Keluarga Somat sedang berduka. Imey yang sudah tidak tahan lagi menyaksikan penguburan putri bungsunya, mendadak Imey jatuh pingsan tak berdaya. Beberapa orang yang saat ini ada disampingnya dengan refleks menolong dan mengajak tubuh Imey ke tempat yang teduh. Somat dan kedua anaknya mendekati Imey, perlahan-lahan Imey terbangun dari pingsannya.“Mas, Laras mana?” tanya Imey dengan wajah memucat.“Ikhlaskan Laras, bu” ujar Somat dengan sedih.Tidak lama kemudian, Imey mengeluhkan pusing dikepalanya hingga kembali tidak sadarkan diri. Sedikit terlambat orang-orang membawanya ke puskemas terdekat karena saking paniknya hingga membuat Imey kehilangan nyawanya. Kedua anak Somat dan Imey, menangis histeris menyaksikan ibu mereka telah meninggal dunia. Dalam satu hari ini, Somat pun harus kehilangan istri dan putrinya. Setelah jenazah sudah dimakamkan dengan kayak, satu persatu orang pun meninggalkan Somat. Yang masih duduk termenung di kuburan sang istri. Anak sulung Somat yang bernama Di
Beberapa hari ini, Berry sering berkunjung ke rumah Kelvin. Beberapa hari ini juga Kelvin sengaja jarang pulang ke rumah yang memang di sengaja. Mau tidak mau, Miranda pun tetap menyambut Berry dengan ramah karena bagaimanapun tamu memang harus dihormati. Akibat kemunculannya Berry, muncullah beberapa gosip dari emak-emak yang memang melihat pria asing tengah berada di teras rumah Miranda. Mereka mulai berpikiran buruk tentang mereka terlebih lagi Miranda seperti kelihatan wanita yang tidak baik-baik. Miranda juga belum sempat menceritakan kehamilannya pada Kelvin dan hanya diketahui oleh Yunita. Namun, Yunita bukanlah wanita baik, dia seperti duri dalam rumah tangga Miranda dengan Kelvin. Terlebih lagi, Yunita dapat mendengar percakapan Berry dan Kelvin pada waktu yang lalu di salah satu kafe terdekat. Yunita tersenyum sumringah mendengarnya dan ia sangat yakin bahwa Miranda pasti akan terusir dari rumah Kelvin dan dirinya akan menggantikan posisi Miranda dikemudian hari.Kelvin pun
Keesokan harinya, para warga setempat dengan berbondong-bondong datang ke rumah Kelvin. Saat ini juga, kebetulan di rumah itu ada banyak orang yakni ada Kelvin, Miranda, Berry dan Yunita. Setelah itu, salah satu warga menggedor-gedor pintu gerbang rumah Kelvin sambil sesekali berteriak memanggil Miranda maupun Kelvin.Orang yang ada di dalam mendengar teriakan itu dan mereka pun menuju ke arah pintu gerbang dan membukakannya.“Ada yang ini kalian ribut-ribut?” tanya Kelvin yang merasa para warga tidak sopan memanggil mereka.Ujang, salah satu warga mewakili yang lain dan dirinya pun mengatakan bahwa Miranda sudah benar-benar meresahkan. Mendengar hal itu, seakan Kelvin lupa akan rencananya dan malah berbalik memelototi Miranda seperti ingin menyergapnya hidup-hidup.“Apa yang kamu lakukan!” teriak Kelvin pada Miranda yang membuat Miranda gelisah.Sementara itu, Yunita mencoba untuk memanfaatkan kesempatan ini. Dia memilih untuk diam dan membiarkan Miranda terlebih dahulu memberikan kla
Sepanjang perjalanan, Berry merasa sangat bersalah. Bahkan dirinya tidak berani menatap wajah Miranda untuk saat ini. Miranda hanya menangis tanpa suara hal itu Berry ketahui lantaran Miranda seringkali menghapus air matanya yang keluar sedari tadi. Karena tidak tahu harus membawa Miranda kemana? Berry yang kebingungan dengan terpaksa menanyakan isi pikirannya itu langsung kepada Miranda.“Miranda, Maaf... Kamu mau tinggal dimana?” Berry berkata sangat hati-hati agar Miranda tidak sensitif terhadap dirinya. Miranda menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa.“Kalau gitu apa perlu aku sewaan kontrakan untuk kamu?” tanya Berry yang baru teringat bahwa dirinya akan dibayar oleh Kelvin sesuai perjanjian.“Tidak. Aku baru teringat dengan ibuku, tolong antar aku ke rumah ibu yang ada di desa A” ujar Miranda pelan.Berry mengangguk namun sebelum mengantarnya ke desa, Berry harus meminta izin terlebih dahulu dengan ibunya yang masih sakit. “Kita ke rumah ibuku dulu, aku mau meminta izin” u
Setelah berunding dengan pihak keluarga lain Joshua pun memutuskan untuk menikahi Desi. Hingga mereka melaksanakan pernikahan di hari Senin depan. Desi sudah terlihat berbunga-bunga karena dia hampir berhasil mendapatkan ketus RT yang begitu di idolakan banyak emak-emak. Lisa merasa kecewa namun tidak tahu harus berbuat apa? Hanya kekecewaan tanpa balasanlah yang saat ini ia rasakan. Malam ini, Miranda sudah sampai di rumah Desi. Berry sempat mengobrol dengan Miranda namun dia harus segera pulang karena khawatir dengan keadaan ibunya.“Terimakasih sudah mengantar aku ke rumah ibu” ujar Miranda.“Sama-sama Miranda, aku pulang dulu soalnya ibu aku sendirian di rumah” ujar Berry.“Iya, Berry... Hati-hati dijalan” ujar Miranda.Berry pun pergi dari sana menuju ke kota. Ada perasaan kasihan yang kini dirasakan olehnya. Setelah memastikan Berry sudah tidak ada, Miranda pun mengetuk pintu rumah dengan beberapa kali. Dari dalam rumah, Desi terlihat sedang merias wajah di kamar tidur. Sesekali
Acara pernikahan Desi dengan Joshua terbilang cukup menarik perhatian para warga setempat. Selain karena status Joshua sebagai RT, pengaruh Desi yang begitu terkenal membuat orang lain tertarik untuk hadir di pernikahan tersebut. Desi merasa senang karena banyak tamu tak di undang datang ke rumah Joshua. Melihat itu, semakin sombong Desi terhadap dirinya. “Dasar kalian tidak ada apa-apanya buatku” gumam Desi dalam hati. Miranda yang baru keluar dari kamar tidur berjalan menuju ke arah Desi. Dirinya merasa heran sekaligus takjub dengan ramainya orang-orang di rumah tersebut. Karena keheranan, Miranda pun mengatakan bahwa dirinya merasa senang atas pernikahan ibunya dengan Joshua. “Ibu, banyak tamu yang turut mendoakan pernikahan ibu sama paman Joshua” ujar Miranda.“Kamu tahu tidak? Joshua itu paling di idamkan kaum emak-emak yang murahan. Eh malah Ibu yang dapatkan Joshua” ujar Desi.“Iya, Ibu. Aku turut bahagia melihat Ibu juga bahagia” ujar Miranda.Tidak lama kemudian, Joshua me
Somat kembali menagih uangnya ke Desi yang sedang berbelanja di dagangnya. Kebetulan juga dagangan Somat lagi sepi pembeli hanya ada Desi seorang. Karena itu Somat pun berani menagih uangnya tersebut. Desi kembali melupakan janjinya dan selalu saja bertele-tele dalam berbicara. Somat ingin marah namun tidak bisa, Desi pun mengurungkan niatnya itu untuk berbelanja di dagangnya. Melihat sepi pembeli, Somat pun memintanya agar tidak membatalkan berbelanja di dagangannya. Bahkan, Somat dengan rela bersimpuh di kaki Desi hanya untuk memohon. Desi tetaplah keras kepala dan dengan tega menghempaskan tubuh Somat hingga terjatuh ke tanah. Setelah puas menghempaskan tubuh Somat, Desi pun meninggalkannya yang masih meringis kesakitan. meskipun jatuh ke tanah bukan berarti tidak terluka. Somat mendapati tangan dan kakinya memar akibat terkena batu kecil-kecil yang bercampur dengan tanah. Hingga datanglah Miranda yang melihatnya masih terduduk di tanah tersebut. Miranda pun terkejut dan membantu
Keputusan Kelvin untuk menceraikan Miranda memang sudah matang ia pikirkan. Meskipun ada perasaan aneh yang setiap saat ia rasakan tidak akan mampu mempengaruhi prinsipnya untuk lepas dari Miranda. Yunita juga selalu ikut mendampingi Kelvin dalam mengurusi surat-surat perceraian tersebut. Hingga akhirnya surat itu pun harus ditandatangani oleh Miranda.“Bagaimana ini Yunita? Miranda harus menandatanganinya tapi aku tidak tahu keberadaannya sekarang” ujar Kelvin yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya.“Coba kita cari di rumah kediaman orang tuanya?” ujar Yunita. “Kamu benar” Kelvin dan Yunita bergegas menuju ke arah parkiran dan masuk ke dalam mobil.Selama diperjalanan, Kelvin hanya bisa diam sambil mengemudi. Sementara Yunita sudah tidak sabar untuk dinikahi oleh Kelvin. Baginya, tidak ada laki-laki lain yang mampu menarik perhatiannya. Selain kaya raya juga Kelvin memiliki paras yang tampan hingga membuat Yunita gatal move on.“Kelvin, apa masih jauh?” tanya Yunita.“Lumayan jauh