Siang yang sangat terik, di tengah keramaian yang sudah bukan hal asing lagi, mobil yang dikendarai Alex tiba di perusahaan Mikal.
"Selamat siang, Nona. Bisa kah saya menemui Tuan Mikal?"
Alex yang baru memasuki perusahaan Mikal, bertanya kepada salah satu resepsionis yang berjaga di sana.
"Maaf, apa Tuan sudah ada janji dengan beliau? Sebab menurut Tuan Mikal, siapa pun yang ingin bertemu dengan beliau, harus terlebih dulu buat janji, Tuan." Tukas sang resepsionis dengan sopan kepada Alex.
Mendengar ucapan resepsionis di depannya, telinga Alex mendadak gatal. Ingin rasanya ia menerobos masuk ke dalam, dan menghajar pria tersebut hingga babak belur. Terlalu bertele-tele, batinnya.
"Oh, kalau begitu tolong Anda sampaikan. Utusan Tuan Zain Abraham sedang menunggunya!"
Sang resepsionis pun mengangguk seraya menekan papan tombol pada telepon di hadapannya. Menghubungi ruangan sekertaris Mikal.
"Halo, Mb
Seusai membersihkan seluruh Mansion, kini tugas yang diberikan Retno kepadanya, berganti dengan menyetrika semua baju yang tadi dicucinya. Bahkan Retno pun tak berpikir jika sang putra akan pulang lebih awal dari biasanya. Zain yang baru saja tiba di rumah, kaget melihat sang kekasih yang terlihat kuyu dan lusuh ditambah dengan pekerjaan yang dilakukan nya."Honey!"Teriak Zain saat mendapati Kinanti yang sedang sibuk menyetrika, setelah dari kamarnya mencari gadis pujannya tersebut tidak ada di kamar.Seketika Kinanti pun kaget dengan kehadiran sang kekasih yang tiba-tiba muncul mengagetkannya."Sayang, kamu sudah pulang?"Tanya gadis yang terlihat lusuh kepada kekasihnya, mencoba mengalihkan pertanyaan sang kekasih.Dengan penuh amarah, Zain melempar setrika yang ada di tangan Kinanti, ke lantai. Dan suara bantingannya terdengar hingga ke ruang kamar Retno. Semua tumpukan baju-baju pun di tabur oleh Zain ke lantai, hingga
Kinanti segera pergi ke kamar mandi, setelah meminta maaf kepada Zain. Sementara sang kekasih sedang berada di kamar mandi, Zain keluar dari kamarnya untuk menemui sang ibunda yang tengah ada di ruang keluarga bersama Yazid.Zain menjatuhkan tubuhnya kasar di sofa, menatap kesal kepada sang ibunda. Menghela napas panjang dan membuangnya kasar."Zain tahu, kejadian hari ini adalah ulah Mama. Kenapa Mama sekejam itu sama Kinanti, Zain sangat mencintainya, Ma," tegur CEO, pewaris MAHARDIKA COMPANY, penuh amarah."Oh, jadi setelah bertemu wanita malam murahan itu, sekarang kamu jadi berani melawan Mama. Kamu sudah dibutakan dan diperbudak oleh wanita sialan itu!" Suara Retno tak mau kalah dari putranya.Melihat perdebatan sang istri dengan putra semata wayangnya, Yazid pun angkat bicara."Benar yang dikatakan Mama kamu, Zain. Pantas kah kamu bersikap kurang ajar seperti ini, dia yang melahirkan dan membesarkamu. Sementara wanita itu bukanlah siap
Seusai hanyut dalam suasana haru biru di dalam kamar yang bercat abu-abu, malam itu Zain memutuskan untuk mengajak sang kekasih makan malam berdua di salah satu restoran ternama yang ada di kota tersebut.Dengan balutan gaun malam warna coklat susu, serta rambut yang dibiarkan tergerai, semakin menambah kecantikan putri dari pasangan Pak Firman dan Bu Asri. Dengan lembut dan percaya diri, Zain menggamit tangan kekasihnya. Membuat sang ibunda semakin kesal dengan pemandangan romantis yang Zain tunjukkan. Tanpa menghiraukan kedua orang tuanya berlalu berjalan menuju garasi."Tuh, Papa lihat kan? Bagaimana Zain sekarang sudah berani kurang ajar sama kita," dengus Retno dengan luapan emosi yang sudah sangat membuncah.Sang Chairman terlihat begitu santai walau sejujurnya emosinya juga sudah hendak meledak saat beberapa waktu barusan. Yazid tak habis pikir jika sang putra akan lebih memilih gadis kampung itu daripada dirinya dan juga sang istri."Iya, Ma. Kita
Waktu terus bergulir, dan hari demi hari pun silih berganti. Sudah satu Minggu Kinanti tinggal di kediaman sang kekasih. Dengan segala cacian, makian, hingga hinaan yang kerap kali ia dapati dari ibunda sang kekasih. Demi meyakinkan kedua orang tua kekasihnya, Kinanti rela menerima semua itu. Karena ia berharap sang Chairman beserta istrinya mau menerima dirinya sebagai menantu di keluarganya. Tapi sepertinya itu hanya impian Kinanti saja, sebab, Retno semakin hari selalu berbuat kasar kepadanya. Bahkan tak jarang wanita paruh baya itu juga sering memberinya pekerjaan yang sangat menguras tenaga. Menghina Kinanti di depan teman sosialitanya pun sering kali, seperti saat ini."Ini siapa Sis?" tanya salah satu teman arisan Retno yang melihat Kinanti dengan tatapan mencibir, saat menghidangkan minuman."Oh, biasa lah, pelayan baru di rumah ini. Putraku yang memperkerjakan nya di sini," sahut Retno, menghina Kinanti di depan teman arisannya."Oh pelayan baru,
Selepas kepergian Zain beserta Kinanti dari sana, semua ibu-ibu sosialita itu segera meninggalkan kediaman Retno. Dan rumah kembali hening. Hanya ada suara pecahan benda-benda yang dilempar oleh Retno, untuk melampiaskan kekesalannya terhadap sang putra dan kekasihnya.Sementara Yazid yang baru saja pulang dari Rapat tahunan perusahaan, merasa kaget melihat kondisi rumahnya yang berantakan bak kapal pecah. Hanya ada raungan suara tangis dari sang istri."Mama! Mama kenapa?" Tanya Yazid menghampiri sang istri yang sedang menangis di sofa."Wanita itu Pa, huuu...!"Belum juga menyelesaikan kalimatnya, Retno menghambur memeluk sang suami. Menumpahkan tangis serta kemarahannya, akan sikap sang putra yang selalu saja membela gadis yang ia benci."Mama tenang dulu, baru cerita apa yang sudah terjadi. Bukan kah tadi pagi semuanya baik-baik saja, kenapa mendadak acara arisan Mama berubah berantakan seperti ini?" Sang Chairman bertanya seraya berusaha menen
Pasangan kekasih Zain Abraham dan Kinanti, akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Karena setidaknya dengan menghindari sang ibunda sementara waktu, akan lebih baik, sampai hari pernikahan mereka tiba.Rencana CEO Zain menikahi Kinanti sepertinya bukan lah sekedar isapan jempol semata. Keseriusannya ia tunjukkan dengan kedatangan Alex ke rumah Pak Firman kembali."Assalamualaikum....!"Seorang pria berpakaian formal, setelan jas warna hitam, tengah berdiri di depan rumah pak Firman. Dengan wibawa dan kharisma yang dimilikinya, pria tangan kanan CEO Zain Abraham ini mengunjungi kediaman pak Firman dengan sopan."Waalaikumussalam! Bu, ada Pak Alex ke mari!" Seru Irfan berteriak memanggil sang ibu, saat membuka pintu di depan Alex.Dengan sopan Irfan pun menerima uluran tangan Alex, dan mempersilahkan pria itu untuk duduk. "Silahkan duduk, Pak, eh maaf, Tuan!" Irfan terlihat kebingungan takut dikira tidak sopan telah memanggil Alex dengan seb
Sepulangnya dari kediaman pak Firman, Alex segera kembali ke perusahaan. Kemudian esok hari ia harus pergi ke Kantor Urusan Agama untuk mengurus semua berkas dan kelengkapan pernikahan sang CEO. Alex tiba di perusahaan, rupanya hari sudah malam. Beberapa karyawan sebagian sudah pulang dan hanya ada beberapa karyawan saja yang masih tersisa untuk lembur."Selamat malam, Pak Alex!" sapa salah seorang karyawan yang masih lembur, saat Alex melintasi ruangannya."Malam juga, kamu lembur?" tanya Alex saat langkahnya berhenti di depan karyawan tersebut."Iya, Pak!"Alex kemudian berlalu menuju ruangannya, saat itu jam menunjukkan pukul 19.35 waktu setempat. Pria tangan kanan sang CEO ini mulai membuka satu per satu tumpukan map yang ada di atas mejanya. Membaca dan membubuhkan tanda tangan selaku wakil dari CEO Zain Abraham.***"Halo, selamat malam, Chairman!"Suara dari sebuah panggilan telepon kepada Yazid. Tak lain adalah Pak Salim
Malam itu di pulau 'Kaledupa, entah mengapa Kinanti tiba-tiba perutnya merasa mual yang teramat dan tidak bisa tertahankan."Huek...., Huek...., Huek....!"Kinanti terus memuntahkan isi perutnya di dalam kamar mandi berulang kali. Sudah tak terhitung jumlahnya ia bolak-balik ke kamar mandi."Honey, apa kamu sakit?" Zain memijat tengkuk sang kekasih secara lembut untuk membantu agar lebih tuntas keluar."Entah lah Sayang, tiba-tiba perut aku mual sekali, kepala terasa pusing juga" ucap Kinanti dengan wajah yang kini berubah pasi yang dipenuhi keringat dingin.Zain memapah tubuh Kinanti dan menidurkannya ke kasur, terlihat lemas dan lemah tak bertenaga lagi. Sebab semua isi perutnya sudah tidak ada lagi isinya, sampai-sampai cairan yang keluar dari perutnya adalah cairan yang berwarna kuning. Zain pun menyelimuti tubuh Kinanti serta pergi ke kotak P3K untuk mengambil minyak gosok yang bisa membantu menghangatkan tubuh sang kekasih."Hone