjadi sasaran kekecewaan Mas Fajar. Aku sayang sama kamu, Mas! Aku enggak akan tenang membiarkan kmu pergi dalam kedaan kacau begini.” Ayu menyempurnakan dramanya.“Yu, kamu sadar enggak apa yang kamu ucapkan barusan? Aku itu sudah nyakitin perasaan kamu! Aku sudah membuat kamu kecewa. Kamu sudah mendengar semuanya, bukan, kalau sebenarnya aku sudah mau menikah dengan Sonya?”“Aku uda
Bab 184. Fajar Meregang Nyawa“Sekarang kita minum, yuk! Lalu, aku minta waktu Mas Fajar,” bujuk Ayu mulai mengarahkan Fajar menuju sasarannya.“Waktu buat apa, Sayang?” tanya Fajar mengecup jemari Ayu. Sikap sok manis dan pura-pura romantis itu teramat memuakkan bagi Ayu. Dia sangat paham kalau Fajar hanya berpura-pura. Pria licik itu hanya ingin memanfatkan dirinya.Namun, dia harus menahan perasaannya. Misi ini harus tetap dituntaskan. Sandiwarapun dia lanjutkan.“Aku minta waktu buat Mas buktiin kalau Mas Fajar serius mau jalin hubungan denganku meski cuma sembunyi-sembunyi. Biar aku semangat jalankan rencana ini,” rengeknya pura-pura manja.“Baik, kamu mau apa, hem?” Fajar mengelus pipi dan bibir gadis itu.“Aku kangen, Mas.”“Lho, ini kita sudah bertemu, kan?”“Aku pengen … em … aku pengen … itu ….”“Pengen apa, bilang saja! Pasti akan aku kabulin. Asal jangan minta belikan sesuatu saja. Aku enggak punya uang.”“Aku pengen berduaan aja sama kamu, Mas. Pengen bermesraan, git
Bab 185. Hari Pertama Deva Bekerja di Kantor AlisyaAlisya tengah meneliti lembaran file yang tadi diletakkan oleh Deby di atas meja kerjanya. Setelah membaca dengan seksama, dia membubuhkan tanda tangan di sana.Pintu ruangan diketuk dari luar. “Masuk!” jawab Alisya tanpa menoleh. Sang sekretaris masuk dengan buru-buru.“Bu, di luar ada Pak Deva. Saya sudah berusaha mengusirnya, tapi … katanya dia udah ada janji dengan Ibu. Dia bahkan mengirimkan file berkas-berkas lamaran kerja ke email perusahaan. Saya akan menghapusnya. Tapi, masalahnya, Pak Deva tak mau pergi juga, apa saya harus panggil security buat mengusirnya?” lapornya dengan wajah tegang.“Oh, dia sudah datang? Suruh masuk, Deb!” titah Alisya mengejutkan sang sekretaris. “Jadi juga rupanya dia datang,” gumam Alisya lagi buru-buru menyelesaikan pekerjaannya.“Oh, jadi beneran dia sudah buat janji? Enggak ada di agenda yang saya susun, soalnya.” Deby menyindir.“Iya, dia mau bekerja di sini. Perusahaan ini terlalu besar unt
Bab 186. Panggilan Ke Kantor Polisi“Bagaimana bisa Ayu melenyapkan Fajar, apakah Ayu dan Fajar saling kenal? Kamu tahu sesuatu tentang mereka?” tanya Deva masih kebingungan.“Aku tidak tahu. Harusnya mereka tidak saling kenal, mereka belum pernah bertemu. Entah kalau sengaja bertemu. Aku akan telpon ke rumah buat mastiin,” ucap Alisya meraih ponselnya, lalu segera memanggil nomor ayahnya.“Pak, benar Ayu ditahan Polisi? Polisi ke rumah jemput dia, benar begitu?” cecarnya begitu panggilannya diangkat.“Iya, Ca. Katanya Ayu memasukkan racun ke dalam minuman Fajar di sebuah café. Ayu dijemput ke rumah barusan, Ca!”“Fajar? Fajar mana ini, Pak? Fajar … Mas Fajar, kah?”“Iya, Ca.”“Astaga, Bapak yakin?”“Polisi menunjukkan fotonya, Nduk. Fajar, ayah kandung putrimu Rena sudah enggak ada.”“Ya, Allah. Apa benar Ayu pelakunya, Pak?”“Menurut Polisi tadi begitu, Nduk!”“Lho, kok, bisa Ayu kenal dengan Mas Fajar?”“Bapak juga bingung.”“Lagi pula enggak masuk akal, Pak. Kapan Ayu melakukanny
Bab 187. Pengkuan Ayu di Kantor Polisi“Saya ikut?” tanya Deva menunjuk dadanya. Alisya tak menyahut, dia langsung berjalan mendahului ke luar ruangan. Memberi instruksi kepada Deby lalu langsung menuju lif. Seperti orang bingung, Deva mengikutinya. Namun, saat Alisya menuju areal parkir, pria itu menghentikan langkah.“Bapak nunggu apa?” tanya Alisya kembali menghampirinya.“Eeem, saya lupa kalau saya sudah tak punya mobil. Maaf, saya naik taksi saja. Kita jumpa di kantor polisi. Saya duluan,” jawab Deva lalu melangkah pergi.“Maaf, Pak Deva! Pakai mobil saya saja!” Alisya menghentikannya. Deva berbalik. “Bapak yang nyetir!” titah Alisya menyodorkan kunci mobilnya.Ragu Deva meraihnya. Betapa harga dirinya serasa remuk redam. Akan lebih terhormat rasanya bila dia naik angkot saja, daripada menumpang di mobil mantan istrinya. Namun, ini adalah perintah dari sang Direktur Utama. Jika membantah, dia khawatir kehilangan pekerjaan.Dengan langkah berat dia berjalan menuju areal parkir VI