Di mana sih Rani? Tanya Adit dalam hati saat dia sudah berkeliling taman tapi juga tidak menemukan istrinya itu di mana-mana.Saat dilihatnya Bu Ana maupun Bude Yatmi yang tengah asyik mengobrol dengan para tamu tanpa kehadiran Tasya di tangan mereka, membuat Adit berasumsi istri dan anaknya itu saat ini berada di kamar mereka di atas. Mungkin Tasya ingin menyusu, atau anak itu memang sudah mengantuk dan harus segera tidur jauh dari kebisingan ini.Asumsi itu membuat Adit tenang, dia menarik sebuah kursi lantas mendudukinya ingin rehat sejenak setelah sejak tadi harus berbasa basi menyapa setiap tamu.Adit memutuskan untuk menikmati kesendiriannya seraya menonton band kecil yang saat ini sedang menyanyikan lagu All I Want-nya Kodaline. Salah satu lagu kesukaan Rani yang belakangan juga mulai dia sukai.'Cause you brought out the best of meA part of me I'd never seenYou took my soul wiped it cleanOur love was made for movie screensTidak bisa tidak, Adit tersenyum saat mendengarkan
Adit tentu saja langsung menyetujui rencana kencan itu dengan sangat antusias. Dia membatalkan semua janji sore-nya. Tidak ada yang lebih penting dari pada segera pulang ke rumah di jam makan siang untuk bisa bersantap bersama kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu.Tapi itu bisa menunggu, siapa sih yang tidak mau berkencan dengan istrinya sendiri? Adit heran kenapa hal semacam ini tidak terpikirkan olehnya. Kapan terakhir kali dia mengajak Rani dinner romantis berdua? Adit tidak bisa ingat, atau memang mereka belum pernah melakukannya? Ya ampun, mengerikan sekali! Padahal dulu saat ia berpacaran dengan Ghea ia selalu menghabiskan banyak waktu. Tetapi dengan Rani? Apa karena Adit menganggap Rani hanya gadis biasa saja? "Bim, makasih banyak lho hadiahnya," ujar Adit saat mereka sudah kenyang menyantap makan siang. Ucapan terima kasih itu tulus Adit ucapkan, seolah sahabatnya itu tahu bahwa Adit dan Rani memang memerlukan jeda manis semacam ini di antara masalah bertubi-tubi yang
Ghea yang sedang emosi dan cemburu melihat keharmonisan Adit dan Rani, langsung memotret mereka berdua lalu mengirim fotonya ke Pak Tomi. Tidak lama kemudian ponsel milik Ghea pun berdering, ada panggilan masuk dari Pak Tomi, ia pun langsung menjawab panggilan telepon tersebut."Hallo Ayah." Ucap Ghea."Apa sekarang Adit, lagi bersama istrinya yang miskin itu?" Tanya Pak Tomi kepada Ghea."Iya, bahkan kelihatannya Adit malah jadi tambah deket sama dia." Jawab Ghea dengan nada datar, tidak lama kemudian ia pun langsung menanyakan bantuan Pak Tomi. "Katanya Ayah mau bantu hubungan aku sama Adit?" "Kamu tenang saja Nak, Ayah janji akan membuat wanita kampung itu pergi dari rumah Ayah. Karena sampai sekarang Ayah nggak sudi mempunyai menantu kampungan seperti dia, cuma kamu yang cocok buat jadi menantuku dan pendamping Adit!" Jawab Pak Tomi mencoba meyakinkan Ghea.Ghea menyunggingkan senyum liciknya, tidak berhenti di situ saja. Ia juga meminta Pak Tomi untuk menyuruh Adit pulang, agar
Ghea tersenyum senang, melihat Adit yang pergi lebih dulu begitu saja tanpa mengantarkan Rani istrinya, dan melihat Rani yang akhirnya pulang dengan naik ojek."Aku puas banget, ternyata Om Tomi bener-bener bisa di andalkan. Syukurin kamu, akhirnya kamu pulang naik ojek. Macem-macem sih jadi orang, mestinya sadar diri kalau Adit itu enggak bakalan bisa hidup sama kamu." Ucap Ghea sambil meminum kopi yang ia pesan."Ternyata semudah ini, membuat kalian berdua agar jangan terus-menerus sering bersama. Selama Om Tomi masih ada di pihakku, aku harus secepat mungkin membuat kalian berdua hidup terpisah!" Gumam Ghea, yang mencoba untuk memikirkan cara selanjutnya yang akan ia pakai untuk memisahkan Rani dari Adit.***Sekarang Rani sudah sampai di rumah mertuanya, namun saat ia turun dari ojek, ada Ibu Ana yang sedang menggendong Tasya di halaman depan, melihat menantunya datang naik ojek ia pun langsung menanyakan keberadaan putranya."Lho Ran, kok kamu naik ojek? Emang Adit pergi ke mana?
"Tok tok tok." "Ran, ini Ibu! Boleh Ibu masuk?" Ucap Bu Ana yang tetap bersikap sopan, dan meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Putranya."Boleh Bu." Jawab Rani dari dalam kamar, kemudian Rani langsung menyeka air matanya dan langsung membukakan pintu kamar. "Silahkan masuk Bu, padahal Ibu tinggal masuk aja, enggak usah pake izin lagi." Lanjut Rani dengan nada sendu.Bu Ana pun langsung masuk ke dalam kamar Adit, lalu menutup pintu kamarnya kembali, ia sudah menduga jika Rani pasti sedang tidak baik, karena perkataan dari suaminya memang sangat tajam."Kamu habis nangis ya Ran? Maafkan perkataan dari Ayah ya, tolong jangan di masukkan ke dalam hati, jujur saja Ibu merasa malu sama kamu." Ucap Bu Ana sambil menatap wajah menantunya."Ibu juga merasa sakit, saat mendengarkan perkataan dari Ayah, tapi mau bagaimana lagi, sudah wataknya keras seperti itu." Lanjut Bu Ana yang tetap merasa bersalah."Iya Bu tidak papa, Rani tidak memasukkan ke dalam hati, hanya saja untuk sekarang Rani
Adit menoleh ke arah belakang, ia pun langsung bertanya maksud kedatangannya itu."Ghea, kok kamu ada di sini?" Tanya Adit. "Aku tadi ada jalur jalan ke sini, jadi ya udahlah sekalian aja mampir sambil bawa ini!" Jawab Ghea sambil menunjukkan makanan yang ia bawa, ia pun lalu mencoba untuk mencari perhatian dari Pak Tomi, dengan alasan mengajaknya untuk makan bersama."Ayah juga ikut makan ya, kita makan bareng-bareng!" Lanjut Ghea."Terima kasih banyak Ghea, tapi Ayah sudah makan tadi di rumah sama Ibu. Kamu makan aja berdua sama Adit, kebetulan kamu juga belum makan kan Dit?" Ujar Pak Tomi yang langsung menyetujui permintaan Ghea."Kamu makan duluan aja, aku lagi sibuk banyak kerjaan!" Jawab Adit yang langsung menolak tawaran Ghea dan Ayahnya.Mendengar Adit yang langsung menolak dengan tegas, Pak Tomi langsung mengambil alih kerjaan yang sedang di pegang oleh Adit."Udah sana kamu makan dulu, biarin Ayah aja yang gantiin kerjanya!" Titah Pak Tomi sambil mengambil nota pembayaran,
"Sepertinya aku harus membuat rencana, agar Adit bisa kembali dekat dengan Ghea." Gumam Pak Tomi saat dirinya di tinggal begitu saja oleh Adit, ia lalu masuk ke dalam ruangan Adit untuk melihat keberadaan Ghea."Ceklek!" Ketika pintu terbuka, Ghea menoleh dengan sumringah karena ia pikir Adit datang kembali untuk menemaninya, tapi ternyata yang datang adalah Pak Tomi."Ayah!" "Aku kira Adit datang lagi, untuk nemenin aku makan di sini." Lanjut Ghea dengan mimik wajah yang terlihat kecewa."Ayah juga tadi udah nyuruh Adit agar di sini saja, tapi ternyata sekarang susah juga untuk bisa membujuk Adit." Jawab Pak Tomi."Ayah apa aku bisa kembali lagi bersama Adit? Melihat kebersamaan dan kedekatan Adit dengan istrinya, jujur saja itu semua membuatku sakit hati. Dan aku juga jadi menyesal karena sudah pergi kuliah ke Hongkong, meninggalkan hubunganku dengan Adit." Ucap Ghea yang sengaja berbicara seperti itu, untuk memancing Pak Tomi agar bisa membantunya."Lho kamu jangan menyerah dan p
"Bu tumben masaknya enggak di temenin sama Rani? Rani ke mana?" Tanya Adit sambil celingak-celinguk mencari keberadaan istrinya."Rani ada di kamar, Ibu yang nyuruh dia agar istirahat." Jawab Bu Ana sambil memetik daun bayam."Memangnya Rani kenapa Bu? Apa dia sakit? Perasaan tadi siang baik-baik saja." Ucap Adit yang langsung memberikan beberapa pertanyaan kepada Ibunya.Bu Ana menaruh baskom yang berisi rendaman bayam, ada perasaan lega di dalam hati Bu Ana, melihat anaknya yang terlihat peduli dan sangat memperhatikan istrinya itu."Orang yang istirahat itu bukan berarti untuk orang sakit saja Nak, Ibu memang sengaja menyuruh Rani agar tidur dan istirahat bersama Tasya." Ucap Bu Ana sambil menatap wajah putra bungsunya."Ibu enggak mau menantu Ibu sakit karena kelelahan, kamu harus tahu kalau mengurus anak kecil itu cape, belum lagi tengah malam harus ikut bergadang jika anak kita melek." Lanjut Bu Ana."Iya Bu, Adit kaget, Adit kira Rani sakit." Jawab Adit yang terlihat khawatir.