Prajurit itu memberitahukan bahwa burung hantu peliharaan Patih sudah ditemukan. Semua orang menghela napas lega.Kecuali Angkasena yang terkejut. Sebab dia yang mengatur dua teman pendekarnya agar seolah-olah Menteri Teja Sarwa mencuri burung tersebut.Menteri Teja Sarwa tampak tenang karena sudah mendapat keterangan dari Saka perihal kejadian semalam berikut rencana si Pendekar Mabuk selanjutnya.Situasinya begitu tepat. Informasi datang sebelum rumah Menteri Teja Sarwa diperiksa. Sang Menteri memperhatikan Angkasena yang tampak dongkol.Akhirnya sang Patih memerintahkan semuanya bubar. Sementara Angkasena dan ayahnya tampak memandang penuh kebencian kepada Menteri Teja Sarwa sambil melangkah pergi.Selepas kejadian tadi, Teja Sarwa mengajak Saka ke suatu tempat untuk berbicara hanya empat mata."Aku jadi penasaran dan curiga!""Mengapa curiga, Gusti Menteri?" tanya Saka dengan raut wajah datar seolah tidak tahu apa-apa. Padahal dia bisa menduga isi hati sang Menteri."Aku curiga se
Saka bisa membaca setiap satu orang prajurit memiliki kemampuan di atas rata-rata. Bisa mengimbangi lima prajurit dengan kemampuan biasa.Kalau digunakan untuk perang melawan sesama kerajaan bawahan sudah pasti dapat digilas dengan mudah. Ini bisa menjadi ancaman buat kerajaan Galuh sebagai penguasa pusat.Begitu Patih Mandrasuta muncul semua prajurit ini segera menjura. Seseorang yang menjadi pemimpin mereka langsung maju menghadap sang Patih.Orang ini melaporkan perkembangan tentang pasukan yang dia pimpin ini."Semuanya sudah sempurna menguasai semua taktik tempur yang telah diberikan petunjuknya dari Gusti Patih, "ujar si pemimpin.Sang Patih tampak pengangguk-angguk puas. Lalu menoleh kepada enam orang yang dia bawa. Memberi isyarat dengan menganggukkan kepala.Saka yang belum mengerti isyarat tersebut tampak menunggu kelima orang lainnya bergerak. Ternyata mereka bergerak ke setiap sisi lapangan menempati lima titik yang sudah disediakan untuk masing-masing.Pendekar Mabuk lang
Saka meneguk tuak lebih banyak dari biasanya. Ratusan prajurit ini dibagi menjadi beberapa baris. Semuanya mengepung Pendekar Mabuk.Sementara sang Patih hanya mengawasi. Bukan hal berlebihan dia mengerahkan seluruh pasukannya. Dia sudah mendengar kehebatan Saka Sinting. Dunia persilatan sudah menempatkan di jajaran pendekar kelas wahid.Karena hal ini pula, sang Patih sekarang sadar kalau penguasa pusat telah mencium rencana yang telah disusun. Istana Galuh mengirim Saka Sinting untuk meredam pergerakan.Maka dengan melenyapkan Pendekar Mabuk, pastinya istana Galuh akan berpikir keras lagi untuk menyerang Tanjung Camara.Pertempuran satu lawan banyak sudah dimulai di bawah langit malam yang tertutup rimbunnya daun. Diselimuti udara dingin sampai menusuk tulang.Ada lima lingkaran yang mengelilingi Saka. Saat ini dua lapisan terdepan yang berhadapan langsung, silih berganti menyerang Pendekar Mabuk.Sedangkan tiga lingkaran lain hanya bergerak seperti roda berputar saling berlawanan a
Sang Raja yang baru saja terbangun dari tidurnya terkejut mendapat laporan dari prajurit jaga. Wajahnya langsung pucat pasi."Kau bilang pasukan Galuh yang dipimpin Rahyang Amara?" tanya Raja memastikan."Betul, Gusti!" jawab prajurit jaga yang menjura di luar pintu kamar. Setelah melihat isyarat tangan sang Raja, dia segera berbalik meninggalkan tempat persemayaman raja.Sang Raja menoleh pada permaisuri yang juga tampak keheranan bahkan sampai terlihat cemas. Untuk apa Putra Mahkota Galuh itu sampai datang dengan membawa pasukan?"Aku akan lihat ke depan, Dinda kerjakan saja kegiatan seperti biasa," kata sang Raja.Tanpa membersihkan badan terlebih dahulu, hanya berganti pakaian saja dengan yang lebih resmi. Sang Raja bergegas ke halaman depan istana.Di sana sudah ramai para pejabat lain yang menunggu kehadirannya. Hampir semua wajah menunjukkan raut keheranan.Sang Raja menyeruak maju hingga berada paling depan. Sejenak dia memperhatikan Rahyang Amara yang juga berdiri di depan pa
Selama dekat dengan Saka, ternyata Nari Ratih bukan cuma menyukai calon suaminya itu. Dia juga tertarik ingin memiliki kepandaian silat.Saka tidak keberatan mengangkat gadis itu jadi muridnya. Mengajari jurus-jurus dan ilmu baik itu berasal dari gurunya -Ki Aswani- atau dari kitab Sapta Wujud.Yang lebih mencengangkan buat Saka, ternyata si gadis memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Sehingga bisa menguasai jurus-jurus atau ilmu dalam waktu singkat.Saka juga membuatkan senjata untuk Nari Ratih. Yaitu berupa pedang yang bilahnya lentur sehingga bisa melengkung bagaikan sabuk.Kini Nari Ratih sudah layak disebut pendekar.Singkat cerita kini Saka Sinting dengan Nari Ratih sudah menjadi sepasang suami istri. Pernikahan mereka dilangsungkan secara sederhana saja di kediaman Menteri Teja Sarwa.Semua pejabat hadir, kecuali keluarga Jarantaka. Mereka merasa malu karena sudah sering menghina Menteri Teja Sarwa.Selanjutnya karena jiwa Saka adalah petualang, maka sang istri juga ingin ikut
Si gadis bernama Parwati acungkan pedang. Siap bertarung seandainya mereka memaksa. Hatinya sudah bulat dengan keputusannya apapun yang akan terjadi."Aku tidak akan pulang sebelum membatalkan perjodohan!""Tapi ayah sudah berjanji, dan tidak mungkin mengingkari. Ini akan merusak nama baiknya!" Lelaki yang bicara ini sepertinya saudara Parwati. Tepatnya kakaknya."Demi nama baik, kenapa harus mengorbankan aku?" teriak Parwati wajahnya mengkelam. Dia merasa beban di pundaknya sangat berat. Apakah memang begini nasib anak perempuan, selalu dijadikan tumbal untuk sebuah nama baik."Itu karena Raksana yang memilihmu!""Seenaknya saja memilih, memangnya siapa dia?""Parwati, ingat ayah berutang banyak pada Juragan Somara!""Kalau begitu aku yang akan melunasi, tapi tidak dengan cara menikahi laki-laki itu!""Keras kepala!"Tiga orang ini bergerak hendak meringkus Parwati. Namun, si gadis putar pedang untuk m
Di dalam kedai cukup ramai dan kebetulan laki-laki semua. Melihat kedatangan Nari Ratih, semuanya mendadak terdiam. Pandangan mereka seolah tak ingin lepas dari sosok cantik nani indah itu.Nari Ratih tidak peduli, dia melangkah mendekati tempat pemilik kedai untuk memesan beberapa makanan. Dia bilang makanannya mau dibawa ke dalam kereta kuda.Ketika si cantik yang sudah jadi istri Pendekar Mabuk ini hendak kembali setelah mendapatkan dan membayar pesanannya, dua orang lelaki menghadangnya."Gadis cantik, Juragan pasti mau, kau harus ikut kami!" Salah satunya hendak menarik tangan, tapi Nari Ratih segera mundur."Siapa kalian, kenal juga tidak tapi seenaknya saja mau bawa-bawa orang!"Dua lelaki ini tertawa keras, tapi wajah mereka sengaja dibuat garang bermaksud menakuti. Nyatanya Nari Ratih masih bersikap datar."Tidak perlu tahu siapa kami, kau sudah memasuki desa ini dan kebetulan kau cantik. Maka kau harus diserahkan ke Jur
Wajah yang merupakan seorang pemuda ini tampak terkejut. Lalu dia buru-buru mengajak Saka masuk. Beberapa lama kemudian Saka keluar, kali ini bersama pemuda yang tadi.Masalah datang lagi ketika mereka sampai di pertigaan jalan yang tadi. Orang yang tadi menghadang lagi dengan seringai licik dan satu tangan memegang gagang golok di pinggangnya."Ada apa lagi?" tanya Saka."Sepertinya kau orang kaya, maka peraturannya berubah!"Mendapat satu koin emas yang sangat berharga membuat orang-orang di sini berkesimpulan setidaknya Saka seorang saudagar sehingga dia tidak takut diintimidasi bahkan dengan mudah memberikan apa yang diminta."Maksudnya?" Saka sudah tahu arahnya."Agar kau bisa selamat keluar dari desa ini, maka serahkan seluruh harta yang kau bawa!""Peraturan atau perampokan?" tukas Saka. Sikapnya yang tetap tenang membuat anak buah Raksana ini heran. Karena menurut penglihatan mereka, Saka sama sekali tidak memili