Adit menoleh ke arah belakang, ia pun langsung bertanya maksud kedatangannya itu."Ghea, kok kamu ada di sini?" Tanya Adit. "Aku tadi ada jalur jalan ke sini, jadi ya udahlah sekalian aja mampir sambil bawa ini!" Jawab Ghea sambil menunjukkan makanan yang ia bawa, ia pun lalu mencoba untuk mencari perhatian dari Pak Tomi, dengan alasan mengajaknya untuk makan bersama."Ayah juga ikut makan ya, kita makan bareng-bareng!" Lanjut Ghea."Terima kasih banyak Ghea, tapi Ayah sudah makan tadi di rumah sama Ibu. Kamu makan aja berdua sama Adit, kebetulan kamu juga belum makan kan Dit?" Ujar Pak Tomi yang langsung menyetujui permintaan Ghea."Kamu makan duluan aja, aku lagi sibuk banyak kerjaan!" Jawab Adit yang langsung menolak tawaran Ghea dan Ayahnya.Mendengar Adit yang langsung menolak dengan tegas, Pak Tomi langsung mengambil alih kerjaan yang sedang di pegang oleh Adit."Udah sana kamu makan dulu, biarin Ayah aja yang gantiin kerjanya!" Titah Pak Tomi sambil mengambil nota pembayaran,
"Sepertinya aku harus membuat rencana, agar Adit bisa kembali dekat dengan Ghea." Gumam Pak Tomi saat dirinya di tinggal begitu saja oleh Adit, ia lalu masuk ke dalam ruangan Adit untuk melihat keberadaan Ghea."Ceklek!" Ketika pintu terbuka, Ghea menoleh dengan sumringah karena ia pikir Adit datang kembali untuk menemaninya, tapi ternyata yang datang adalah Pak Tomi."Ayah!" "Aku kira Adit datang lagi, untuk nemenin aku makan di sini." Lanjut Ghea dengan mimik wajah yang terlihat kecewa."Ayah juga tadi udah nyuruh Adit agar di sini saja, tapi ternyata sekarang susah juga untuk bisa membujuk Adit." Jawab Pak Tomi."Ayah apa aku bisa kembali lagi bersama Adit? Melihat kebersamaan dan kedekatan Adit dengan istrinya, jujur saja itu semua membuatku sakit hati. Dan aku juga jadi menyesal karena sudah pergi kuliah ke Hongkong, meninggalkan hubunganku dengan Adit." Ucap Ghea yang sengaja berbicara seperti itu, untuk memancing Pak Tomi agar bisa membantunya."Lho kamu jangan menyerah dan p
"Bu tumben masaknya enggak di temenin sama Rani? Rani ke mana?" Tanya Adit sambil celingak-celinguk mencari keberadaan istrinya."Rani ada di kamar, Ibu yang nyuruh dia agar istirahat." Jawab Bu Ana sambil memetik daun bayam."Memangnya Rani kenapa Bu? Apa dia sakit? Perasaan tadi siang baik-baik saja." Ucap Adit yang langsung memberikan beberapa pertanyaan kepada Ibunya.Bu Ana menaruh baskom yang berisi rendaman bayam, ada perasaan lega di dalam hati Bu Ana, melihat anaknya yang terlihat peduli dan sangat memperhatikan istrinya itu."Orang yang istirahat itu bukan berarti untuk orang sakit saja Nak, Ibu memang sengaja menyuruh Rani agar tidur dan istirahat bersama Tasya." Ucap Bu Ana sambil menatap wajah putra bungsunya."Ibu enggak mau menantu Ibu sakit karena kelelahan, kamu harus tahu kalau mengurus anak kecil itu cape, belum lagi tengah malam harus ikut bergadang jika anak kita melek." Lanjut Bu Ana."Iya Bu, Adit kaget, Adit kira Rani sakit." Jawab Adit yang terlihat khawatir.
"Maksud Ayah apaan sih? Coba yang jelas kalau mau ngomong serius tuh!" Ucap Bu Ana sambil berjalan pelan menghampiri suaminya."Kalau ngomong sama Ibu tuh harus jelas terus, jadi gini ada temen Ayah nawarin tanahnya yang mau di jual. Jadi Ayah pengen Adit pergi melihatnya ke sana, karena kata temen Ayah, lokasinya sangat strategis Bu." Jawab Pak Tomi menjelaskan bagian intinya saja.Untuk sejenak, Bu Ana diam saja mendengarkan perkataan dari suaminya, sebelum ia mendengar semua ceritanya Bu Ana tidak akan berkata-kata sepatah kata pun."Gimana menurut pendapat Ibu? Sepertinya kalau kita beli dan kita jadikan tempat usaha, itu hasilnya akan sangat menguntungkan sekali Bu!" Ucap Pak Tomi yang langsung membeberkan tentang hasilnya saja.Setelah berpikir untuk sejenak, Bu Ana lalu mengeluarkan pendapatnya."Bagaimana ya Yah? Kalau menurut Ibu sih jangan dulu melihat tentang hasil dan untungnya dulu, kita kan belum tau kondisi pemasaran di daerah sana itu seperti apa? "Apalagi posisinya s
"Maksud Ayah apa?" Ucap Bu Ana dan Adit secara bersamaan."Maksud Ayah, biarkan Adit berangkat sendirian saja dulu, di survei aja terlebih dulu. Setelah mengetahui lokasinya bagus atau tidak baru kamu pulang, kita bicarakan lagi di rumah!" Jawab Pak Tomi menjelaskan semuanya secara detail."Beneran cuma gitu doang? Ayah belum membeli tanah dan bangunannya kan?" Tanya Bu Ana dengan penuh rasa curiga."Belum Bu, perjanjiannya itu Ayah lihat-lihat dulu soal tempatnya strategis atau tidak, sama lihat kondisi tanah dan bangunannya cocok atau tidak. Nah makanya Ayah pengen Adit yang pergi ke sana besok, buat survei lokasinya saja dulu!" Ucap Pak Tomi yang masih tetap berusaha meyakinkan.Adit yang dari tadi hanya diam saja, akhirnya membuka suaranya, dan memberikan pertanyaan kepada Ayahnya."Kenapa enggak Ayah saja yang pergi memantaunya? Nantinya kan Ayah lebih mengerti dan tau tanah tersebut cocok tidak?" Kata Adit."Kamu ini sebelas dua belas sama kayak Ibumu, kalau Ayah lagi enggak sak
Adit lalu mengingatkan kembali Rani, jika sikap Ayahnya itu paling anti dan tidak bisa menerima penolakan."Mau bagaimana lagi, kamu tau sendiri kelakuan Ayah kalau enggak di turuti seperti apa?" "Aku dan Ibu juga sudah berbicara, agar tanah itu enggak usah di beli karena terlalu jauh dari sini, tapi Ayah bersikeras menyuruhku untuk tetap menyurvei tanah tersebut." Lanjut Adit menjelaskan hasil rundingan tadi. "Kamu sama Ayah berangkatnya jam berapa? Kalian pergi ke sana naik pesawat atau kereta?" Tanya Rani dengan sangat detail."Aku berangkat sendirian saja Ran soalnya Ayah lagi sakit pinggang, aku berangkat ke sananya naik pesawat. Jadi berangkat dari rumah kira-kira pas subuh dari sini sekitar jam 5 pagi soalnya pesawatnya terbang jam 07.15 WIB, jadi biar enggak telat." Jawab Adit memberitahu jadwal pemberangkatannya."Kamu berangkat sendirian? Aku kira kamu berangkatnya bareng sama Ayah, kamu enggak papa berangkat sendiri?" Tanya Rani yang tiba-tiba saja merasa tidak nyaman men
Rani sudah ada di dapur lebih awal, dari jam 3 pagi ia menyiapkan sarapan dan persiapan untuk Adit, padahal sejak semalam ia tidak bisa tidur sama sekali. "Rani!" Panggil Ibu Ana."Iya Bu." Jawab Rani sambil menoleh ke arah belakang.Bu Ana melihat ada beberapa makanan yang sudah tersaji di atas meja, tak bisa di pungkiri menantunya yang satu ini memang sangat rajin."Jam segini sudah selesai bikin sarapan, kamu bangun jam berapa?" Tanya Bu Ana. "Aku nyiapin dan mengecek kembali perlengkapan Adit takut ada yang tertinggal, setelah selesai langsung ke sini buat bikin sarapan Bu." Jawab Rani menjelaskan yang sudah ia kerjakan."Kamu bergadang semalaman ya Ran?" Tanya Bu Ana sambil menatap wajah menantunya."Iya Bu, semalam Tasya malah kebangun, pas dia udah tidur ternyata udah pagi." Jawab Rani dengan jujur."Lain kali kamu istirahat saja, meski pun Adit mau ada acara keluar, biar Mbok Nurmi yang menyiapkan makanannya.Tuh liat mata kamu sampe item kayak gitu!" Tegur Bu Ana."Enggak pa
"Ghea." Kata Adit yang terlihat kaget saat mengetahui orang tersebut adalah Ghea."Kamu, pagi-pagi begini mau kemana?" Lanjut Adit bertanya tujuan Ghea."Aku mau ke kota Surabaya Dit, ada undangan pernikahan dari temen, kamu sendiri mau kemana?" Jawab Ghea memberikan alasan, dan seolah-olah mereka berdua bertemu karena takdir."Aku juga mau ke Surabaya di suruh Ayah sih, buat survei lokasi tanah yang di tawarkan oleh temannya." Jawab Adit. Ghea tersenyum senang mendengarnya, ia terus bertanya kegiatan yang akan di lakukan oleh Adit selama ada di Surabaya."Wah kebetulan banget kita ketemu di sini Dit, jadi aku enggak bosan selama di perjalanannya. Oh ya tadi kamu bilang mau survei tanah, memangnya Ayah kamu mau beli tanah di sana?" "Katanya sih pengen buka usaha atau cabang di sana, aku enggak tahulah pemikiran Ayah gimana, padahal jaraknya jauh banget kenapa enggak cari yang dekat-dekat aja." Jawab Adit yang langsung memberitahu semuanya kepada Ghea.Jika sudah bertemu dengan Ghea,