Share

Chapter 5 Menghapus Perjanjian Perceraian

Henry dan Regina menoleh ke arah anak laki-laki yang menerobos masuk. "Kevin, kau tidak boleh masuk begitu saja!" ucap Henry memberikan nasihat.

Kevin melangkah maju, "Papa, kenapa papa tidak mengajakku berdiskusi tentang ini? Jika aku tidak turun dan mendengar pembicaraan para pelayan, aku tidak akan tahu ini. Berikan kontrak itu, aku harus menghapus klausa tentang perceraian itu!"

Henry menjauhkan kontrak di tangannya, mengangkatnya tinggi untuk jauh dari jangkauan anak laki-laki yang memiliki tinggi kurang dari 150 cm ini. "Anak kecil tidur seharusnya ikut campur masalah ini. Biarkan orang dewasa mengatasi ini."

"Hanya karena aku anak kecil, aku tidak memiliki hak untuk menyampaikan pendapatku? Kenapa orang dewasa selalu egois. Saat kalian berpisah nanti, bagaimana denganku? Kalian tidak pernah memikirkannya, kan? Semua sama saja, aku benci kalian!" Kevin melupakan emosinya lalu berlari pergi meninggalkan tempat itu.

Regina menatap kepergian anak itu tanpa berkedip. Pikirannya melayang pada seorang anak perempuan yang membawa boneka beruang. Anak itu meneteskan air mata dan berteriak, "Mama dan papa egois! Kenapa aku tidak bisa memutuskan? Hanya karena aku anak kecil jadi kalian tidak mau mendengarkanku! Aku benci kalian!"

Tamparan langsung mendarat di pipinya seorang anak yang baru berusia 10 tahun itu. "Siapa yang mengajarimu untuk mengatakan perkataan seperti itu dan melawan orang tuamu? Apa kau tidak menyemak pelajaran etika dengan benar? Ikut aku!"

Wanita berambut pajang yang menggunakan maxi dress menarik tangan anak perempuan itu. Dia memasukkan ke dalam kamar. "Masuk kamarmu dan renungkan kesalahanmu. Hari ini, kau tidak akan mendapatkan makanan ataupun keluar dari kamarmu." Pintu ditutup dengan rapat. Tidak ada seorangpun yang peduli dengan tangisan gadis kecil itu.

"Hei, Regina Tan! Kau melamun?"

Regina tersadar dari lamunannya, "Lebih baik kau mengejar anak itu. Sepertinya dia sangat marah dengan apa yang terjadi."

"Kau tenang saja. Asisten, kau bantu aku tenangkan anak itu! Jangan sampai dia membuat masalah! Kau pintar menangani anak kecil, kan?" perintah Henry.

Asisten itu langsung keluar.

"Sekarang kita urus kontrak ini dulu!" ucap Henry. "Semakin cepat kau tangan tangan, semakin cepat juga ini akan berakhir."

"Aku harus membacanya dulu." Regina akhirnya mengambil kontrak itu. Dia menemukan ada beberapa klausa yang tidak dia sukai. "Kenapa kita harus tidur di kamar yang sama? Bukankah hubungan kita ini hanya sebatas kontrak, jangan mengambil keuntungan!" Regina menunjukkan ekspresi tajam.

"Itu untuk menekan opini publik, kau tahu para pelayan suka bergosip, kan? Mereka akan menyebarkan rumor jika kita tidak terlihat seperti pasangan pada umumnya," ucap Henry.

Regina kembali membaca kontrak dengan serius, "Tapi ini terlalu berlebihan. Tidak semua pasangan tinggal di kamar yang sama, kan?"

"Kita akan berperan sebagai pasangan yang menikah karena cinta. Bukankah akan aneh jika kita tidur secara terpisah? Nona Regina, jika respon publik bagus tentang pernikahan kita, ini juga akan baik untuk perusahaan juga. "

" Henry Jian, apa kau pikir kita dapat menipu semua orang. Kita terkenal dengan membenci satu sama lain, bahkan kemarin kita belum lama bersaing, sekarang kita akan menjadi seorang sepasang kekasih. Orang bodoh mana yang akan percaya? " ucap Regina menanggapi dengan sinis.

"Hei, apa kau tidak pernah melihat pasangan yang terlihat membenci, tapi begitu mesra di belakang layar. Kau pilih mana di kenal seperti itu atau sebagai orang tua yang mengabaikan anaknya. Kau pasti tahu dampak dari setiap pilihan."

Regina menjauhkan pandangan dari kontrak. Dia menatap Henry dengan serius. "Aku--"

"CEO Jian, ini gawat!" Asistennya tiba-tiba saja masuk menganggu percakapan serius mereka.

"Apa yang membuatmu begitu panik?" tanya Henry dengan heran. "Bagaimana dengan anak itu? Apa kau sudah menenangkannya?"

"Saya sudah berusaha semampu saya, tapi anak itu ah maksud saya tuan muda kecil justru memaksa untuk pergi. Dia bahkan menggigit semua orang yang menghentikannya untuk pergi," ucap Asisten.

"Hanya gigitan, tapi kalian kalah. Kau bisa menangkapnya paksa."

"Kami tidak berani untuk menyakitinya. Tuan Muda Kecil juga sudah menjauh naik taksi."

"Sejak kapan ada taksi malam-malam begini," ucap Henry dengan heran.

"Saya juga tidak tahu, tetapi kami masih tetep meminta seseorang untuk mengejarnya. CEO Jian dan Nona Tan lebih baik kalian sendiri yang membujuk anak itu. Jika tidak dia akan--"

"Biarkan saja. Anak itu mungkin pulang ke keluarganya yang lain. Dia parti kiriman musuhku. Tetap awasi dia dan laporkan padaku!" ucap Henry dengan tegas. "Satu hal lagi, cari tahu tentang asal usul anak itu secepat mungkin."

Asistennya ingin mengeluh karena begitu banyak tugas yang harus dia lakukan malam ini. Namun, melihat wajah garang itu, dia hanya bisa mengangguk patuh dan keluar dari ruangan.

"Nona Regina, kau belum menandatanganinya!"

"Kita akan membahas ini nanti, sekarang kita temukan anak itu dulu!" Regina tiba-tiba saja berdiri. "Ini sudah larutan malam dan supir taksi yang datang tiba-tiba itu juga mencurigakan. Anak itu bisa saja dalam bahaya."

Henry mendesah berat, "Kenapa kau tiba-tiba saja peduli dengan anak itu? Bisa saja dia seorang penipu. Bukankah kau awalnya terganggu dengan keberadaan anak itu?"

"Ya, tapi tanpa anak itu, tidak ada alasan bagi kita untuk bersama. Apa kau tidak merasakan sesuatu saat mendengar anak itu menghilang?" ucap Regina.

Henry terdiam. Regina tidak lagi menunggu tindakan rivalnya itu. "Aku akan mencarinya sendiri!"

Henry menahan tangan wanita itu. "Kau tidak membawa mobil, apa kau akan berjalan kaki?"

"Masih ada taksi online." Regina menepis cengkraman tangannya. Namun, Henry menolak untuk melepaskannya.

"Aku akan ikut denganmu. Kita cari bersama."

***

Sementara itu, di kota malam yang gelap, Kevin duduk di taksi dengan mata sembab yang memancarkan kemarahan dan kekecewaan. Supir itu memperhatikan anak laki-laki yang duduk di kursi belakang melalui kaca spion. "Nak, kau mau pergi ke mana?"

"Kemanapun asal jauh dari rumah itu," jawab Kevin.

"Apa kau kabur dari orang jahat yang tinggal di rumah tadi?"

"Tidak. Orang yang tinggal di sana adalah orang tuaku. Walau mereka menyebalkan, tapi mereka bukan orang jahat."

"Lalu, kenapa kau justru pergi dan ingin menjauh dari mereka?"

"Karena...." Kevin ragu untuk menjawabnya.

"Apa kau bertengkar dengan orang tuamu sehingga kau ingin pergi? Jangan begitu, ada kalanya orang tua bertindak tegas, tapi itu semua demi dirimu." Supir taksi itu memberikan nasihat.

Kevin menggelengkan kepalanya, "Paman, kau tidak mengerti. Orang tuaku tidak peduli denganku. Mereka hanya peduli dengan keegoisan sendiri."

"Aku memang tidak mengerti apa yang terjadi, tapi apa kau tidak melihat mobil yang mengikuti kita ini? Mereka bukankah dari orang tuamu? Jika orang tuamu tidak peduli, mereka tidak akan melakukan ini dan membiarkanmu pergi begitu saja. Lagipula bukankah kau memiliki tugas penting?"

Kevin mengerutkan keningnya mendengar kalimat terakhir pria itu. "Paman, apa mungkin kau ini.....?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status