BAB : 47Rencana membalas dendamPOV AUTHOR"Gak usah kebanyakan mikir, Rangga. Kamu ngelakuin begituan sama perempuan lain aja gak mikir, giliran disuruh tanggung jawab baru mikir!" Seru Ranti ketus.Rangga yang sudah pusing kini semakin pusing dengan masalah yang saat ini menerpanya. Lisa pulang setelah Rangga mengusirnya. Ya, Rangga mengusirnya karena lama-kelamaan ia muak dengan janji yang diutarakan Lisa demi meminta restu sang Ibu. Entah apa yang ada di benak Rangga saat ini, yang jelas rasa kalut menguasai hati dan pikirannya."Tapi aku seneng lo sama perempuan itu, Rangga. Kalau kamu nikah sama Lisa, kita akan jadi orang kaya!" Seru Ranti sumringah. Ranti senang karena Rangga dapat pengganti yang lebih baik dari Andira. Yang lebih menyenangkan hati Ranti ialah, Lisa yang ternyata anak orang kaya. Membuat angannya kini jauh melambung tinggi."Kalau ternyata Lisa bukan orang kaya, apa Ibu akan tetap suka sama Lisa?" tanya Rangga pada sang Ibu. Ternyata Rangga masih meragukan uca
Bab : 48Ketika Winda mendengar kabar mengejutkan.***"Satu lagi yang harus Mbak Winda tahu, calonnya Rangga saat ini sedang mengandung anaknya Rangga. Jadi, pernikahan akan digelar secepatnya, dengan atau tanpa persetujuan Andira. Jika Mbak Winda tahu dimana keberadaan Andira saat ini, silahkan mengirimkan kabar bahagia ini!" Ranti berucap dengan tenang dan ringan.Sedangkan Winda yang mendengar ucapan mertua adik angkatnya itu matanya membulat. Kali ini Winda benar-benar syok dengan berita yang dikabarkan oleh Ranti. 'Anaknya menghamili orang, kok malah bangga. Kenapa Bu Ranti tidak malu mengucapkan hal itu?' Batin Winda kini bertanya-tanya. Winda heran dengan pemikiran Bu Ranti. 'Padahal baru saja tadi pagi mendapat musibah, sekarang masih bisa menyombongkan dirinya di depanku. Aneh sekali keluarga ini!" Batin Winda bergejolak."Udah Mbak Win, gak usah melongo. Biasa aja menanggapinya. Kami ini memang keluarga terpandang luar biasa, dapat menantu pun juga luar biasa. Kaya, cantik,
BAB : 49Harapan demi harapan yang mulai tertanam.***Setelah kepergian Ibunya, Rangga kembali ke kamarnya. Ia sudah tak berminat masuk ke kantor karena sudah sangat telat. Hatinya sedang kacau, Rangga pikir besok saja ia akan menjelaskan pada bosnya bahwa saat ini masalah besar sedang menimpanya. 'Percuma juga masuk kantor hari ini, yang ada laporan malah semakin berantakan karena tak bisa fokus. Nanti pak bos malah semakin marah jika aku memaksa masuk kantor!' Batin Rangga mencari pembenaran atas asumsinya sendiri. Padahal sebenarnya Rangga sendiri takut menghadapi hari esok ketika masuk kantor. Tak ada yang dilakukan Rangga kali ini. Rangga hanya diam merenungi nasib yang menimpanya saat ini. Menikah dengan Lisa? Tak pernah terpikirkan dibenaknya sama sekali. Baginya, Lisa hanya pelarian saja untuk mengurangi kesepiannya. Namun kini?"Andira!" Entah sadar atau tidak, Rangga menyebut nama sang istri saat termenung di jendela kamarnya. Sekelebat bayangan Andira tengah mondar-mandi
Bab : 50Reaksi Andira tentang keluarga sang suami.***"Mbak Winda … Ya Allah, seneng banget rasanya melihat Mbak Winda ke sini." Andira memeluk Kakaknya yang baru sampai ke rumah. Begitu pun Winda, ia nampak senang melihat adiknya yang kini terlihat semakin cantik. Sudah banyak perkembangan rupanya."Ayo masuk dulu, Mbak," ajak Andira sumringah."Hei, Kakak ganteng. Makin ganteng aja sih ini keponakan Tante. Mau main sama dedek, nggak?" tanya Andira yang kini beralih menyapa Gilang."Mau banget, Tante," sambil berjingkrak, Gilang mengutarakan keinginannya. Senang sekali sepertinya."Mbak, tolong antarkan Gilang sama anak-anak ya!" titah Andira pada pengasuh anaknya. Lalu mengajak sang Kakak yang masih berdiri di depannya."Ayo, Mbak, aku kangen banget sama Mbak Win!" ujarnya, sambil menggandeng tangan Winda. Andira yang begitu senang lantas mengajak Winda masuk ke kamarnya. Diikuti oleh Winda yang juga senang melihat Andira begitu bersemangat.Mata Winda membelalak saat menyusuri ke
BAB : 51Kabar demi kabar yang didengar oleh Andira. Ada Alan?***Sungguh, kali ini Andira pun sangat terkejut dengan kabar yang didapat dari Winda. Nampak mulutnya ditutup dengan sebelah tangannya, karena reflek terkejut. "Minum dulu, An!" Winda yang melihat nafas Andira mulai memburu, mengambil gelas yang berada diatas nakas, lalu memberikan pada Andira.Dengan tangan sedikit gemetar, Andira menerima gelas dari Winda. Dan tak butuh waktu lama, gelas tersebut kosong karena di tenggak habis oleh Andira. Kini, nafasnya kembali tenang. Walaupun masih nampak seperti habis lari maraton, dan terlihat menghembuskan nafas berkali-kali, Andira kembali tenang seperti sedia kala. Hati dan pikirannya masih bisa dikendalikan dengan baik, sehingga Andira pun kini kembali seperti semula."Sumpah, Mbak. Aku sangat terkejut dengan kabar yang Mbak katakan padaku tadi!" Lirih, Andira berucap. Andira benar-benar tak menyangka bahwa mertua dan suaminya sendiri lebih memilih percaya pada seorang penj
Bab : 52Rasa kecewa diselimuti amarah di tengah kesibukan yang melanda.***Ruangan yang mewah dan nyaman rupanya tak membuat Alan terlena begitu saja. Saat ini ia sedang disibukkan oleh rencana meeting yang dijadwalkan siang ini. Dibantu oleh sekretarisnya, Alan begitu sibuk mempersiapkan bahan untuk presentasi bersama klien. Tok tok!Suara ketukan pintu membuyarkan Alan pada kesibukannya. Ia pun menghentikan aktivitasnya sejenak, untuk mengetahui siapa yang datang menemuinya."Masuk!"Lalu tak lama, nampak seorang wanita yang juga tengah sibuk itu menghampiri Alan."Maaf, Pak, untuk laporan yang akan digunakan sebagai bahan promosi, mengalami banyak kendala," Dengan rasa tak enak hati, perempuan yang sepertinya sekretaris Alan itu berucap.Alan menghembuskan nafas pelan. Mulai terlihat frustasi di wajahnya. "Kenapa?""Pak Rangga hari ini tidak masuk kantor, Pak!" Alan mendesah pelan. Bayangannya kembali memutar mengingat kejadian tadi pagi di rumah keluarga Rangga. Alan melihat j
BAB : 53Rasa khawatir mulai merambah ketika mendengar kabar tentang Andira.***Nampak jam tersebut menunjukkan angka 09:50 pagi. Itu artinya, ia harus ngebut menyelesaikan pekerjaan yang masih menumpuk sebelum bel istirahat nanti. "Aku harus bergerak cepat!" gumamnya, lalu mengambil telepon untuk menghubungi karyawan lain yang bisa membantunya."Iya, Pak, ada yang bisa dibantu?" tanya karyawan yang sengaja Alan panggil untuk menemuinya."Kamu pelajari data yang saya kasih. Lalu kerjakan laporan yang berantakan. Waktumu tak lama, tolong manfaatkan sebaik mungkin. Jika selesai sebelum jam istirahat, kamu ikut saya meeting hari ini!""Baik Pak, akan saya kerjakan dengan sebaik mungkin!" ucap Karyawan tersebut, lalu meninggalkan ruangan Alan dengan muka berbinar.Alan pun tak asal memanggil pengganti untuk menyelesaikan tugas Rangga. Sudah tentu itu adalah karyawan pilihan yang Alan percaya. 'Padahal posisinya sangat bagus saat ini. Namun sayang, Rangga tak melaksanakan tanggung jawabn
Bab : 54Rasa yang mulai mengusik hati.***"Andira … kamu tidak boleh pergi!" gumam Alan pelan, sambil mengemudikan mobilnya dengan kencang. "Semoga aku masih bisa menemuinya di rumah!" gumamnya lagi. Alan sangat takut bahwa tadi pagi adalah pertemuan terakhir antara dirinya dan Andira.Rumah tampak sepi ketika Alan menginjakkan kakinya di depan pintu. Sang Bibi pun beberapa kali menguap ketika membuka pintu untuk tuannya yang baru pulang tersebut. Memang sudah larut malam, wajar saja jika penghuni rumahnya sudah tidur di kamar masing-masing."Bi, Andira ada kan?" Alan yang dilanda cemas pun bertanya pada Bibi."Ada di kamarnya, Pak," Alan yang mendengarnya pun bernafas lega. Ia nampak menarik nafas dalam, lalu menghembuskan kasar. Seakan menghilangkan beban yang mengganjal. Sang Bibi yang melihat tingkah majikannya menyipitkan mata. "Aneh banget si Bapak, emang kenapa gitu?" gumamnya. Lalu meninggalkan sang majikan setelah kembali mengunci pintu rumahnya.Alan pun bergegas menuju k