Cari-cari kesempatan đ¶âđ«ïž
Elena bangun terlambat karena mengurus Jason semalam. Pria itu lebih dulu bangun dan sudah berpakaian rapi. Tak ada tanda-tanda kesakitan. Padahal, semalam Jason terus merengek seperti anak kecil. Mengeluh badannya sakit karena membela Elena. âKenapa kau tidak membangunkan aku?â Elena melihat jam dinding yang sudah menunjuk pukul setengah delapan pagi. Dia biasanya bangun pagi-pagi, menyiapkan sarapan untuk Johan dan keluarga tirinya. Anna sengaja memecat beberapa pelayan karena mengatakan kondisi perusahaan yang kian memburuk setelah ditinggal mati William. Alhasil, Elena yang menyiapkan beberapa keperluan rumah tangga dan melakukan sebagian tugas pelayan, demi Johan. Kebiasaan itu masih terbawa hingga sekarang, setelah dia menikah dengan Jason. âAku lupa kau ada di sini.â âLupa ada aku katanya? Siapa semalam yang memijatmu sampai tanganku pegal-pegal? Dasar menyebalkan! Tidak tahu terima kasih!â batin Elena kesal. âDaripada mengutukku dalam hati, lebih baik cepat cuci mukamu,
Apakah itu rencana Jason sejak awal? Menawarkan kontrak pernikahan, yang seolah-olah menguntungkan Elena, tetapi hanya ingin menggantikan posisi William? âApa maksudmu? Bagaimana dengan tujuan yang kau katakan dulu? Apa kau menipuku?â Pengkhianatan yang pernah dirasakannya, tak membiarkan Elena berprasangka baik. Dia tak mau dikhianati lagi, terlebih lagi oleh pria yang selama satu tahun ke depan berstatus sebagai suaminya, sekutu Elena satu-satunya. âAku tidak menipumu. Kau tidak perlu memikirkan masalah perusahaanmu. Aku akan mengembalikannya setelah perjanjian kita berakhir. Kau bisa memegang kata-kataku. Jika perlu, kita bisa menambahkan dalam kontrak perjanjian kita.â âBaik. Aku ingin kau menambahkan dalam kontrak kita.â Elena tak mau lengah dan berakhir seperti dulu. Dia pun tak sepenuhnya bisa memercayai Jason karena tindakan pria itu yang tanpa berdiskusi dulu dengannya. Sesuai permintaan Elena, Jason menambahkan lembar perjanjian baru yang ditandatangani oleh keduanya. Di
âAku bisa mempersiapkan sendiri, Kakak. Kau baru saja menikah. Aku tidak mau merepotkanmu.â Jenna ingin membuat acara pernikahannya lebih besar daripada pernikahan Elena kemarin. âKau diam saja di rumah dan renungi kesalahanmu,â tegas William. âKalau begitu, Mama akan membantu Elena-â âMama lebih baik menemani Jenna di rumah. Aku tidak mau melihat Mama sampai kelelahan karena dua kali mengurus pesta,â sela Elena, âkarena waktu yang singkat, bagaimana jika kita memanggil perancang busana hari ini juga?â Jika tidak diberi kesempatan kembali ke masa lalu, Elena tak akan tahu kecurangan-kecurangan yang Anna dan Jenna lakukan. Seperti ribuan undangan pernikahannya dengan Johan, yang ternyata diberikan kepada orang-orang bayaran Anna. Hanya ada kerabat dekat, juga kenalan Anna dan Jenna yang menghadiri acara untuk memeriahkan suasana. Anna mengambil keuntungan setengah biaya dari pernikahan Elena. Jason menemukan fakta itu di saat dia mempersiapkan pesta pernikahan mereka. Dia langsung
Jason gegas menjauhkan kursi dari wanita itu. Gerakannya justru membuat Elena makin curiga.Jelas sekali jika Jason terkejut saat melihat Elena tiba-tiba muncul. Elena langsung berprasangka buruk padanya.Namun, Elena menepis prasangka terhadap Jason dan wanita itu. âMasa bodoh! Mau dia punya pacar atau tidak, itu bukan urusanku! Aku tidak peduli dan tidak akan pernah peduli.â âAda perlu apa?â âWah, wah ... caranya bicara padaku seperti menghadapi musuh bebuyutan saja. Mana suara ramahnya seperti saat bicara dengan wanita itu tadi? Ternyata, oh, ternyata, begitulah sifat asli suamiku ....â Elena berdecak-decak dalam hati. Jason mengetuk-ngetukkan pena di meja. âKau tidak mau bicara apa pun?â Elena bertanya dengan nada sinis, âAnda tidak ingat dengan pelatihan karyawan baru?â âKau sampai tidak ingat dengan tugasmu karena asyik pacaran! Ya ampun ... aku harus segera menunjukkan kemampuanku dan menggantikan posisinya. Kantor Papa bisa tercemar oleh perselingkuhan mereka,â lanjut Elen
Elena melirik ke arah Jason. Baru sadar dengan kedatangannya. Namun, dia tak peduli. Lagi pula, Jason lebih memilih bersama dengan kekasihnya daripada duduk di samping wanita yang telah menjadi istrinya. âJadi, kau nanti ikut acara penyambutan karyawan baru, bukan?â tanya Elena kepada Dean. âKau ... ikut?â Dean balas bertanya. âTentu saja.â DRAK! Perhatian Elena tertuju pada suara keras kaki kursi beradu dengan lantai. Jason menyentak kasar kursi yang akan didudukinya ke belakang. âDasar, cari perhatian,â batin Elena. Elena kembali menikmati makanan. Setelah selesai, dia menunggu Dean dan akan kembali bersama-sama ke ruangan mereka. âKau tidak suka menonton TV atau membaca berita?â Elena bertanya-tanya, apakah Dean tidak tahu jati dirinya? Semua orang seharusnya menyaksikan pernikahannya dengan Jason di layar kaca. Namun, Dean tampaknya benar-benar tak mengenal Elena âAku hanya suka menonton film dokumenter. Jarang sekali membaca berita.â âAh, pantas saja ....â âPantas ken
âTidak ada yang mustahil.â Elena telah mengalami kehidupan setelah mati. Dia pun belum tahu bagaimana itu bisa terjadi. Jika memang Jason akan menjadi musuhnya di kemudian hari, Elena harus bersiap-siap. Namun, seandainya Jason benar-benar sekutunya, Elena tetap harus berhati-hati. Menjaga jarak dari semua orang yang pernah terlibat dalam kehidupan pertamanya adalah pilihan terbaik yang dapat Elena simpulkan. Hanya William yang dapat Elena percaya. Namun, dia tak bisa mengatakan kejadian yang sebenarnya. William tak mungkin percaya padanya. Kalaupun percaya, rencana Elena membalas dendam kepada ibu dan adik tirinya akan digagalkan oleh ayahnya sendiri. Anna dan Jenna pasti akan segera diusir dari rumah oleh sang ayah. Itulah yang memang menjadi target Elena. Namun, bukan hanya sekedar diusir biasa. Elena akan membuat tiga pengkhianat itu jera dan tak akan bisa lagi menyentuh keluarganya. Di tempat lain, Jason yang sadar Elena sudah keluar setengah jam yang lalu, gegas berpamita
Dean bergegas menarik Elena ke depan agar tak terjatuh. Lalu melepaskan tangannya yang membelit di pinggang Elena. âM-Maafkan aku,â ujar Dean terbata-bata. âTidak ⊠justru aku yang harus berterima kasih padamu. Aku tidak menyangka bertemu denganmu di tempat seperti ini. Kau ingin mengunjungi kerabatmu?â âYa. Ayahku dimakamkan di tempat ini. Bagaimana denganmu?â Elena memicingkan mata. Gelagat Dean sedikit berbeda sekarang. Pria itu tak begitu malu-malu lagi seperti kemarin meskipun masih terlihat sedikit canggung. âAku berziarah di makam keluargaku.â âOh ⊠mau menemaniku bertemu dengan ayahku?â Elena mengangkat alisnya. Sikap Dean bukan hanya sedikit, tetapi benar-benar berbeda dari pertama mereka berjumpa. Apakah karena alkohol semalam? Ataukah dia tipe orang yang malu-malu saat berkenalan dengan orang baru? âBolehkah? Kalau begitu, kita bisa berangkat ke kantor bersama-sama sekalian.â Elena mengikuti Dean ke makan ayahnya. Dahinya berkerut ketika melihat batu nisan bertulis
Dean melihat jam tangan tanpa mengangkat tangannya. Seharusnya mereka belum terlambat. Kurang lima menit lagi, jam kerja baru dimulai. âKami belum terlambat, Tuan. Ada perlu apa?â Elena menjawab lebih dulu. âKe kantorku sekarang,â perintah Jason dingin. Elena menghela napas panjang selagi menatap Dean. Pria itu mengangguk dan Elena pun segera mengikuti Jason ke ruangannya. âKau tidak ingin mengatakan apa pun?â tanya Jason begitu mereka sampai di ruangannya. Kenapa Elena bersama Dean? Apa yang sudah mereka lakukan? Apa mereka berselingkuh? Tak ada satu pun pertanyaan dalam hati yang Jason utarakan. âAku harus bilang apa? Selamat pagi, Tuan Jason, semoga hari Anda menyenangkan, begitu?â Elena tak paham maksud Jason. Elena melihat semburat pembuluh darah dan otot di leher Jason mencuat. Menduga-duga jika Jason sedang menahan amarah. Marah karena apa? Elena tak merasa melakukan kesalahan apa pun. Dia bangun pagi-pagi dan berangkat sendiri tanpa merepotkan sang suami. Sekaligus me