Hembusan angin membelai lembut wajah cantik Vira, yang sedang duduk di kursi taman panti asuhan Kasih Bunda. Di depannya, segerombolan anak berlarian saling kejar-kejaran satu sama lain, mereka tampak tertawa bahagia, seperti tidak ada beban yang mereka pikul. Padahal, rasa sepi karena tidak memiliki orang tua, selalu menggelayuti hati mereka.
"Vira." Suara lembut Asih, membangunkan Vira dari lamunannya."Bunda, apa kabar?" Vira langsung memeluk Asih dengan erat. Ia begitu merindukan wanita yang sudah merawatnya dari sejak ia masih bayi ini."Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?" sahut Asih seraya tersenyum."Alhamdulillah, Vira juga baik, Bunda.""Syukurlah, Bunda sangat merindukanmu. Tapi, kamu tidak pernah mengunjungi Bunda."Vira meringis memamerkan gigi putihnya. "Maaf, Bunda. Insya Allah lain kali Vira akan lebih sering datang ke sini.""Iya, Bunda tunggu," sahut Asih seraya tertawa, lalu kemudian mereka berdua berjalan menuju teras samping rumah tersebut."Bunda, sekarang tempat ini jadi lebih indah," puji Vira yang mengedarkan pandangannya ke sekitar taman. Sudah dua tahun lebih Vira tidak mengunjungi panti ini, ada lumayan banyak perubahan di sini. Taman di sini tidak hanya ditumbuhi pohon buah dan bunga saja. Namun, ada danau buatan dan kolam renang yang mempercantik taman ini, dan juga ada wahana bermain yang lumayan lengkap untuk menambah suasana cerianya."Iya, ini semua idenya, Yusuf. Dia bilang agar anak-anak tidak bosan di dalam panti," sahut Asih yang tersenyum mengingat putra semata wayangnya."Mas Yusuf?" Ulang Vira takjub. Sedangkan Asih menganggukkan kepalanya mengiyakan."Lalu, bagaimana kabar Mas Yusufsekarang, Bunda? Apakah sudah menikah?" tanya Vira antusias."Dia baik, perusahaan juga semakin sukses sejak ia mengelolanya. Namun, sampai sekarang dia belum menikah, entahlah siapa yang ditunggunya, hingga membuatnya sampai saat ini belum memutuskan untuk menikah," sahut Asih bingung. Asih mengetahui bahwa Yusuf sudah mencintai seseorang wanita, namun siapa wanita itu, Asih tidak mengetahuinya. Lalu kemudian mereka berdua melanjutkan obrolan ringan.Vira dan Yusuf, usia mereka hanya berjarak tiga tahun, oleh sebab itu dulu mereka sangat dekat, berbeda dengan anak panti yang lainnya, yang rata-rata sudah bersekolah.Tempat yang dijadikan sebagai panti asuhan ini, adalah sebuah rumah besar milik Asih sendiri. Asih sebenarnya adalah anak tunggal dari seorang pengusaha, namun orang tuanya sudah meninggal cukup lama, dan pengalaman pahit hidupnya, membuat Asih mengabdikan hidupnya untuk merawat semua anak yatim piatu di sini.Asih pernah menikah hingga tiga kali. Suami pertamanya adalah cinta pertamanya sendiri. Namun, dia kurang bertanggung jawab sebagai suami, bisa dikatakan dia adalah tipe lelaki yang malas bekerja dan malah mengandalkan kekayaan istrinya, hingga akhirnya orang tua Asih menyuruhnya untuk bercerai.Lalu suaminya yang kedua adalah pria pilihan ayahnya, begitu pula dengan yang ketiga. Namun, kedua pria itu sama-sama brengseknya. Meski secara ekonomi mereka setara dengan Asih, namun kedua mantan suaminya itu tukang selingkuh. Dan, suaminya yang terakhir bahkan lebih parah lagi, dia bukan hanya bermain wanita saja, namun juga berniat mengeruk kekayaan orang tua Asih, hingga membuat perusahaan ayahnya Asih hampir bangkrut dan membuat ayahnya Asih terkena penyakit stroke dan akhirnya meninggal dunia.Lalu tidak berselang waktu lama, ibunya Asih meninggal dunia. Setelah kejadian itu, Asih hanya tinggal sendiri dengan Yusuf, yaitu anak semata wayangnya dengan mantan suaminya yang terakhir.Perjuangan Asih dulu sangatlah tidak mudah, ia harus mengokohkan kembali perusahaan peninggalan orang tuanya yang hampir bangkrut, beserta merawat anaknya sendirian.Lalu di suatu hari, ketika Asih sedang berada di jalan. Asih yang merasa iba ketika melihat anak-anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua, hidup terlunta-lunta di jalan, ia dengan tulus meminta anak-anak kecil itu untuk tinggal dengannya di rumah besarnya. Lalu kemudian Asih memperkerjakan beberapa orang untuk membantu merawat mereka.Hingga beberapa waktu kemudian, Vira yang masih bayi, ia temukan berada di dalam kardus tepat di depan gerbang rumahnya, dengan hanya memakai pakaian serta bedongan tipis yang tidak cukup untuk menghalau dinginnya angin malam. Vira bayi yang menangis kencang karena merasa lapar dan kedinginan, membuat semua orang yang berada di dalam rumah langsung keluar dan menghampirinya.Vira adalah bayi pertama yang ada di panti asuhan Kasih Bunda. Yusuf kecil yang melihat Vira yang masih bayi, ia merasa gemas dan lalu menganggapnya sebagai seorang adik, kedekatan mereka saat itu terus berlanjut hingga mereka remaja, dan tepat di usia delapan belas tahun, Vira akhirnya dipersunting oleh Lukman.Ketika Vira menikah, Yusuf masih berada di luar negeri untuk melanjutkan studinya. Yusuf tentu terkejut mendengar kabar pernikahan Vira, namun ia juga tidak bisa pulang untuk menghadiri acara pernikahan tersebut, karena kabar itu terbilang mendadak."Assalamualaikum." Di saat sedang asyik mengobrol, suara seorang laki-laki memaksa kedua wanita itu untuk berhenti dari obrolannya. Asih dan Vira kompak berdiri untuk menyambutnya."Waalaikumsalam ... Yusuf, kamu sudah pulang, Nak? tanya asih lembut."Iya, Bu," sahut Yusuf seraya mencium tangan ibunya. Namun, ia membeku ketika melihat wanita yang berada di samping ibunya."Yusuf, masih ingat dengannya?" tanya Asih seraya menarik tubuh Vira lebih dekat dengannya. Namun, Yusuf tidak menanggapi, ia masih tertegun dalam diamnya."Kamu pasti sudah lupa," ujar Asih seraya tertawa. "Ini--""Vira," sahut Yusuf pelan, lalu kemudian ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Bagaimana kabarmu, Vira?"Ada sorot aneh di mata Yusuf, namun tidak ada orang yang menyadari hal itu.Vira melakukan hal yang sama seperti yang Yusuf lakukan. Sejenak Vira merasa terkejut, namun tidak lama kemudian ia tersenyum tipis, Vira merasa puas karena Yusuf semakin lebih baik dari yang diingatnya dulu."Alhamdulillah baik, Mas. Mas Yusuf sendiri bagaimana kabarnya?""Alhamdulillah, aku juga baik. Silakan dilanjutkan mengobrolnya, aku masuk ke dalam dulu," pamit Yusuf yang menganggukkan kepalanya singkat, lalu kemudian ia berlalu meninggalkan kedua wanita tersebut.Setelah kepergian Yusuf, Asih menghela napas panjang. "Ternyata saat denganmu, ia juga menjaga jaraknya. Dia bahkan juga tidak ingin menjabat tanganmu, padahal kita juga bukan orang yang terlalu fanatik dalam agama," ujar Asih bingung dengan perubahan anaknya selama ini."Tapi, Bun. Bukankah ini justru lebih baik? Mas Yusuf 'kan menjalankan sesuai syariat, dia menjaga dirinya dari wanita yang bukan mahramnya. Lalu, apa yang membuat Ibu seperti keberatan?" tanya Vira bingung."Iya memang, Bunda juga menyukai hal itu. Namun, dia seperti terlalu berlebihan. Semenjak pulang dari luar negeri dia sangat jarang berinteraksi dengan perempuan, padahal dia perginya ke Singapura, bukan ke pondok pesantren yang membuatnya terbiasa menjaga jarak dengan perempuan.""Tahu nggak, bahkan Bunda sampai mengira bahwa di sana ia 'belok'. Tapi, ternyata tidak." Lanjut Asih seraya tertawa."Ternyata dia hanya memang menjaga jarak dengan perempuan. Ada temannya yang bilang sih, Yusuf pernah bersikap seperti orang yang patah hati di sana, dan setelah itu ia langsung mengubah sikapnya terhadap perempuan. Entahlah, Bunda juga tidak tahu pasti bagaimana ceritanya, yang terpenting, Bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuknya."Sedangkan di dalam rumah, Yusuf berjalan dengan sedikit linglung ketika menaiki tangga. "Aku tidak menyangka, kita akan bertemu lagi, Vira," gumam Yusuf seraya tersenyum getir.Setelah obrolan ringan yang panjang, Vira kemudian mengutarakan apa yang mengganjal di hatinya."Bun, ada yang mau Vira ceritakan pada Bunda," ujar Vira setelah hening sejenak.Asih yang melihat raut wajah Vira yang berubah serius, ia jadi deg-degan sendiri menunggu cerita Vira. "Ada apa, Nak?"Vira menundukkan kepalanya. "Bun, semalam Mas Lukman meminta izin ke Vira, dia bilang ia ingin menikah lagi," ujar Vira sendu.Asih sontak menutup mulutnya terkejut, ia tidak menyangka jika Lukman bisa sampai seperti ini. Dalam ingatan Asih, Lukman adalah laki-laki yang sopan dan tidak aneh-aneh, ia dulu juga terlihat seperti sangat mencintai Vira. Lalu kenapa tiba-tiba ...."Vira, kenapa bisa seperti ini, Nak? Coba ceritakan semuanya sama Bunda," pinta Asih lembut.Lalu, Vira menceritakan semuanya tentang perkataan Lukman semalam. Vira juga mengatakan bahwa ia mengenal Ayu, dia adalah wanita yang baik. Vira pun juga tidak ragu mengatakan kepada Asih, tentang apa yang ia rasakan saat ini."Saya
Sesuai dengan rencana awalnya, kini Vira melajukan motornya pergi ke pondok pesantren Al-Hikmah, yaitu tempat Naura menimba ilmu. Namun sebelum ke sana, Vira terlebih dahulu mampir ke salah satu warung makan untuk mengisi perutnya.Sebenarnya Vira sudah ditawari makan siang oleh Asih, namun Vira menolaknya karena alasan ingin segera bertemu dengan Naura. Padahal lebih tepatnya ia tidak enak jika harus bertemu dengan Yusuf lagi, dan entah mengapa ia menjadi secanggung ini dengan laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya itu.Sedangkan di rumahnya Asih. Yusuf yang baru saja masuk ke ruang makan, ia segera menanyakan keberadaan Vira kepada ibunya tersebut."Vira ke mana, Bun? Kenapa tidak ikut makan siang juga?" Asih tersenyum mendengar pertanyaan Yusuf. Lalu kemudian ia menjawab, "Dia sudah pergi, katanya mau mampir ke pondoknya Naura juga.""Oh ...." sahut Yusuf datar."Emm, Yusuf. Tadi Vira cerita ke Bunda, katanya semalam suaminya meminta izin untuk menikah lagi, Bunda jadi
Setelah selesai menjenguk Naura, Vira langsung melajukan motornya pulang. Namun, saat di tengah perjalanan, Vira melihat sosok wanita yang dikenalinya."Della." Vira memanggil sahabatnya yang sedang berdiri memunggunginya seraya menelpon seseorang."Oh, hai ...." balas Della hanya dengan gerakan bibirnya saja, seraya melambaikan tangan dengan penuh senyuman. Lalu kemudian ia terdengar mengatakan sesuatu dan akhirnya mengakhiri telepon tersebut."Kenapa berhenti di sini? Mobilmu bermasalah?" tanya Vira setelah mereka berpelukan dan saling cipika-cipiki layaknya sahabat yang bertemu pada umumnya."Iya, tapi aku sudah menghubungi orang bengkel, mungkin sebentar lagi mereka datang.""Oh, ya sudah kalau begitu aku temani." Vira memperhatikan sekitarnya. "Bagaimana kalau kita minum es kelapa muda di situ, sembari menunggu orang bengkel datang?" Vira menunjuk sebuah warung kaki lima yang tidak jauh dari tempat mereka berada."Ide bagus. Ayo, kalau begitu kita ke sana," balas Della yang tak k
Beberapa hari kemudian, setelah cukup lama memikirkan keputusan apa yang akan Vira ambil, hari ini akhirnya Vira hendak memberikan jawabannya kepada Lukman."Sayang, kenapa melamun?" tanya Lukman seraya memeluk Vira. Vira yang sedang duduk melamun di teras belakang rumahnya, ia tersentak ketika tiba-tiba saja Lukman memeluknya dari belakang."Eh, Mas. Kok tumben sudah pulang?" Vira tentu terkejut, pasalnya ini masih jam dua siang, namun suaminya sudah sampai di rumah."Iya, tadi Mas disuruh nemenin Pak Yuda menemui klien dari luar negeri, lalu katanya setelah pulang, Mas tidak perlu kembali ke kantor lagi.""Oh ... Kalau begitu mau aku siapkan air mandinya sekarang?" tawar Vira.Lukman mengangguk seraya tersenyum, lalu kemudian ia mendaratkan ciuman di keningnya Vira.Setelah mengucapkan terima kasih, Vira langsung masuk ke dalam, sedangkan Lukman memilih duduk di kursi yang ada di teras tersebut.Sembari menunggu Vira selesai menyiapkan air mandinya, Lukman kembali memikirkan perkata
Setelah mengadakan acara lamaran yang hanya disaksikan oleh keluarga inti saja, lalu seminggu kemudian Lukman dan Ayu menggelar acara pernikahan mereka di kediaman Ayu sendiri.Mereka berdua tidak menggelar pesta pernikahan yang mewah, namun cukup meriah untuk menyambut para tamu undangan yang sebagian besar adalah teman dekat, tetangga, dan keluarga besar mereka saja.Di atas pelaminan, kedua orang yang baru saja dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, mereka berdua tampak tersenyum semringah menyambut ucapan selamat dari para tamu undangan yang datang.Sedangkan di sisi lain, Vira pun juga tengah sibuk menyambut para tamu undangan yang baru saja datang. Senyuman manis Vira tidak pernah luntur, seolah-olah ia juga ikut merasa bahagia dengan pernikahan suaminya. Namun, tidak ada yang tahu semuram apa hati Vira saat ini. Apalagi ketika Vira mulai mendengar bisik-bisik orang yang bergosip tentang rumah tangganya."Eh, Jeng. Ternyata mendapat istri yang cantik dan salihah saja, tidak
Setelah kepergian Vira dan Naura, hati Lukman menjadi tidak tenang. Ia memang masih bisa menanggapi obrolan dari keluarganya Ayu dengan baik, namun hati dan pikiran Lukman hanya terpaut ke Vira, sang istri pertamanya.Malam semakin larut, akhirnya satu persatu keluarga besarnya Ayu mulai pulang ke rumah masing-masing, sedangkan kedua orang tuanya Ayu sudah meninggal cukup lama. Jadi selama ini Ayu hanya tinggal berdua dengan anaknya, namun Ayu masih beruntung karena memiliki seorang tante yang rumahnya dekat dengan tempat tinggalnya, jadi jika ada apa-apa, tantenya itulah yang biasanya membantu Ayu.Kini hanya ada Lukman, Ayu, dan juga Winda anaknya Ayu yang sudah berada di dalam kamar.Ayu yang baru saja membersihkan make up nya, ia langsung keluar dari kamar mandi. Namun, Ayu sejenak menghentikan langkahnya ketika ia melihat wajah Lukman terlihat sedang cemas."Mas ...."Lukman tersentak ketika Ayu memanggilnya seraya memegang bahunya."Eh iya, ada apa?""Apa yang sedang Mas pikirka
Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun sudah ada orang yang mengetuk pintu rumahnya Ayu.Ayu yang mengira itu Lukman, maka ia pun langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ayu langsung tersenyum manis, ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Lukman yang sedang tersenyum di wajah kantuknya."Maaf karena sudah membangunkanmu," ujar Lukman seraya menguap. Lukman hanya tertidur selama dua jam saja, lalu kemudian ia buru-buru datang ke rumahnya Ayu. Lukman hanya tidak ingin tetangga Ayu melihat dia semalam tidak menginap di rumah Ayu, jadilah Lukman memaksakan diri untuk segera datang ke rumah Ayu, walaupun ia sangat lelah dan mengantuk. "Nggak apa-apa, Mas. Mas kelihatan ngantuk sekali, kalau begitu Mas istirahat saja di kamar."Lukman mengangguk, lalu kemudian ia langsung menuju ke kamarnya Ayu untuk tidur kembali. Sedangkan Ayu yang masih berada di tempatnya, ia tersenyum senang. Ayu merasa senang karena Lukman juga terlihat mementingkan perasaannya juga, buktinya Lukman
Melihat kepulangan Lukman dan Ayu, Vira pun buru-buru membayar belanjaannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mas dan Ayu sudah pulang? Vira kira masih nanti siang, tunggu sebentar ya, Vira taruh ini dulu ke dapur," ujar Vira seraya menenteng satu kantong plastik berisi sayuran dan lauk yang tadi ia beli."Iya," sahut Lukman seraya tersenyum, sedangkan Ayu hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar lagi dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan teh. "Ini diminum dulu, biar Winda gantian aku yang gendong, bahu kamu pasti sudah pegel kan?""Eh, memangnya tidak ngrepotin, Mbak?" tanya Ayu sungkan, namun benar apa yang dikatakan Vira, bahu ayu sudah terasa pegal karena sedari tadi sudah menggendong bayi gembul tersebut."Tidak apa-apa, sini ...." Vira langsung mengambil alih bayi tersebut, lalu kemudian ia sedikit menimangnya, karena Winda terlihat mulai mengantuk lagi."Masya Allah, cantiknya Winda, sama cantiknya dengan Mam