KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!Part 13"Lu ngeliatin sosmednya siapa sih?""Mantan bini gue, Bang. Kelihatannya dia udah bahagia dengan suami barunya."Lelaki bertato itu tertawa. "Gila, ternyata, lu belum move on dari mantan bini lu.""Bukan gak move on, sih, Bang. Cuma, gue nggak rela ngelihat dia bahagia dengan suami barunya. Sementara, gue harus meringkuk di sini," ujar Arman sinis."Terus rencana lu apa?" "Sekarang gue memang gak bisa apa-apa, Bang. Tapi, nanti setelah gue keluar dari sini, gue akan membalas dendam ke mantan bini gue itu. Sekalian ke suami barunya itu juga." Tangan Arman sampai mengepal keras, karena menahankan gejolak dendam yang teramat dalam pada Kania dan juga Abimanyu."Emangnya lu divonis berapa lama, Man?""Cuma setahun doang kok, Bang. Gue mau berlaku baik di sini, supaya gue dapat remisi." Lelaki bertato itu namanya Agus. Ia kembali tertawa mendengar ucapan Arman. Agus juga memiliki dendam yang sama dengan Arman. Sungguh semesta itu adil. Kebetu
Satu pekan berlalu. Abimanyu dan Kania masih larut dalam kebahagiaan bulan madu mereka. Setelah ke Bali, Abimanyu mengajak Kania untuk menghabiskan waktu berdua ke Lombok. Menikmati keindahan laut di sana.Sedangkan di sini, ada sang mantan yang gelisah menanti. Ponsel Abimanyu tidak aktif. Ratusan pesan spam yang dikirim Liana, tak satu pun yang terkirim. Hanya centang satu saja. Ke mana mereka? Masa menjalankan bulan madu saja, sampai begini lama. Dulu, Abimanyu tidak pernah memperlakukan dirinya sampai seistimewa ini.Dengan menumpang ojek online, Liana berniat mendatangi kantor Abimanyu. Mumpung Indra sedang ada pekerjaan di luar kota, ia bebas untuk mencari tahu keberadaan mantan suaminya. Hasratnya sangat besar untuk kembali lagi pada Abimanyu. Tidak ada yang boleh memiliki Abimanyu selain dirinya.Motor yang ditumpangi Liana berhenti tepat di depan sebuah gedung, yang merupakan kantor milik Abimanyu. Dulu, dia sangat sering datang untuk mengantarkan makan siang Abimanyu, yang k
KITA BELI KESOMBONGAN MERTUAMU, NDUK!Part 16 Season 2Kania beranjak dari ranjang yang dibalut seprei berwarna putih itu. Kondisinya sudah sangat acak-acakan. Bantal dan guling, tergolek ke lantai. Hanya selimut yang masih berada di atas, menutupi tubuhnya dan juga Abimanyu yang masih terlelap. Kelihatannya, lelaki itu lelah sekali. Ia menyempatkan tersenyum dulu, baru kemudian melangkah menuju kamar mandi. Kebahagiaan yang tiada henti, terus menghampirinya, semenjak menikah dengan Abimanyu. Semoga saja, kebahagiaan ini tidak akan pernah meninggalkan dirinya lagi, bahkan sampai selamanya.Kania menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, membersihkan tubuh dan rambut panjangnya. Perut yang lapar, semakin membuat Kania untuk bergegas menyelesaikan mandinya. Dengan menggunakan daster berbahan kaus dengan panjang selutut, Kania duduk di tepi ranjang dan handuk masih membungkus kepala. Sebaiknya memesan makanan saja untuk dibawakan ke kamar. Tidak enak kalau harus sarapan di restoran
Part 17 Season 2 Abimanyu melirik ke arah Kania yang duduk di sebelahnya. Ia khawatir, istrinya itu mendengar ucapan ibunya yang cukup kuat. "Siapa, Mas?" tanya Kania heran, melihat ekspresi sang suami yang tiba-tiba berubah tegang. "Ibu." Abimanyu menjawab hanya dengan gerak bibir, tanpa suara. Kemudian ia bergegas menjauh, melangkah ke arah balkon. Kania membulatkan bibirnya seraya mengangguk. Terbesit tanya sebenarnya, kenapa sang ibu mertua tidak hadir di acara pernikahannya. Sementara, Abimanyu itu anak semata wayang, sama seperti dirinya. Ketika ditanya, Abimanyu hanya menjawab bahwa ibunya sedang sibuk dengan urusannya. Selebihnya, lelaki itu terus menghindar dan mengalihkan topik pembicaraan. Hingga akhirnya Kania sendiri jadi lupa. Lalu, apa yang membuat Abimanyu menjadi setegang itu, ketika mendapatkan telepon dari ibunya? Kania terus bertanya-tanya. "Ibu sudah bilang berapa kali, ibu gak setuju kalau kamu menikah dengan anak si Danu itu. Tapi, kenapa kamu gak dengerin
Part 18 Season 2 "Lasmi, tolong, angkat tas nyonya besar!" titah Kania, memanggil asisten rumah tangganya. "Hei, kamu ngapain teriak-teriak?" Santi berbalik, melotot. "Mau panggil asisten rumah tangga, Bu. Untuk angkatin tas-tas ibu ini," sahut Kania polos. "Gak usah! Saya itu nyuruh kamu, bukan pembantu. Paham?" omel Santi. Mendengar omelan ketus dari ibu mertuanya, Kania sedikit terkejut. Ia tak menyangka, wanita yang sejak kecil ia panggil dengan sebutan bude tersebut, berubah menjadi sejudes ini. Kania menggeret koper beroda itu menuju kamar yang sudah disediakan untuk Santi, tanpa sepatah kata. Terus terang saja, hatinya terluka mendapat bentakan seperti itu. Kalau dulu ibunya Arman berbuat demikian, ia sudah terbiasa. Sementara, dengan Santi, ia baru pertama kali mendapat perlakuan seperti ini. Apalagi Kania sudah mengenal Santi sejak dirinya kecil. Seingatnya, Santi itu ramah dan lembut. Kenapa bisa berubah menjadi seperti sekarang, Kania sendiri pun bertanya-tanya sembar
Part 19 season 2 Kania terdiam mendengar ucapan Santi. Apa yang salah dengan masakannya? Apakah menu ikan saus asam manis ini adalah sebuah menu kampungan? Pikiran Kania terus berperang. "Bu, apa yang salah dengan masakan Kania? Ini enak, kok. Enak banget malah. Ikan yang dibeli juga kualitas premium. Standar mall, bukan pasar," ujar Abimanyu membela. "Dicoba dulu, Bu, baru berkomentar." Santi terdiam mendengar pembelaan sang anak pada istrinya. Ia menatap ragu ke atas ikan yang tersaji di piring. Diambilnya juga sendok dan garpu untuk mengambil daging ikan, lantas meletakkan ke atas nasinya. Kania menatap penuh harap, ketika melihat Santi menyuap nasi beserta daging ikan masuk ke mulutnya. "Bagaimana, enak, Bu?" tanya Abimanyu. "Biasa saja," sahutnya berbohong. Padahal, di dalam hati, Santi memuji kelezatan masakan Kania. Hanya saja, gengsinya terlalu besar untuk mengakui. Abimanyu tersenyum melihat ibunya yang lahap menikmati masakan sang istri. Ia tahu, Santi suka, hanya s
Part 20 Season 2 "Sepagi ini, kalian sudah datang bertamu?" cetus Santi. Tangannya dilipat di depan dada. "Kami ke sini, sekalian ingin bertemu dengan Kania--putri kami, kami juga ingin bertemu dengan Mbak Santi." Kali ini Danu yang mengambil alih menjawab. Mata Santi melirik ke arah beberapa kantongan belanjaan di atas meja. "Mau bertemu saya, atau karena ingin mengambil oleh-oleh?" ketus Santi. Danu dan istrinya saling melempar pandang. Di hati keduanya saling menyimpan tanya, ada apa dengan wanita yang kini sudah menjadi besan mereka. Kenapa sikapnya tidak seramah dulu? "Kami ke sini, murni untuk bertemu Kania dan Mbak. Kita 'kan sudah lama gak bersua, Mbak," lanjut Danu lagi. Santi mengambil duduk di sofa tunggal, menatap ke arah tas belanjaan yang bertuliskan nama toko pakaian terkemuka di Bali. Apakah Abimanyu juga membawakan oleh-oleh untuknya? Tapi, kenapa tadi malam putranya tidak ada menunjukkan apapun? "Ya, ya, ya. Aku sih percaya-percaya saja. Meskipun aku tahu, ora
Part 21 Season 2 "Danu, makasih banyak, kamu sudah banyak membantu saya. Apalagi, ketika pabrik saya hampir bangkrut, kamu yang membantu menyelamatkan semuanya," ucap Agung Brawijaya. "Ah, gak begitu, Mas. Itu juga, 'kan, hasil kerja keras Mas juga," jawab Danu. "Gak, Danu. Aku benar-benar beruntung punya sahabat seperti kamu. Kamu sudah aku anggap seperti adikku sendiri," tambah Agung lagi. Danu tersenyum. Ia memang sudah berteman dengan Agung sejak awal pabrik teh milik Agung dibangun. Bermula dari menjadi asisten biasa, hingga akhirnya menjadi orang kepercayaan. "Uhuk uhuk." Agung terbatuk-batuk, seraya memegangi dadanya. Hasil diagnosa dokter, Agung divonis mengidap kanker paru-paru stadium awal. "Mas, kenapa, Mas? Dadanya sakit lagi? Mau ke rumah sakit?" tanya Danu panik, melihat batuk Agung yang tak kunjung berhenti. Lelaki bersyal coklat itu mengangkat lima jarinya. "Aku gak apa-apa, kok, Dan. Kamu tenang saja. Aku masih kuat. Jatah hidupku masih panjang." Danu tergel