Share

Bab 162

Jantung Bambang seakan malu lepas dari tempatnya ketika mendengar pengakuan Anto, begitu juga dengan Maya.

Cahaya menangis ketakutan. Tangan dan kaki gemar, wajah dan bibir pucatnya.

Bambang diam beberapa saat sambil memandang Anto serta Cahaya. Mendengar ucapan pemuda itu dia ingin marah. Namun semua itu tidak ada gunanya. Pria itu juga mau bertanggung jawab. Jadi tidak ada lagi yang harus dipermasalahkan. Yang terpenting putrinya segera menikah.

"Apa kamu sudah memberitahukan hal ini kepada kedua orang tua kamu?" tanya Bambang.

"Kedua orang tua saya sudah meninggal Om, dan itu pun terjadi ketika saya masih remaja. Saya memiliki seorang asisten rumah tangga yang sudah saya anggap sebagai ibu saya. Nanti dia akan datang ke sini untuk menyaksikan pernikahan saya dan juga Cahaya. Untuk mahar, si mbok yang akan membawakannya." Kata Anto.

"Apa kamu tidak memiliki keluarga atau Kerabat?" tanya Bambang.

Anto diam sejenak kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Mereka sangat sibuk Om,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status