Pendeta Sesat mencoba tersenyum dengan menepis debar ketegangan di hatinya. Dipasangnya wajah serta sikap seperti pendeta alim.
"Pertanyaanmu aneh!" sahut Pendeta Sesat disertai senyum. Sementara otaknya berputar mencari akal untuk dapat lolos dari Saka dan Intan."Orang muda, apakah kalian tahu apa isi peti-peti ini? Dari mana asalnya? Dan siapa pemilik yang sebenarnya?" tanya Pendeta Sesat kemudian, membuat Saka dan Intan bertukar pandang."Apakah dengan pertanyaan itu berarti Bapak Pendeta mengenal Iblis Terbang Tanpa Bayangan?" Saka baliak bertanya seraya menatap si pendeta lekat-lekat."Aku cukup mengenal siapa manusia kejam dan licik bergelar Iblis Terbang Tanpa Bayangan itu. Aku juga tahu sejarah peti-peti ini."Karena aku adalah seorang abdi istana yang mendapat tugas dari Yuwaraja untuk mencari dan mengembalikan peti-peti ini."Nantinya benda-benda ini akan digunakan untuk kepentingan dan kemajuan kerajaan." kilah PendeDatuk sesat itu pun sadar kalau tengah dipermainkan. Ia memang termasuk orang yang percaya dengan tahayul."Bocah edan! Kurang ajar, berani kau mempermainkan orang tua!" Amarah Raja Naga jenggot putih meledak-ledak."Dasar kau saja yang tolol," balas Saka. "Mengapa percaya dengan segala dongengan orang-orang pengecut? Mana ada setan yang seganteng aku? Gagah lagi."Saka kembali tergelak, lebih keras dari pertama. Tak dipedulikannya Intan yang tersungut-sungut. Tak ambil pusing betapa kemarahan di hati Raja Naga Jenggot Putih semakin meledak-ledak.Raja Naga Jenggot Putih membentak, disusul dengan gebrakannya yang mematikan. Angin pukulannya menyambar-nyambar, mengeluarkan suara mencicit tajam. Laksana sebatang pedang. Saka cepat mendorong tubuh Intan, dan menyuruhnya agar menjauhi arena. Lalu Pendekar Mabuk bergerak memainkan langkah-langkah ajaib dari jurus Congcorang Mabok.Selama lima jurus gempuran datang susul menyusul, Saka mulai membalas. Gebrakannya tidak kalah dahsyat.Meski
Hati lelaki tua ini seketika berdebar keras, saat mengenali sosok bayangan yang berkelebat itu. Iya sadar cepat atau lambat lelaki itu pasti akan dapat mengejarnya.Perkiraan Raja Naga Jenggot Putih adalah kenyataan. Ilmu lari cepat yang dimiliki Saka jauh lebih tinggi daripada dirinya, tapi datuk sesat ini tidak mau menyerah begitu saja dan kelicikannya juga kembali muncul.Saat Saka semakin dekat, tinggal sekitar dua tombak di belakangnya, mendadak saja Raja Naga Jenggot Putih menghentikan larinya. Tubuhnya diputar disertai ayunan tangan kiri.Wesss!Adanya suara desiran angin halus yang menuju ke arahnya, tahulah Saka kalau Raja Naga Jenggot Putih telah melepas jarum-jarum beracun yang menyebar bagai menutup jalan keluar baginya.Namun, bukan Saka Sinting si Pendekar Mabuk namanya kalau tidak bisa mengatasi keadaan yang berbahaya.Dengan menjejakan kakinya di tanah seketika tubuhnya melambung tinggi ke udara. Setelah bersalto
Akhirnya pecah sudah perawan Intan. Gadis ini memekik kesakitan, tapi kedua tangannya malah mendekap erat ke punggung Saka.Sepasang kakinya pun melingkar menjepit bagian bawah tubuh Pendekar Mabuk. Badan si gadis bergetar, mengejang.Gadis ini merasakan seperti ada yang robek pada bagian paling berharganya. Dia menyadari hal itu. Sekarang sudah tidak suci lagi, tapi tidak menyesal sama sekali."Uh, sakit. Perih," desisnya di dekat telinga Saka yang saat ini membenamkan wajahnya ke sisi leher Intan."Tapi ini belum berakhir," ujar Saka lirih."Tunggu sebentar sampai rasa perih ini menghilang." Intan mengerti, tapi dia meminta demikian agar bisa lebih siap lagi ke permainan berikutnya.Selanjutnya setelah Intan merasa siap, maka kemesraan dilanjutkan. Awalnya memang masih terasa perih, tapi lama kelamaan Intan mulai menikmati keindahan tiada tara yang baru pertama dialami.Beberapa lama kemudian dua orang dimabuk asmara ini terkulai lemas di atas rerumputan tebal saling berpelukan deng
Untung saja Saka memadukan ilmu Sukma Pamungkas dengan ilmu Berpindah Alam. Sehingga dia bisa membawa gelas tuaknya.Saka memperhatikan alam yang disinggahinya. Jelas ini alam siluman. Hawanya sama persis ketika dia memendam labu Ajaib dulu.Lalu Pendekar Mabuk perkuat penglihatannya. Menembus alam yang hampir semuanya gelap. Sampai dia menemukan satu titik cahaya kecil di kejauhan.Segera saja Saka berkelebat ke arah sana. Tubuhnya ringan melesat tanpa menimbulkan suara. Sepertinya di alam ini tidak ada udara, tapi masih bisa bernafas.Sejauh sepuluh tombak dari titik cahaya tersebut, Saka berhenti. Terasa hawa sakti semakin kuat, seolah menekan agar tidak bisa bergerak, tapi Saka bisa mengatasinya dengan mudah.Cahaya itu ternyata berasal dari sebuah bangunan besar dan megah. Bentuknya seperti istana, tapi penuh dengan aura menyeramkan.Pandangan mata Saka yang tajam mampu menembus ke dalam bangunan tersebut. Di salah satu ruangan tampak seorang gadis yang terbaring melayang.Gadis
Saka tidak menghiraukan teriakan siluman itu. Dia terus mengeluarkan sinar berbentuk gelang-gelang. Malah ukurannya semakin besar.Gelang-gelang itu melilit ke bagian leher hingga seluruh tubuh si kera besar. Siluman ini semakin tidak bisa bergerak.Bahkan, walaupun sudah dikerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki. Sampai tubuhnya mengeluarkan kobaran api, tetapi lilitan gelang-gelang itu tidak rusak sedikit pun.Pendekar Mabuk menghentikan ilmu Cakra Dewa. Lalu meneguk tuak. Bumbung bambunya sudah mengecil lagi."Ternyata berlaku juga untuk siluman yang sejak lahir," ujar Saka pelan. Dia menyaksikan keadaan si kera besar yang tersiksa oleh gelang-gelang ilmu Cakra Dewa.Blesss!Bagaikan ada yang menghantam dari atas, tubuh si kera besar amblas ke tanah sebatas lutut. Persis seperti yang dialami Ki Jangkung Wulung dulu."Nah, tetaplah di situ sampai kiamat tiba!" seru Saka.Kemudian Pendekar Mabuk melangkah masuk
Hari jamuan makan bersama raja telah tiba. Para pejabat istana sudah berkumpul di sebuah bangunan tanpa dinding yang khusus untuk acara makan bersama raja.Sang raja dan keluarganya masih belum datang ke tempat tersebut. Sedangkan para pejabat sudah banyak yang menunggu di sana.Di bagian depan yang merupakan pintu masuk terdapat petugas jaga yang menerima kehadiran pejabat yang diundang oleh raja.Di belakang petugas ini, di atas teras, tampak Angkasena bersama ayahnya dan beberapa pejabat lain berdiri. Mereka sedang menunggu keluarga Menteri Teja Sarwa.Yang ditunggu pun muncul. Teja Sarwa bersama istri, Nari Ratih dan juga Saka. Kini Pendekar Mabuk berpenampilan lebih bersih, tidak lusuh lagi.Angkasena langsung maju ke sebelah petugas penerima tamu. Raut wajahnya penuh kesombongan. Begitu merendahkan Teja Sarwa dan keluarganya, terlebih kepada Saka."Acara jamuan ini hanya untuk keluarga dari kalangan istana dan tentunya dari kasta para ksatria. Yang tidak jelas asal-usulnya tidak
Malam hari sebelum hilangnya burung hantu peliharaan sang Patih. Saka yang sudah tahu rencana Angkasena tidak tinggal diam.Di saat penghuni di lingkungan istana sudah terlelap dalam istirahat. Pendekar Mabuk tampak berdiri di atas wuwungan kediaman Menteri Teja Sarwa.Penglihatan Saka di arahkan pada kediaman Patih Mandrasuta yang letaknya cukup jauh dari tempatnya. Atap bangunan rumah Patih yang lebih tinggi dari yang lain, itulah yang hanya terlihat dari kejauhan.Merasa masih terlalu jauh untuk mengawasi keadaan kediaman Patih Mandrasuta, akhirnya Saka berkelebat dan hinggap di atap bangunan yang lebih dekat.Saka sedang menunggu dua pendekar suruhan Angkasena beraksi di malam ini. Pandangannya yang sangat awas menangkap pergerakan di belakang rumah sang Patih.Di belakang rumah tersebut terdapat bangunan lain yang ukurannya lebih kecil, tapi Saka bisa melihat di atas atapnya ada dua orang yang tengah berdiri mengawasi.Langit dan suasana yang gelap membuat kedua orang itu tidak t
Prajurit itu memberitahukan bahwa burung hantu peliharaan Patih sudah ditemukan. Semua orang menghela napas lega.Kecuali Angkasena yang terkejut. Sebab dia yang mengatur dua teman pendekarnya agar seolah-olah Menteri Teja Sarwa mencuri burung tersebut.Menteri Teja Sarwa tampak tenang karena sudah mendapat keterangan dari Saka perihal kejadian semalam berikut rencana si Pendekar Mabuk selanjutnya.Situasinya begitu tepat. Informasi datang sebelum rumah Menteri Teja Sarwa diperiksa. Sang Menteri memperhatikan Angkasena yang tampak dongkol.Akhirnya sang Patih memerintahkan semuanya bubar. Sementara Angkasena dan ayahnya tampak memandang penuh kebencian kepada Menteri Teja Sarwa sambil melangkah pergi.Selepas kejadian tadi, Teja Sarwa mengajak Saka ke suatu tempat untuk berbicara hanya empat mata."Aku jadi penasaran dan curiga!""Mengapa curiga, Gusti Menteri?" tanya Saka dengan raut wajah datar seolah tidak tahu apa-apa. Padahal dia bisa menduga isi hati sang Menteri."Aku curiga se