Aku tak tahu apa yang merasukiku sehingga berani mengambil langkah ini. Di saat biasa, tentu saja aku tak akan mau mengambil inisiatif untuk memeluk Richard atau memintanya memelukku. No, never!
Hal sederhana seperti itu hanya akan membuat jantungku berdetak cepat tak terkendali dan malah membuat dadaku sakit. Hampir tak ada bedanya dengan bunuh diri.
Namun sekarang… entahlah, banyak yang bilang aku melakukan semua training ini dengan baik; tak membantah dan cepat belajar. Richard, Daddy, Corrine yang beberapa kali mampir untuk menjengukku dan juga Tante Milgueta yang selalu menyempatkan waktu untuk menemuiku di sini. Semuanya bilang seperti itu.
Namun aku sama sekali tidak merasa bangga pada diriku sendiri. Alih - alih, aku merasa kosong dan hampa.
Aku mengeratkan lenganku yang melingkar di pinggang ramping Richard saat aku merasakan pria itu membalas pelukanku dengan hangat. Aku butuh dikuatkan, dan salah satu caranya, mungkin seperti
“Madame Marceu, bisakah Anda membantu saya untuk mengambilkan sesuatu? Em… Menstrual Pads. Merci.”Ternyata semua perasaan tak enak yang aku rasakan sepanjang hari ini adalah perubahan hormon karena aku mau datang bulan. Astaga, aku lupa kalau manusia berjenis kelamin perempuan harus mengalami ini setiap bulannya. Hanya karena aku tak mengalaminya setiap bulan, bukan berarti aku tak mengalaminya.Serius, aku hampir melupakan fenomena itu hanya karena aku sudah terlalu lama tak mendapatkan tamu bulananku. Jika tak salah ingat, terakhir kalinya adalah saat kami berada di Ardennes. Dan ini sudah berganti tahun, yang berarti sudah setengah tahun lebih aku tak mendapatkan menstruasiku. Tentu saja aku tak khawatir, karena penyakitku, fenomena ini normal untuk tubuhku. Dulu sebelum operasi, aku biasa tak mendapatkan menstruasiku selama dua hin
Kalimat Madame Marceu tempo hari masih juga menggangguku. Padahal, sudah dua hari berlalu sejak saat itu. Selama itu juga aku terkurung di dalam kamar dan tak ada kegiatan dan kelas bersama JJ.Madame Marceu mengabari kemarin bahwa kelas bersama JJ akan dilanjutkan kembali saat kondisiku sudah membaik. Agak berlebihan, padahal aku sama sekali tidak sedang sakit. Ini kan hanya perubahan hormon bulanan yang lazim dialami oleh perempuan. Namun aku tak akan membantah tambahan libur yang seperti rejeki nomplok ini. Kepalaku sedang tidak dalam kondisi yang bagus untuk berpikir jernih dan menerima instruksi dengan kepala dingin.Ya, penyebabnya adalah… Richard. Dan kalimat Madame Marceu tentang hubungan pria itu dengan Lyn."Mademoiselle, makan siang Anda sudah siap. Silakan disantap selagi hangat."
Sambil membekap mulut, aku merapatkan tubuhku ke tembok. Mataku terbelalak tak percaya dengan apa yang aku dengar; Abe Villich dan Corrine?!Tak heran suara pria tersebut begitu familiar! Sekarang aku ingat Richard pernah bilang kalau Corrine sebenarnya menyukai Abe Villich sejak lama. Namun menyerah karena pria itu lebih memilih Arlaine daripada dirinya.Melihat apa yang baru saja mereka lakukan, apa hubungan mereka sudah mengalami kemajuan? Namun apa yang kudengar barusan sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu ke arah sana."Wait. Abe!!"Suara kelotak sepatu pantofel di lantai marmer terhenti. Lalu suara berat yang sekarang aku tau adalah suara Abe Villich kembali terdengar."What? Kau ingin lebih? Aku tak tahu kal
Richard’s“Gerakan Anda sudah jauh lebih luwes daripada pertama kali dulu, Mademoiselle. Anda cepat belajar.”“Merci, JJ.”Tanganku mengepal erat dengan rahang yang terkatup kuat. Pemandangan ini sudah berlangsung selama dua hari berturut - turut. Dan sebanyak apa pun aku memberikan alasan pada gadis mungil yang sedang melangkah anggun mengikuti alunan musik lembut di tengah aula itu, sebanyak itu pula dia mengabaikanku.“Mira… What’s gotten into you,” bisikku tak habis pikir.Aku bertanya - tanya apakah ada yang terjadi padanya selama empat hari terakhir saat aku tak bisa menemaninya di istana? Dalam situasi biasa, tentu Mira tak akan mau berada pada situasi yang intim dan canggung dengan pria lain. JJ sekalipun. Karenanya dulu dia menolak untuk belajar dansa secara langsung dengan JJ dan meminta agar Pak Tua sendiri yang datang dan menemaninya berlatih sampai beberapa kali.Lalu ini? K
Meskipun kabar Granny memang menggangguku, tapi tentu saja itu bukan alasan pertama aku menjadi ketus dan dingin pada Richard.Aku tak ingin merasa seperti ini. Aku bahkan sudah mewanti - wanti diriku sendiri agar tak merasa seperti ini. Namun semua itu bubar tak bersisa saat Richard muncul. Semua pertahanan diri dan sikap anggun yang sudah aku persiapkan lenyap digantikan dengan perasaan merajuk dan dongkol. Iya, aku cemburu.Namun, ironisnya, aku tahu pasti bahwa cemburuku tak berdasar. Pertama, aku dan Richard tak memiliki hubungan personal apa pun. Memang, dia tahu aku menyukainya. Tergila - gila padanya lebih tepatnya, tapi tetap saja, perasaan itu hanya sepihak. Richard tak pernah menerimanya apalagi membalasnya. Yang kedua, alasan utama Richard mengawal Lyn adalah karena perintah dari kerajaan, jadi meskipun Richard tak ingin, dia tetap harus melakukanya. Yang ketiga… kembali ke poin pertama, aku dan dia tak memiliki hubungan apa pun. Kenyataan itu membua
Lagi - lagi hari ini Richard tak muncul. Dia menitipkan pesan pada Madam Marceu bahwa dia akan datang menjemput saat kelasku dengan JJ akan dimulai.Beberapa hari kemarin memang aku yang menghindarinya, lalu apakah sekarang giliran dia yang menghindariku?Luci sekali! Apakah benar kamu dua orang dewasa? Kenapa tingkah kami selayaknya anak - anak begini? Dan apa tadi? Lucu? Apakah luci membuat dada kita tersayat sakit dan membuat mata kita berair seperti ini?!"Anda ingin menggelung rambut anda atai mengepangnya, Mademoiselle?" Madam Marceu bertanya sembari menyisir rambutku yang kini sudah kembali memanjang.Beberapa bulan sudah berlalu sejak operasi mengerikan itu. Saat itu mereka menggunting pendek rambutku karena terus rontok dan jadi kusut tak terawat karena suhu tubuh yang tak stabil. Namun kini rambut yang awalnya hanya sebahu itu sudah hampir setengah punggung."Biarkan digerai saja, bolehkah? Aku sedang ingin merasakan rambutku terurai hari
Saat aku sampai di kamar Daddy, beliau sedang dibantu oleh salah satu maid untuk memakai jasnya. Sepertinya sudah siap untuk memulai hari. Di kursi yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri, Ada Cedric yang duduk di depan laptop dan sedang mengetik sesuatu. Dia menoleh dan mengangguk saat aku masuk.“Cherie! Oh, kemarilah. Biarkan pria tua ini memelukmu sejenak. Tu me manques. Aku merindukanmu.” Daddy berseru, membuatku mengembangkan senyumku dan melangkah mendekat padanya untuk dipeluk. Sejenak melupakan Richard dan Lyn yang barusan aku lihat dalam perjalananku ke sini. “Apa kabarmu? Apakah hanya perasaanku saja atau kau semakin kurus?”Aku terkekeh membalas pelukannya. “Dad, jangan menghinaku. Aku naik tiga kilo sejak masuk istana. Jika Madam Marceu mendengarmu, dia pasti tak akan senang.” Kami berdua tertawa kecil. “Daddy akan pergi lagi keluar istana hari ini?” tanyaku sedikit berbasa - basi.Daripada aku yang semakin mengurus, Daddy terlihat tak begitu baik. Dia jelas terlihat
Richard’s“Non, saya tak mengatakan apa pun padanya. Seharusnya bukan saya yang mengatakan hal - hal seperti ini padanya. Ini tanggung jawab Anda.” Aku mendesah gusar. “Anda selalu saja menempatkan saya di situasi yang sulit.”“Pardon, Richard. Lagi - lagi aku membuatmu berada dalam keadaan yang sulit.” Suara desahan itu menyapa telingaku dari perangkat digital yang kini tertempel di sana. Aku sedang bertelpon dengan Pak Tua Guireille. Hari masih pagi, bahkan bias sinar matahari sama sekali belum terlihat meskipun waktu sudah menunjukkkan pukul delapan pagi. Sepertinya, prakiraan cuaca bahwa hari ini akan turun badai salju itu benar adanya. Langit terlihat mendung dan gelap menyimpan badai.Semalam Pak Tua tak pulang ke istana. Aku paham, banyak hal yang harus diurusinya di luar sana. Meskipun secara parlemen dan konstitusional Belgia adalah negara mandiri yang tak terikat oleh mana pun, namun dari segi konstitusional, kerajaan Prancis masih memiliki kuasa untuk ikut campur memberika