Malam itu William tidak dapat memejamkan mata. Beberapa laporan issue tentang Nilam bersama pebisnis rekan kerja, mengganggu pikirannya.Ada beberapa yang mengatakan jika kedekatan mereka terlihat tidak hanya sekali dua kali saja, berkali-kali laporan itu mengusik pikirannya.Ia tidak akan berdiam diri, meski kondisinya seperti ini.Tubuhnya yang semula menatap langit-langit kamar, bergeser memandangi wajah Nilam yang telah memejamkan mata.Beberapa saat, terlihat ia menggeliat dan membuka mata, ia melihat William memperhatikannya.Nilam menyipitkan mata, dan membukanya lebar. Melihat ke arah didinding. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari."Mas? Kamu belum tidur?" tanya wanita yang terpaksa bangun dari pembaringan."Aku tidak bisa tidur, Sayang," jawab nya, masih melihat Nilam dengan raut wajah sedih."Ada apa? Kenapa sepertinya ada hal yang mengusik pikiran kamu, Mas? Kamu cerita saja padaku!" titahnya dengan sabar.'Nilam, kenapa aku sudah tidak dapat mengenali kamu lagi. En
Bug!"Ah, kamu berbohong, kamu sudah bangun ya dari tadi, Sayang?"Willy mencubit pipi Nilam yang tertangkap mata Willy sedang menahan senyum."Gitu dong, jangan marah lagi. Aku tidak kuat melihat kamu marah seperti tadi malam," keluh Nilam."Mama ... Mama ...!"Terdengar teriakan Angel dari luar pintu. Nilam bangun dan segera melompat turun.Ia mengambil langkah panjang, dan cepat sampai di pintu kamar. Kriet ..."Pagi malaikat kecil Mama ..." sapa Nilam, wajah ceria ia tunjukkan pada buah hati Willy."Sini cium!" Nilam menengadahkan tangan membuka pelukan untuk Angel, namun gadis kecil itu menolak dengan centil."Tidak mau! Mama belum mandi, masih bau!" sungutnya, ia menekan kuat lubang hidungnya, meski ia tidak sungguh-sungguh bicara."Haa, Angel bilang, Mama bau? Angel si princes-nya Mama juga belum mandi lho ..."Nilam akan mengejar Angel yang berusaha untuk kabur, berlari menuju ke atas ranjang bersama Willy yang tertawa melihat mereka."Papa ... Tolong ...! Hahaha ..."Tawa
Nilam menyeka air mata itu segera. Meyakinkan pada dirinya sendiri, 'Please ku mohon, Jangan buang air matamu yang berharga hanya demi pria brengsek itu!'"Silahkan minum dulu Ibu Nilam, sepertinya berita ini sangat mengagetkan Ibu!"Dengan menyodorkan minuman yang baru saja diantarkan oleh pramusaji. Segera Nilam perlahan meneguknya."Apakah keadaan ibu sudah membaik?""Aku tidak apa-apa, kamu jangan khawatirkan aku," ucapnya meyakinkan pria suruhannya. Ia adalah criminal profiler juga merangkap sebagai detektif, ia tidak memiliki hubungan intelegensi dengan pihak kepolisian."Oke, semua bukti sudah kau dapatkan?""Sudah, Ibu Nilam. Pekerjaan ini sudah memakan waktu, sebenarnya pria itu menyuruh seorang tenaga mekanik handal, hingga pekerjaan itu terlihat bersih, tanpa jejak. Polisi pun sudah menutup kasus itu, sebagai kecelakaan atas kesalahan Ibu Luna sendiri," paparnya.Satu tangan mengepal kuat, ia menggertakkan giginya, dan memukul meja dengan keras.Untung saja cafe dalam kon
Berita tentang keterpurukan perusahaan Daffa Ardiansyah terdengar di semua penjuru negeri. Berita itu sudah tersebar dari berbagai media sosial. Meski pria itu sudah menyewa hacker untuk menghentikan dan menghapus pemberitaan itu, tetap saja, informasi tersebut tidak dapat di hentikan.Saat bersama Willy di ruang keluarga, Nilam tersenyum lebar, melihat informasi sebuah penayangan televisi tentang kabar pebisnis terkenal tentang keuangan yang hampir kolab.William melihat ke arah Nilam, ia melihat wajah wanita itu bahagia dengan informasi yang baru dilihatnya saat ini."Sayang, kenapa kamu terlihat sangat bahagia sekali dengan kabar itu?' tanya Willy dengan menyatukan kedua alisnya.Ia melihat mimik bibir Nilam yang berat untuk bicara. Seperti sedang tertangkap basah pada satu hal yang keliru."Ah, tidak. Tidak ada apapun. Aku hanya bahagia melihat Daffa sampai pada fase ini," tuturnya. Sebelum membuat William merasa aneh.Harusnya ia ikut berduka, karena mereka sama-sama pebisnis. K
Tiara menundukkan kepala karena malu, dalam hati ia menggerutu tidak menentu. Rasanya aliran darah wanita itu ikut mendidih melihat bosnya bermesraan di hadapannya."Selamat pagi Tiara ..." sapa Nilam, ia sengaja membuat Tiara naik darah."Selamat pagi juga Ibu Nilam, baiklah Pak Willy, karena sudah tidak ada yang Bapak bahas lagi saya permisi.""Oke, silahkan!"Belum Tiara keluar dari ruangan, mereka malah seperti perangko.Tiara yang merasa ingin tahu, melirik ke belakang mengelus dada dan bergumam, "Dasar ulat bulu!"Sementara saat Nilam melihat Tiara tidak terlihat lagi, ia gegas berdiri dari pangkuan Willy. "Mau kemana?"Tangan Willy yang nakal, menarik tubuh Nilam, dan terjatuh lagi kepangkuan-nya."Astaga, Mas! Please ya! Aku cuma mau membuat Tiara panas saja, karena aku tidak suka kepada perempuan itu ..."Ucapan Nilam seperti anak kecil saja, pagi itu Willy melihat istrinya lebih manja dari biasanya. YIa sampai harus mencubit pipinya beberapa kali karena gemas."Sakit tahu,
Hari perencanaan liburan ke puncak Bogor telah tiba...Nilam bersama Angel memasuki villa keluarga yang di bangun Seno saat Nilam berusia lima tahun.Kaki wanita itu berhenti melangkah. Ia terdiam di tengah ambang pintu. Melihat bangunan megah, di segala sisi vila.Bangunan unik yang tidak pernah ia jumpai sebelumnya, melangkahkan kaki pelan, dan berhenti di sebuah dinding berwarna coklat.Disana terpampang lukisan besar, seorang wanita. Ia hampir tidak berkedip. Seluruh bola mata menatap wajah ayu yang mirip dirinya. 'Siapa wanita ini? Aku tidak pernah menjumpainya?' Hanya batin yang bisa bergumam, ia masih takut menanyakannya. Dari kejauhan Angel berteriak, "Mama! Ayo cepat masuk Ma!" "Ya, Sayang!" teriak Nilam mengangguk."Selamat pagi Nyonya!"Nilam terkejut, saat seseorang wanita menyapanya secara tiba-tiba, suaranya empuk dan ia melihat wanita paruh baya menundukkan kepala di belakannya. Nilam hanya berani menjawab sapaannya, dan diikuti oleh lengkung sudut bibir yang menge
"Kamar ini?" Nilam menutup mulutnya setelah merasa kagum.William menutup pintu cepat-cepat. Nilam yang terkejut menoleh dengan perasaan aneh."Kenapa pintunya ditutup?" tanya Nilam, tubuhnya gemetar. Keringat dingin mulai tergelincir bergantian."Haha ...!" William tertawa terbahak-bahak melihat respon Nilam.Berjalan mendekati istrinya dan memeluknya erat. Ia berbisik di telinga Nilam, "Nanti malam, aku minta jatah pokoknya!"Degup jantung Nilam seakan terhenti. Seberapa pun ia berusaha kabur, ia tidak akan bisa menghindar pria itu."Kenapa kamu tertawa?" tanya Nilam dengan bingung."Ya lucu saja, karena setiap aku menggoda kamu seperti ini, respon kamu berlebihan. Bukankah itu hal wajar untuk kita?" tanya Willy dengan menarik gemas dagu istrinya."Gak. Biasa saja, Mas!" ucap Nilam menutupi Gelagat tubuhnya merespon berlebihan.Kedua tangan William meremas dada Nilam, hingga ia memekik ketakutan."Tolong!" teriak Nilam responsive. Dengan cepat Willy menutup mulutnya. "Hust, diam! D
"Bibi masak banyak sekali? Kita cuma bertiga saja 'kan?" tanya Nilam dalam kebingungan."Ya tidak masalah kan, Sayang? Lagian ini kan masakan kesukaan kita?" jawab Willy sembari melihat-lihat banyaknya hidangan tersaji di meja."Ya kalau tidak habis mubazir." Nilam menyanggah, wajahnya sedikit cemberut.Ia tetap mengambilkan beberapa masakan dan menuangkan di atas piring William."Sayangku Angel mau masakan yang mana? Ini ada yang dipisahkan kok dari cabe buat kamu mau tidak?" tanya Nilam sebelum mengambilkannya untuk Angel."Terserah saja, Ma. Asal tidak pedas. Angel 'kan suka menghargai pekerjaan orang lain. Seperti yang mama ajarkan pada Angel beberapa hari ini."Willy terus memantau beberapa keanehan terjadi. Itu bukan sifat Nilam. Tidak pernah ada kata mubazir dalam hidupnya. Dan kali ini makin lama, makin jelas jika dia bukan istrinya.Beberapa kali ia mengatakan itu selama pasca kecelakaan. Mau percaya jika ini istrinya, tapi masih sangat sulit."Sayang, kamu cepat segera makan