Share

Bab. 5. Keterkejutan Sahwa

Bu Narti bersorak gembira kegirangan saking senangnya anak yang selama ini diasuhnya tanpa sepengetahuan dari siapapun tentang asal usul Sahwa yang sebenarnya.

Bu Narti menatap selembar foto yang sudah usang bahkan gambarnya telah kabur dan hanya tersisa sebagian yang terlihat.

"Ternyata mengakui kamu itu hanya anak angkatku saja membuatku bisa mendapatkan uang yang cukup banyak dari Dzaky. Biarlah rahasia tentang siapa kamu dan gimana caranya aku mendapatkanmu cukup aku saja yang mengetahuinya, bahkan Arumi dan semua orang yang mengenalku mengaggap kamu adalah putri kandungku,"

Bu Narti membuka sebuah amplop putih yang isinya cukup tebal. Uang yang diberikan oleh Dzaky untuknya, sebelum dia dan Sahwa berangkat ke pulau Dewata Bali.

Kedua pasang matanya langsung berbinar binar seketika melihat begitu banyak uang pecahan seratus ribu rupiah dalam genggamannya. Bahkan Bu Narti mengambil uang itu kemudian melemparnya ke atas hingga mengenai wajah,kepala dan sepreinya.

"Hahaha, akhirnya aku punya banyak modal untuk beli chip. Kenapa aku tidak mengusulkan ini kepada Arumi sejak dari dulu yah? Pasti aku sudah lama memiliki banyak modal," ucapnya Bu Narti dengan tangannya yang mengambil segepok uang tersebut yang berhamburan ke atas pangkuannya.

Tawa membahana memenuhi seantero kamarnya yang hanya berukuran empat kali tiga meter itu. Bu Narti setelah diajari oleh tetangganya mengenai bermain domino online, dia pun ketagihan bahkan tidak sedikit dan tak jarang menghabiskan seluruh uang hasil jualan makanan, uang bulanan yang diberikan oleh Arumi dan Sahwa dihamburkannya dengan jalan yang tidak benar.

"Arumi, mulai detik ini Ibu akan memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan ini selama Sahwa kalian jadikan mesin pencetak keturunan, maka disitu pula aku akan memorotin uang kalian,"

Bu Narti tersenyum penuh kelicikan ketika mengingat dirinya akan semudah itu mendapatkan uang.

"Apa aku berhenti berjualan makanan saja yah? Kan sudah ada Nak Dzaky yang bisa talanin semua kebutuhanku termasuk judi onlineku."

Sedangkan di tempat lain yang nun jauh di sana…

Sahwa hanya terdiam tanpa berucap sepatah katapun lagi. Dia hanya sesekali memperhatikan rumah yang didatanginya bersama dengan calon suaminya sekaligus kakak ipar angkatnya.

Dzaky menatap intens ke arah orang kepercayaannya yang sekaligus bekerja sebagai asisten kepercayaannya.

"Galang apa kamu bisa menjamin tentang pernikahan aku ini tidak diketahui oleh siapapun?"

Dzaky belum menginjakkan kakinya ke dalam rumah penghulu yang telah dipilih untuk menikahkannya langsung melayangkan sebuah pertanyaan.

"Insha Allah semuanya aman Tuan Muda, Anda cukup persiapkan mental saja menghadapi malam pertamanya," jawab Galang yang sediki membumbui perkataannya dengan bercanda.

Galang diam-diam memperhatikan dengan seksama ke arah Sahwa, ya Allah kenapa aku merasa pernah melihat perempuan ini. Tapi yang jadi masalah dimana?.

Sahwa kebanyakan terdiam sambil menundukkan kepalanya ke arah bawah.

"Mengenai tim make-upnya juga sudah datang dan menunggu calon nyonya muda saja untuk didandaji segera," imbuhnya Galang lagi.

Dzaky yang mendengar perkataan dari Galang melototkan matanya itu," Mungkin aku harus pertegas kepada kamu dan juga yang lainnya jika dia," Dzaky menunjuk ke arah Sahwa.

Sahwa yang mendengar dan melihat langsung spontan mengarahkan telunjuknya ke arah dadanya sendiri.

"Kenapa! Ada apa denganku!?"

Sahwa menautkan kedua alisnya itu mendengar perkataan dari pria yang tinggal menghitung menit saja akan menjadikannya istrinya secara siri.

Dzaky hanya membuang muka tanpa menimpali perkataan dari Sahwa," ingat baik-baik jika dia adalah bukan nyonya muda melainkan hanya perempuan yang disewa rahimnya untuk melahirkan penerus dan ahli waris untukku!" Tegasnya Dzaky sambil berlalu ke arah dalam rumah itu.

"Andaikan bisa aku menolak dan kabur dari sini, aku pasti akan pergi secepatnya. Tapi, sayangnya aku tidak sanggup berbuat seperti itu!" Gerutu Sahwa sambil menghentakkan kakinya dan mengekor di belakang Dzaky.

Galang hanya geleng-geleng kepala melihat kedua calon mempelai pengantin itu.

"Kehidupan dunia orang kaya tak semulus dan tak seindah sinetron," Galang pun tidak mau kemana ketinggalan dengan keduanya segera berjalan ke arah dalam rumah itu.

Sahwa kembali memperhatikan dekorasi rumah minimalis tapi bergaya modern itu. Hingga beberapa orang segera berjalan ke arah kedatangan mereka berdua.

Dzaky berjalan dengan sedikit angkuh,dingin dan cuek dengan semua orang yang akan menyaksikan langsung akad nikah keduanya.

"Nona! tolong ikut bersama kami," pinta seorang perempuan yang berambut pendek itu.

"Tolong rias dia dengan baik dan aku tidak ingin dia tetap kelihatan kampungan. Aku ingin hanya dalam sejam dia sudah dimake up!" Perintah Dzaky.

"Baik Tuan Muda!" Jawab perempuan itu yang segera menggiring Sahwa ke dalam kamar khusus.

Sahwa pun berjalan menuruti keinginan perempuan itu dan tanpa berbicara sepatah katapun. Sedangkan salah seorang asisten dari perempuan berambut pendek itu membantu Dzaky memilih jas yang cocok untuknya.

"Dimana Pak penghulunya?" Tanyanya Dzaky.

"Dia belum datang Tuan Muda, katanya dia sudah berada di jalan menuju ke sini," balas Galang.

Dzaky menatap punggung kepergian dari Sahwa, dia menghisap wajahnya dengan gusar.

"Kenapa meski Arumi mandul! Andaikan dia tidak mandul hal semacam ini tidak akan pernah terjadi pada hidupku!"

Galang diam-diam tersenyum tipis menanggapi perkataan gerutunya Dzaky.

"Makanya jangan jadi orang kaya! Paling utama kenapa meski menikah dengan wanita yang sudah jelas-jelas sudah ketahuan mandulnya, tapi malah tetap menikahinya," cibirnya Galang yang terkadang mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan sikapnya yang tidak menyukai Arumi.

Berselang beberapa menit kemudian, semua orang yang berada di dalam rumah itu takjub melihat penampilan dan perubahan positif dari wajahnya Sahwa.

Diah sang penata rias pengantin itu memegangi kedua lengannya Sahwa dengan senyuman lebarnya.

"Masya Allah Anda sangat cantik Nona, aku yakin calon suaminya Anda pasti akan jatuh cinta berkali-kali hingga Anda tua nanti," ucapnya Diah.

Sahwa yang tidak percaya dengan perkataan dan segala pujian yang diberikan untuknya hanya membalas perkataan itu dengan sangkalan saja.

"Aah itu tidak mungkin Mbak, mana mungkin saya bisa secantik yang kalian katakan. Jelas-jelas tadi tuan Dzaky mengatakan saya ini perempuan kampungan jadi mana mungkin bisa secantik itu," tampik Sahwa.

Sahwa tidak mau jumawa, sombong ataupun berbangga hati dengan segala pujian itu. Dia yang memang tidak pernah merias wajahnya, karena mengingat pekerjaannya yang hanya seorang karyawan bagian dapur di salah satu restoran bintang lima. Tepatnya sebagai asisten koki.

"Iya benar sekali apa yang Bu Diah katakan Nona Muda, kami tidak bercanda apalagi berbohong. Tapi, kalau kagak percaya Anda langsung bercermin saja," usulannya karyawannya bu Diah yang tanpa sungkan membantu Sahwa berputar arah dan menghadap langsung ke cermin.

Sahwa yang memakai gaun berwarna gold cukup membuatnya semakin cantik dan elegan serta tidak seperti gadis kampungan.

Sahwa menatap tajam dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya langsung dengan menggunakan kedua bola matanya sendiri.

"Astaghfirullahaladzim! Dia siapa? Ini tidak mungkin sa-ya kan?" Sahwa pun terkejut melihat perubahan penampilannya yang cukup banyak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status