“Ahhh … pelan-pelan, Johan ….”
Suara Jenna membuat Elena terbangun. Elena membuka mata perlahan dan lagi-lagi pandangannya kabur. Namun, pendengaran Elena sangat jelas saat ini.“Ough … kau sangat menggairahkan, Sayang. Bercinta denganmu di depan istriku sangat menegangkan dan membuatku semakin bersemangat.”Meskipun tak dapat melihat dengan jelas, Elena langsung tahu jika Johan dan Jenna sedang bicara di tak jauh darinya. Mereka mendesah, mengerang, dan mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas diucapkan antara kakak dan adik ipar.Elena mengerjapkan mata berulang-ulang. Dia harus melihat langsung, apakah suara-suara itu hanya imanjinasinya atau realita?Jantung Elena berdetak sangat cepat tatkala melihat samar Jenna dan Johan tanpa busana. Di ujung ruangan, Jenna menunduk bersandar di sofa dan memunggungi Johan yang sedang melakukan penyatuan dengannya.‘Tidak mungkin … aku pasti hanya mimpi ….’Elena memejamkan mata dengan kuat, lalu membuka mata lebar. Penglihatannya menjadi semakin jelas.Air mata mulai merembes dan membasahi pipi. Yang Elena dengar dan samar-samar dilihatnya tadi, ternyata bukanlah mimpi.Johan dan Jenna berselingkuh di belakangnya. Mereka bercinta setiap saat, bahkan di saat Elena masih sadar. Karena ketidakmampuan Elena menggunakan panca indranya dengan sempurna, tak ada ketakutan bagi mereka setiap kali melakukan hubungan terlarang di depannya.“J-Johan ….” Elena ingin meneriakkan nama Johan, tetapi hanya bisikan yang keluar dari mulutnya.Akan tetapi, suara isak tangis Elena terdengar di telinga Johan. Dia melirik singkat ke arah Elena yang jelas-jelas sedang melihatnya.“Istriku sudah bangun. Mari kita selesaikan dengan cepat, Sayang!”“Ahh … menyebalkan! Mengganggu kesenangan orang saja!”Mereka tak tahu jika Elena dapat mendengar dan melihat perbuatan hina itu. Suara desahan keduanya semakin nyaring tertangkap gendang telinga Elena.Hati Elena begitu sakit tak tertahankan. Ingin berteriak pun tak dapat dia lakukan.Jantungnya terasa diremas-remas tatkala Johan dan Jenna yang telah berpakaian lengkap mendekat ke arahnya. Deru napas Elena semakin cepat karena kesulitan bernapas.Rongga dada Elena kian memanas. Rasa sakit itu kambuh lagi, bercampur dengan luka di hati.“Sayang, kenapa kau menangis?” Johan mengusap air mata di pipi Elena.Elena ingin sekali menyingkirkan tangan kotor sang suami yang masih tercium aroma percintaan dengan wanita lain. Namun, tangannya hanya dapat meremas seprai. Cengkeraman pada seprai berangsur mengendur seiring dengan otot-otot di tubuhnya yang kembali melemah.“Ambilkan kakakmu obat, Jenna. Elena pasti mimpi buruk lagi.”‘Tidak! Aku tidak sedang mimpi buruk! Kau jahat, Johan! Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?!’Air mata Elena berderai kian deras. Johan berusaha untuk membuat istrinya tenang dan berhenti menangis.Jenna pun kembali bersama Anna dengan membawa obat. Elena menatap pilu sang ibu tiri. Apakah Anna tahu perselingkuhan Johan dan Jenna? Ataukah dirinya hanya bermimpi seperti kata Johan?Elena tak tahu batas alam sadarnya sendiri.Dia ingin mengadukan apa yang baru saja dilihatnya kepada sang ibu tiri. Berharap jika dia akan mendengar bahwa Johan tak mungkin berselingkuh darinya.Namun, Anna justru mengatakan sesuatu yang membuat Elena tercengang, “Kalian bodoh sekali! Banyak kamar di rumah ini … kenapa harus bercinta di kamar Elena?! Kau juga, Johan! Tahan nafsumu itu! Mama selalu melihat kalian bermesraan di mana saja tanpa kenal waktu!”‘Mama juga tahu? Ada apa ini sebenarnya? Apakah karena aku tidak bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri?’“Jenna yang menggodaku, Ma. Aku mana tahan ….” Johan terkekeh pelan.“K-kenapa?” Hanya satu kata yang terucap dari mulut Elena. Kenapa mereka setega itu padanya?Johan, Jenna, dan Anna yang sebelumnya sedang bercakap-cakap, terdiam dan menghadap ke arahnya. Sorot mata ketiga orang itu tak menunjukkan kepedulian pada Elena sedikit pun.“Apa … aku … mimpi buruk … lagi?”Johan membuang napas kasar. “Tidak, Sayang, kau tidak pernah bermimpi buruk. Ini sangat nyata.”“Johan!” sergah Anna.“Sudahlah, Ma, biarkan Elena tahu semuanya. Tidak baik menyembunyikan sesuatu dari orang sekarat,” ujar Johan tanpa perasaan, “lagi pula, lihatlah kondisinya sekarang. Hidungnya sudah mengeluarkan darah. Sebentar lagi, dia pasti akan mati.”Elena menangis tanpa suara tatkala ketiga orang yang disayanginya bersahut-sahutan menjelaskan semua situasi dengan nada sinis. Termasuk alasan Johan menikahi dirinya.Dia tak pernah menyangka, Johan hanya berpura-pura mencintainya selama ini agar dapat menikah dengannya. Mereka bertiga bekerja sama menipu Elena untuk mendapatkan warisan William Forbes, ayahnya.“Jika kau mati, semua harta Papa William akan jatuh ke tanganku, Elena. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menggunakan harta peninggalan papamu tersayang dengan sebaik-baiknya,” bisik Johan sambil mengusap puncak kepala Elena.“Aku juga akan menjaga suamimu dengan baik, Kakak,” cibir Jenna dengan seulas senyuman, “ups, salah … Johan memang kekasihku sejak awal. Aku hanya meminjamkan Johan padamu sebentar.”“Ayahmu keterlaluan sekali, bukan? Dia tidak meninggalkan apa pun untukku dan Jenna,” sahut Anna.
Elena menggeleng-geleng lemah. Tidak … dia tidak boleh mati dan membuat para pengkhianat itu menang! Bagaimanapun caranya, dia harus tetap hidup!Namun, semua itu hanya harapan Elena. Johan tiba-tiba menangkup pipi Elena dengan kasar.Anna memasukkan dua pil merah ke mulutnya dengan paksa. Jenna juga membantu dengan menuangkan air mineral sampai masuk ke mulut dan lubang hidung Elena.Elena sekuat tenaga ingin memuntahkan racun yang selama ini disangkanya sebagai obat penawar. Namun, ketiga orang itu tak membiarkan Elena melawan.Dalam hitungan detik, dada Elena kian memanas. Napasnya pun terputus-putus sehingga dia harus bersusah payah meraup udara melalui mulut.Akan tetapi, semua sia-sia ….Rasa sakit di sekujur tubuhnya semakin terasa. Otot-ototnya menegang dari kaki, lalu menjalar hingga ke bawah kepala.Elena tak bisa bernapas! Sesaat kemudian, kegelapan menyelimuti dirinya.Gelap … hanya itu yang dapat Elena saksikan. Tubuhnya seakan terbang melayang-layang. Seberkas cahaya tiba-tiba muncul di sekelilingnya. Potongan-potongan adegan kenangan layaknya film yang diputar mengelilingi tubuhnya. Jiwa Elena seakan tertarik ke dalam adegan itu. Namun, Elena tak bisa mengatakan apa pun di sana. Dia bergerak dengan sendirinya, mengikuti alur yang telah terjadi. “Papa ….” Elena menatap wajah ayahnya yang tengah tersenyum padanya. “Elena, kau akan lulus kuliah bulan depan. Papa ingin menjodohkanmu dengan seseorang.” William Forbes, ayah Elena menyodorkan dua foto pria tampan di atas meja. Kilas balik pada rekaman di otak Elena yang sedang menemui ajalnya pun berganti dengan adegan lainnya. Kenangan yang indah, tetapi hanya membuat luka di hati Elena semakin menganga. “Elena, biarpun kita bertemu karena perjodohan, tetapi aku sangat mencintaimu.” Johan berlutut dengan satu kaki. Dia mengeluarkan kotak perhiasan dari saku, lalu membukanya di depan Elena. “Berse
Elena menangis semakin deras seraya melompat dari ranjang. Dia gegas membuka pintu dan tercengang melihat William benar-benar berdiri di depannya.‘Mungkin, ini memang surga untukku …,’ batin Elena bahagia. Elena langsung memeluk William dengan erat. “Papa! Aku merindukanmu!”Andaikan William tahu penderitaan Elena setelah ditinggal mati olehnya ...William menyambut pelukan Elena. “Oh, ada apa dengan putriku pagi-pagi begini? Kenapa kau menangis? Apa kau baru saja mimpi buruk?” Benar … kehidupan Elena setelah kematian William merupakan sebuah mimpi buruk yang terbungkus oleh kebahagiaan palsu, yang diberikan oleh keluarga tiri dan suaminya.“Di mana Mama, Papa?” Bukankah dia juga bisa berkumpul lagi bersama Brenda, ibu kandungnya di surga? “Mama sepertinya ada di bawah sedang menyiapkan sarapan.” William membelai lembut puncak kepala Elena. “Jangan lupa mandi dulu sebelum turun. Kau tidak mau membuat semua orang kehilangan nafsu makan, bukan?” Elena tersenyum lebar sambil mengang
“Kenapa kau melihatku seperti itu, Sayang?” Johan kembali menggoyangkan kantong belanjaan. Elena tersenyum lebar. Bukan karena dia bahagia bisa bertemu dengan Johan lagi, melainkan karena Elena bisa memperbaiki semuanya sebelum terlambat! Dia bahkan belum menikah dengan Johan, William pun masih hidup! Selain balas dendam, Elena juga akan berusaha menyelamatkan hidup ayahnya sebelum kecelakaan itu terjadi.“Aku senang sekali bertemu denganmu lagi, Johan Wright!” ‘Dengan begitu, aku bisa membalas pengkhianatanmu, Johan. Kesalahanmu sangat besar dan tidak bisa aku maafkan!’ lanjut Elena dalam hati. “Oh, Sayang ...” Johan melihat Elena dengan tatapan mendamba. Membuat Elena ingin muntah karena tahu bahwa semua hanya sandiwara. “Aku akan datang ke sini lagi nanti setelah bekerja.” Elena mengangguk, lalu menyambar kantong belanja, dan menutup pintu sebelum Johan berpamitan padanya. Tak peduli jika Johan akan tersinggung. Elena muak melihat wajah pria itu terlalu lama. Ada satu hal yan
‘Jason Wright … kenapa dia memanggilku? Tunggu sebentar … ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jason tidak mungkin bicara denganku lebih dulu. Bukankah dia membenciku?’ Banyak pertanyaan di benak Elena hanya karena satu panggilan Jason padanya. Jason sebelumnya tidak pernah sekali pun bicara dengan Elena. Bahkan, ketika Elena mengajak bicara, Jason langsung pergi menghindar. Karena sikap Jason, Elena mengira jika kakak tiri Johan itu tidak menyukainya. Sikap Jason pun semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Pria itu bahkan tak mau menatap Elena lagi. Elena berasumsi jika Jason mungkin membenci dirinya. Dia menyerah mendekati Jason dan mulai membuka hati kepada Johan yang terus melakukan pendekatan. “Jason … maksudku- Kakak- Jason a-ada apa memanggilku?” Elena bingung harus memanggil Jason bagaimana. “Ikut denganku.” Jason melewati Elena dan lagi-lagi, dia mengalihkan pandangan dari wanita itu. Elena mencebik, tetapi tetap menurut dan mengikuti langkah Jason. Sampai di parkira
“Menikah denganmu?” Elena tercenung oleh tawaran Jason. Bukan hanya terkejut, Elena juga takut. Sebab, tindakan Jason tak seperti kehidupan sebelumnya. Mendadak, Elena ragu jika dirinya sedang mengulang masa lalu. Apakah Jason juga sadar jika kehidupan yang sekarang pernah terjadi? Jika benar seperti itu, Elena harus mempertanyakan tentang kesempatan yang diberikan langit untuk membalas dendam atau memperbaiki kehidupannya. Semua bukan tentang dirinya dan mungkin ada sebuah kejanggalan dari dunia ini. “Lalu, kau lebih memilih untuk menikahi pria yang hanya ingin menipumu?” Jason mengambil sesuatu dari balik jasnya. Kemudian melemparkan beberapa lembar foto ke atas meja di depan Elena. Elena memungut foto-foto itu. Tak terkejut melihat Johan dan Jenna sedang bermesraan di sudut bar, juga ketika mereka masuk ke kamar hotel. Dia bahkan pernah melihat yang lebih buruk dari semua itu!Namun, hatinya tetap saja masih terasa pedih. Biar bagaimanapun, Elena pernah tulus mencintai Jo
*Satu Minggu sebelum pernikahan ... “Baiklah. Aku akan memberimu waktu satu jam untuk berpikir. Ingat ... aku hanya akan menawarimu satu kali.” Elena langsung melihat lurus ke arah Jason dengan tampang kaget. “Satu jam? Apa kau sedang memaksaku sekarang?” Satu jam terlalu cepat untuk menimbang-bimbang keputusan besar yang akan mengubah masa depan Elena.“Tidak, aku tidak memaksamu, tapi waktu kita tidak banyak. Jika kau setuju, kita harus membuat persiapan pernikahan secepatnya. Dan aku tidak mau menggunakan segala sesuatu yang sudah kau dan Johan persiapkan.” Bayangan percintaan panas Johan dan Jenna kembali berputar-putar dalam kepalanya. ‘Tidak! Walaupun Johan berubah, aku tidak sudi menerimanya lagi!’ “Baik. Aku akan menerima tawaranmu,” jawab Elena dengan mantap. Tak ada lagi keraguan di hatinya. Elena harus fokus membalas perbuatan para mengkhianat itu dan mengusir mereka dari kehidupannya. “Bagus, kita akan menikah di hari yang sama dengan jadwal pernikahanmu.” Setelah m
“Bisakah kami ganti pakaian sekarang? Para tamu undangan sudah menunggu.” Elena mencegah Johan membalas ucapannya, lalu pergi ke kamar ganti di sebelahnya.Di dalam ruangan itu, sayup-sayup terdengar pertengkaran antara Johan dan Jason. Elena tak mau ikut campur dan mengajak para perias berbincang agar tak mendengar mereka.Kini, Elena mengenakan gaun bak putri raja, mewah tetapi tak berlebihan. Ketika Anna dan Jenna menyusul masuk ke ruang ganti dan melihatnya, mereka tercengang hingga kehilangan kata-kata.‘Mereka pasti mengira aku akan berganti gaun pilihan mereka.’“Maaf, Jenna, aku tidak memakai gaun yang kau pilih karena kurang cocok dengan tema yang Jason inginkan,” ungkap Elena dengan raut wajah penuh penyesalan.Gaun yang dipilih Jenna hanya gaun putih sutera panjang dan polos. Elena masih ingat, dulu dia kecewa karena gaun yang dicoba sebelum menikah, tak sama dengan yang dipakai saat menikah.Elena dapat menebak jika Jenna atau Anna menukar gaun tersebut dengan kualitas yang
Johan menatap Elena dan Jason penuh kemarahan. Harga dirinya terasa tercabik-cabik ditinggalkan saat hari pernikahannya.Dia ingin mengamuk dan menggagalkan pernikahan itu, tetapi tak mau menanggung malu dan amukan Edmund. Meskipun Edmund selalu di pihaknya, dia tak akan terima jika Johan mempermalukan nama baik keluarga mereka.Bagaimana mungkin Elena sanggup meninggalkan dirinya? Johan tak habis pikir dengan tindakan gegabah Elena.Sejak kapan Elena dan Jason berhubungan? Selama satu tahun, apakah Elena benar-benar tak pernah mencintai dirinya? Apakah Elena berselingkuh darinya?Tidak, Jason pasti berbuat sesuatu kepada Elena. Bisa jadi, sang kakak tiri mengancam wanita itu, atau mengatakan sesuatu yang membuat Elena berbalik membenci dirinya.Segala prasangka buruk memenuhi benak Johan. Dia tak dapat berpikir jernih untuk sekarang.Johan sangat yakin jika Elena tergila-gila padanya. Elena selalu percaya dan menurut dengan apa pun yang dikatakannya. Bahkan, jika hubungan gelapnya de