Share

2. Para Pengkhianat

Gelap … hanya itu yang dapat Elena saksikan. Tubuhnya seakan terbang melayang-layang.

Seberkas cahaya tiba-tiba muncul di sekelilingnya. Potongan-potongan adegan kenangan layaknya film yang diputar mengelilingi tubuhnya.

Jiwa Elena seakan tertarik ke dalam adegan itu. Namun, Elena tak bisa mengatakan apa pun di sana. Dia bergerak dengan sendirinya, mengikuti alur yang telah terjadi.

“Papa ….” Elena menatap wajah ayahnya yang tengah tersenyum padanya.

“Elena, kau akan lulus kuliah bulan depan. Papa ingin menjodohkanmu dengan seseorang.” William Forbes, ayah Elena menyodorkan dua foto pria tampan di atas meja.

Kilas balik pada rekaman di otak Elena yang sedang menemui ajalnya pun berganti dengan adegan lainnya. Kenangan yang indah, tetapi hanya membuat luka di hati Elena semakin menganga.

“Elena, biarpun kita bertemu karena perjodohan, tetapi aku sangat mencintaimu.” Johan berlutut dengan satu kaki. Dia mengeluarkan kotak perhiasan dari saku, lalu membukanya di depan Elena. “Bersediakah kau menikah denganku?”

Di pinggir pantai dengan air sepoi-sepoi dan cahaya jingga dari matahari terbenam menjadi saksi peristiwa itu. Elena menangis haru melihat cincin cantik di dalam kotak perhiasan.

Elena mengangguk, kemudian menjawab, “Aku bersedia.”

Senyum cerah terukir di wajah tampan Johan Wright. Pria itu berdiri dan memeluk kekasihnya dengan mesra.

“Terima kasih, Sayang. Aku akan menjadi suami yang baik untukmu.”

Setahun setelah pertunangan Elena dan Johan, mereka akhirnya melangsungkan pernikahan yang dihadiri ribuan orang. Elena pikir, saat itu merupakan hari istimewa yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

Malam pertama dengan sang suami pun tak terelakkan. Teringat akan percintaan Johan dan Jenna, jiwa Elena ingin segera keluar dari adegan menjijikkan antara dirinya dan Johan.

Elena pun berhasil! Adegan kembali berubah di masa enam bulan setelah pernikahannya.

Kala itu, Elena dan Johan sedang berada di kediaman Forbes untuk membuat pesta kejutan bagi William yang berulang tahun. Satu jam berlalu, Elena dan yang lain masih menanti kedatangan William dengan gelisah karena pria itu pulang terlambat.

“Kenapa Papa belum pulang? Aku tidak bisa menghubunginya.” Anna tampak begitu cemas sambil terus menelepon sang suami. “Tidak diangkat.”

Mereka terus menunggu berjam-jam hingga polisi datang membawa kabar buruk, “Tuan William Forbes mengalami kecelakaan di jalan. Saat ini, jasad beliau ada di rumah sakit-”

Bagaikan disambar petir di siang bolong, berita itu membuat kaki Elena melemas. Dia jatuh bersimpuh di lantai dan mengangis tanpa suara.

Kematian William merupakan pukulan besar bagi Elena. Hanya William satu-satunya orang tua kandung Elena yang tersisa. Tetapi, William juga meninggalkan dirinya. Elena sampai tak makan berhari-hari hingga tubuhnya melemah.

Dari adegan kilas balik kehidupannya, Elena akhirnya tahu pasti, sejak kapan dia mulai sakit keras. Serta cara ketiga pengkhianat itu meracuni dirinya.

Karena keterpurukan Elena atas meninggalnya sang ayah, Anna mulai memberikan vitamin padanya. Pil merah yang hampir mirip dengan obat yang selalu ditelannya setiap hari selama sakit-sakitan.

Kesedihan Elena menghilang. Berganti dengan amarah yang teramat kuat sehingga menimbulkan dendam membara.

‘Aku tidak seharusnya memercayai orang lain dengan mudah! Bahkan, jika itu suamiku sendiri!’

Adegan kilas balik kehidupannya, tiba-tiba seperti film yang diputar dengan cepat. Semakin cepat … sehingga Elena merasakan pusing yang sangat luar biasa.

Jiwa Elena seakan tersedot ke suatu tempat. Dia merasakan udara panas memenuhi rongga mulutnya. Kemudian, dia menarik udara masuk melalui lubang hidungnya hingga menimbulkan suara keras tarikan napas.

Elena kembali lagi di kehidupan nyata! Ternyata, dia belum mati meski raganya masih sekarat.

Dia berharap masih diberi kesempatan hidup panjang agar dapat membalas dendam atas pengkhianatan menyakitkan itu. Namun, Elena seakan tahu bahwa tubuhnya tak lagi sanggup bertahan.

Suara-suara para pengkhianat kembali terdengar samar. Ada satu lagi suara lain yang tak dapat dikenali Elena dengan jelas. Suara pria yang sedang memaki Johan, Jenna, dan Anna.

“Kalian gila … membiarkan … mati!” Pria itu terdengar dekat dengannya, tetapi Elena tak dapat menangkap seluruh kata-katanya.

“Jangan … campur … pergi!” teriak Johan.

Tampaknya, Johan sedang berseteru dengan pria itu. Apakah pria itu datang untuk menolongnya?

Elena tiba-tiba merasakan tubuhnya seakan melayang. Dia tak dapat merasakan tangan pria itu menggendongnya ala pengantin. Badannya naik-turun ketika pria itu berlari membawa Elena pergi.

Apa ini juga termasuk kilas balik kehidupannya?

Elena mencoba mengingat-ingat adegan buram itu. Tetapi, otaknya tak dapat menemukan apa pun.

Ke mana pria itu membawa Elena pergi? Apakah dia adalah malaikat maut yang sedang menjemputnya?

Mendadak, pria itu berhenti bergerak. Elena terbatuk-batuk selagi menyemburkan darah dari mulutnya.

Rasa sakit di tubuh Elena menghilang. Dia sudah tak dapat merasakan apa pun lagi. Sekujur tubuhnya terasa kebas. Hanya bagian atas leher hingga kepala saja yang masih dapat merasakan udara panas dari napas pria itu.

“Bertahanlah,” bisiknya.

‘Siapa pun kau, aku sudah tidak tahan dengan siksaan ini. Jika masih diberi kesempatan hidup, aku akan membalas kebaikanmu ….”

Pria itu memasukkan sesuatu ke mulut Elena bersamaan dengan sentuhan lembut di bibirnya.

‘Apa dia sedang berusaha mengobatiku? Sayang sekali, kau terlambat, Tuan … aku tahu ajalku sudah dekat ….’

Kegelapan semakin pekat membelit jiwa Elena, seperti kebencian kuat yang menemani ajalnya. Hingga Elena merasa tercekik dan tak dapat lagi bernapas.

Semua sudah berakhir … jika Elena diberi kesempatan kedua, dia hanya menginginkan satu hal saja … Elena bersumpah akan menghancurkan hidup ketiga pengkhianat dan pembunuh itu!

***

“Haaa …!” Elena merasakan udara merasuk melalui lubang hidungnya dengan sangat cepat sampai membuatnya tersedak. Dia langsung terbangun sambil mengembuskan napas panjang. “Apa yang terjadi?” 

Panca indra Elena berfungsi sepenuhnya. Dia menatap kedua telapak tangannya, lalu memutar-mutarnya seolah tak percaya. Bentuk tangannya kembali seperti sebelum sakit-sakitan! 

Ke mana pria itu? Apakah obat yang diberikan oleh pria itu berhasil menyembuhkan Elena?

Mata Elena mengedar di sekeliling ruangan untuk mencari pria penyelamat hidupnya. Dia menelan ludah susah payah ketika melihat pemandangan di sekitarnya.

Saat ini, Elena sedang berada di sebuah kamar lama yang amat dirindukannya, kamar Elena sebelum menikah dengan Johan. ‘Apa ini surgaku?’ 

Elena meneteskan air mata. Kamar itu justru mengingatkan tentang adegan percintaan panas Johan dan Jenna. Meskipun telah mati, kenapa rasa sesak di dadanya kembali terasa? 

Semua kata-kata Johan, Jenna, dan Anna masih begitu menyakiti Elena. Apakah ini bukanlah surga untuknya? Melainkan neraka yang dibuat khusus agar Elena selalu mengingat, betapa bodoh dirinya menjalani hidup dalam perangkap kejahatan para pengkhianat itu? 

TOK TOK TOK!

“Elena! Kau sedang apa? Kenapa lama sekali? Cepat turun dan sarapan!” 

Wajah Elena sontak mengernyit ketika mendengar suara yang familiar berseru padanya.

“Papa?” 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
ini ceritanya lebih ke fantasi gitu ya thor?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status