Jam masih menunjukkan pukul empat pagi, namun sudah ada orang yang mengetuk pintu rumahnya Ayu.Ayu yang mengira itu Lukman, maka ia pun langsung bergegas membuka pintu rumahnya. Ayu langsung tersenyum manis, ketika ia membuka pintu rumahnya dan melihat Lukman yang sedang tersenyum di wajah kantuknya."Maaf karena sudah membangunkanmu," ujar Lukman seraya menguap. Lukman hanya tertidur selama dua jam saja, lalu kemudian ia buru-buru datang ke rumahnya Ayu. Lukman hanya tidak ingin tetangga Ayu melihat dia semalam tidak menginap di rumah Ayu, jadilah Lukman memaksakan diri untuk segera datang ke rumah Ayu, walaupun ia sangat lelah dan mengantuk. "Nggak apa-apa, Mas. Mas kelihatan ngantuk sekali, kalau begitu Mas istirahat saja di kamar."Lukman mengangguk, lalu kemudian ia langsung menuju ke kamarnya Ayu untuk tidur kembali. Sedangkan Ayu yang masih berada di tempatnya, ia tersenyum senang. Ayu merasa senang karena Lukman juga terlihat mementingkan perasaannya juga, buktinya Lukman
Melihat kepulangan Lukman dan Ayu, Vira pun buru-buru membayar belanjaannya dan langsung masuk ke dalam rumahnya. "Mas dan Ayu sudah pulang? Vira kira masih nanti siang, tunggu sebentar ya, Vira taruh ini dulu ke dapur," ujar Vira seraya menenteng satu kantong plastik berisi sayuran dan lauk yang tadi ia beli."Iya," sahut Lukman seraya tersenyum, sedangkan Ayu hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum tipis.Lalu tidak lama kemudian, Vira keluar lagi dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan teh. "Ini diminum dulu, biar Winda gantian aku yang gendong, bahu kamu pasti sudah pegel kan?""Eh, memangnya tidak ngrepotin, Mbak?" tanya Ayu sungkan, namun benar apa yang dikatakan Vira, bahu ayu sudah terasa pegal karena sedari tadi sudah menggendong bayi gembul tersebut."Tidak apa-apa, sini ...." Vira langsung mengambil alih bayi tersebut, lalu kemudian ia sedikit menimangnya, karena Winda terlihat mulai mengantuk lagi."Masya Allah, cantiknya Winda, sama cantiknya dengan Mam
Malam harinya, Lukman yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di dalam ruang kerjanya, ia langsung pergi menyusul kedua istrinya yang sedang menonton televisi di ruang tengah."Eh, Mas Lukman. Sudah selesai?" tanya Ayu seraya tersenyum manis."Iya, aduh perutku lapar nih," keluh Lukman seraya memegangi perutnya. Padahal tadi dia sudah makan malam, tapi entah mengapa baru jam sembilan sudah merasa lapar lagi."Oh, kalau begitu biar Ayu yang siapkan makanan untuk, Mas Lukman." Ayu langsung sigap berdiri, ia begitu bersemangat melayani Lukman. Sedangkan Vira hanya diam saja, ia masih fokus mengikuti jalannya cerita sinetron yang sedang ditontonnya."Iya, tapi salad buah saja ya, dan terima kasih." Lukman mengusap lembut rambut Ayu yang sedang tidak memakai jilbab. Ayu memang melepas jilbabnya ketika di dalam rumah, berbeda dengan Vira yang hanya melepas jilbabnya ketika ia berada di dalam kamar.Seperti ada ribuan bunga yang bermekaran di hati Ayu, ketika ia merasakan lembutnya sentuha
Seminggu kemudian...Pagi ini di rumah kedua orang tuanya Lukman, sedang diadakan acara pengajian untuk para ibu-ibu kompleks yang berada di area tersebut.Hari ini hari Minggu, Lukman dan Ayu sedang libur, jadi mereka semua pagi-pagi sekali sudah pergi ke kediaman orang tuanya Lukman.Saat ini Vira tampak sedang sibuk di dapur, sedangkan Ayu berada di depan dengan anaknya, bersama ibunya Lukman, dan juga adik ipar mereka.Di saat acara makan-makan tiba, Vira dan para pelayan langsung menyajikan hidangan untuk para ibu-ibu tersebut, dan di saat Vira sudah berjalan mendekat, suara obrolan para ibu-ibu mulai terdengar di telinganya Vira."Wah, anakmu hebat sekali, Bu Desi. Sudah mendapatkan istri yang sempurna seperti Vira, kini Lukman sudah menikah lagi dengan Ayu, mana Ayu juga cantik dan pintar lagi," puji salah satu ibu-ibu tersebut.Sedangkan Desi, ibunya Lukman. Ia langsung tersenyum bangga. "Iya dong, Bu. Anak saya kan seorang direktur, kerjaannya sudah mapan, jadi hanya untuk me
Keesokan harinya, Ayu keluar dari kamar dengan rambut basahnya yang tergerai indah. Ayu yang biasanya tidak pernah pergi ke dapur, kecuali sarapannya sudah siap, kini dia berpura-pura sedang haus dan ingin mengambil air minum di dapur."Pagi, Mbak." Ayu menyapa Vira yang sedang memasak di dapur."Pagi, Ayu. Winda belum bangun?" tanya Vira yang tidak menoleh sama sekali ke arah Ayu, sebab Vira tengah sibuk memotong sayuran."Belum, Mbak. Mungkin sebentar lagi bangun," sahut Ayu seraya tersenyum kecut, padahal Ayu berniat pamer ke Vira, kalau semalam Lukman sudah 'menyentuhnya'.Vira hanya menjawab oh, lalu dia tetap fokus memasak. Sedangkan Ayu yang merasa kenyataan tidak sesuai dengan ekspektasi nya, ia segera pamit kembali ke kamar. Padahal tadi Ayu sudah membayangkan, jika Vira akan memasang raut wajah cemburu, sama seperti dirinya ketika melihat Lukman keluar dari kamar Vira, yaitu dengan rambut basahnya Lukman, dan juga wajah yang berseri-seri. Namun, yang dilihat Ayu justru seb
Vira dan Lukman mendadak menjadi canggung ketika mendapat pertanyaan seperti itu dari Ayu. Namun, karena Lukman sudah tidak tahan lagi, ia langsung menggandeng Vira menuju kamar seraya mengatakan, "Aku ada urusan sebentar dengan Vira, kamu siap-siap saja dulu. Setelah ini kita akan langsung berangkat, dan kita sarapan di luar saja."Lalu tidak lama kemudian, pintu kamar Vira tertutup. Ayu menatap nanar pemandangan tersebut. "Apakah, Mas Lukman semalam tidak puas denganku? Dan, sekarang dia minta dilayani Mbak Vira?"Ayu tentu merasa sakit hati. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Ayu bukanlah orang yang licik, dan sangat berambisi untuk merebut cintanya Lukman dengan berbagai cara. Karena Ayu sangat tahu rasa terima kasih, dan juga pentingnya menjaga perdamaian dengan kakak madunya.Empat puluh lima menit kemudian, Lukman dan Vira akhirnya keluar. Ayu yang sudah siap sedari tadi, ia langsung berdiri dari duduknya, lalu kemudian Ayu dan Lukman langsung pamit ke Vira untuk
Dua tahun kemudian...Cafe Pelangi."Wuih ... yang punya istri dua, tambah ganteng saja kamu," ujar Yuda setelah melihat kedatangan Lukman di hadapannya.Lukman tersenyum bangga, setelah berjabatan tangan, ia pun langsung duduk di kursi yang ada di hadapannya Yuda. "Iya dong, kamu sendiri bagaimana? Ada yang nyantol nggak di kantor pusat?"Yuda menggeleng. "Nggak ada, di sana aku malah disuruh kerja gila-gilaan sama CEO."Lukman tertawa ... "Itu sih memang sudah jadi deritamu, btw kamu sekarang dialih tugaskan ke sini lagi?"Yuda mengangguk. Yuda yang dua tahun kemarin dipindahkan ke kantor pusat, kini ia dikembalikan lagi ke kantor cabang dengan posisi yang masih sama."Baguslah, jadi sekarang aku punya teman ngopi lagi.""Halah ... gaya lu, padahal meskipun aku ada di sini, kamu pasti juga sibuk dengan istri-istrimu itu. Tapi, ngomong-ngomong rumah tangga kalian aman-aman saja kan?""Ya tentu aman lah, makanya aku tetap awet muda."Yuda mencibir. "Lha gimana nggak awet muda, udah pu
Sore harinya, setelah pulang dari cafe, Lukman pun langsung pulang ke rumah. Dan, sebuah pemandangan indah di rumah akan selalu menyambutnya. Yaitu apalagi jika bukan karena kedua istrinya yang terlihat akur menemani Winda bermain di akhir pekan ini."Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ...." sahut Vira dan Ayu kompak."A-yah ... A-yah, ...." Winda yang sudah mulai bisa bicara, ia langsung berlari ke arah Lukman dan memeluknya."Eh, anak Ayah udah cantik, lagi main apa?""Neka, neka." Menunjukkan sebuah boneka yang sedang dipegangnya, lalu kemudian anak itu langsung kembali berlari ke arah ibunya."Hati-hati, Sayang. Awas, nanti jatuh!" ujar Ayu seraya menangkap tubuh kecil Winda. Sedangkan anak tersebut hanya tertawa saja."Oh ya, Mas. Bagaimana kabarnya, Pak Yuda? Apakah dia akan bekerja di sini lagi?" Lanjut Ayu yang mempertanyakan kabar Yuda.Tadi siang, Lukman yang pamit kepada Vira dan Ayu untuk bertemu dengan Yuda, mereka berdua sengaja tidak ikut, sebab mereka sengaja membe