Papergbag berisi banyak makanan, berada di tangannya.
Keduanya berjalan sambil tersenyum, dan akan mengumumkan kehamilan Delisha ke orang tua Ayden. Usia yang tak lagi muda untuk mereka semua, tapi, Delisha dan Ayden menyambut antusias kehadiran Cheryl.
Dulu sekali, saat masih remaja, bodoh dan naif, mereka merasa kehamilan itu awal bencana, teringat saat keduanya bolos sekolah demi mengugurkan anak walau gagal, berkali-kali menelan pil untuk mengugurkan anak, makan nanas mudah soda seperti yang orang-orang bilang, nyatanya tak berhasil.
"Mama." Delisha langsung bersorak norak, ketika memasuki ruang tamu.
Ibu Ayden yang sudah tua dengan kulit keriput walau masih cantik tersenyum ke arahnya.
"Mama." Delisha memeluk Ibu Ayden, sosok ibu itu bisa dia rasakan, ketika dia hidup tidak pernah merasakan bagaimana punya ibu yang sayang dan peduli padanya.
"Papa." Delisha juga memeluk Papa mertua.
"Mama
Pesawat lepas landas dari Bandara Leonardo da Vinci di Fiumicino Roma menuju Bandara Punta Raisi di Palermo, ibu kota Sisilia. Cuaca pagi itu sangat cerah.Perjalanan satu jam menuju pulau Sisilia, membuat Mawar menggenggam tangan Juna norak, dia selalu terbayang tempat itu banyak mafia di sepanjang gang dan memegang senjata, salah melangkah, maka kamu akan tewas."Tuh kan, Yang." Mawar berbisik ketika tiba di bandara dan diperiksa langsung oleh seekor anjing herder besar berwarna coklat. Gadis itu mengintip melihat gigi-gigi anjing yang panjang dan tajam, bisa dipastikan semua kulit dan dagingnya koyak.Anjing itu mengendus-endus, jangan sampai ada barang haram yang terbawa masuk ke pulau ini.Setelah mengintip lagi, Mawar melihat banyak turis yang tersenyum cerah sama seperti cuaca di Sisilia pagi ini. Mawar sedikit bernapas lega, tampak tak ada polisi atau tentara bersenjata seperti bayangannya.Sisilia menawarkan keindah
Delisha memperhatikan perut buncitnya. Dengan terusan berwarna abu-abu dia duduk di sofa sambil nonton TV.Sejujurnya, untuk bernapas saja dia kesusahan sekarang. Wanita itu menunduk melihat kakinya yang membengkak."Mami, Sayang." Delisha berbalik melihat suaminya dan tersenyum, Ayden membawa susu di tangannya.Laki-laki itu meletakan gelas berisi susu di atas meja dan menarik kaki Delisha dan memijitnya."Capek bangat, ya?" Delisha hanya mengangguk. Sebenarnya sekarang masih pagi, dia sudah berjalan keliling komplek, disarankan berjalan atau melakukan olahraga kecil agar membantu proses kelahiran. Sedikit takut dan was-was. Saat kehamilan Cheryl dulu, Delisha tidak pernah merasa se was-was seperti ini. Mungkin karena kehamilan dulu tidak dia harapkan dan ketakutan."Kamu ngapaian?" pekik Delisha, ketika merasakan Ayden membuka dress miliknya. Terlihat gumpalan bulat dengan ujung perut yang terlihat memerah, urat-urat
"Cheryl, jangan cekik adiknya!" Delisha sudah berteriak, melihat Cheryl yang ternyata sangat nakal walau dia perempuan. Hobby manjat, merusak barang, dan membuat adiknya menangis.Delisha mendekat ke arah kedua anaknya dan memisahkan Cheryl dari Auden. Bayi mungil yang nengerjap-ngerjap lucu dan memasukan tangan ke mulut."Mami, makan." Delisha akhirnya mengendong Cheryl dan membawa ke dapur. Putrinya hanya bersandar di bahunya dan terus bergerak-gerak tak nyaman. Delisha merasa Cheryl ini lebih nakal dari Cheryl dan akan jadi preman ketika besar nanti."Mami masak spaghetti. Suka?" Cheryl mengangguk. Di usianya yang yang tiga tahun, Cheryl sudah lancar berbicara dan sangat cerewet."Duduk di meja, atau bantu Mami ngaduk pastanya." Cheryl membantu ibunya mengaduk dengan tangan mungilnya. Bocah itu duduk dekat tungku.Delisha menyiapkan saus untuk pasta mereka. Bayi Auden berusia lima bulan dan harus ekstra menjaganya,
Delisha tumbuh seperti remaja pada umunya. Namun, ia mempunyai paras begitu ayu, mengalahkan artis Korea. Dan menjadi incaran para lelaki baik di sekolahnya, bahkan yang sudah menginjak bangku kuliah.Karena sering mendapatkan, penolakan dari seorang gadis. Beberapa kumpulan lelaki, mempunyai rencana licik menjebak Delisha. Dan berencana memperkosanya ramai-ramai hingga gadis itu hamil.Di umur yang super muda, harus menanggung beban fisik dan mental untuk mengemban amanah yang sangat berat. Namun, Delisha sadar hamil bukan berarti dunia kiamat, harus tetap berjalan sepahit apapun itu.Walau pahit, Tuhan telah menyiapkan rasa yang lain, rasa asam, manis, pedas, asin. Kehidupan tidak melulu tentang pahit, seperti warna, rasanya kehidupan juga nano-nano rame rasanya.Delisha akhirnya menjadi ibu muda, sangat muda. Usia 14 tahun, dan menjadi seorang ibu.Akankah orang tua Delisha bisa menerima apa yang menimpa anak tengah mereka? At
Jika semua orang berlomba untuk menjadi cantik, maka bagiku kencantikan itu sebuah kutukan.Aku---Delisha Makara, seorang gadis cantik bagi orang lain dan semua orang yang dengan visualnya memandangku secara fisik.Jika, ada di sebuah keluarga anak tercantik menjadi sebuah anugerah yang disanjung oleh anggota keluarga dan menjadi mahkota dan emas di keluarganya, dan itu tidak terjadi padaku. Kecantikanku membawa kutukan bagiku. Aku dibenci keluargaku sendiri, hanya karena fisikku sempurna jika dilihat orang-orang padahal aku hanyalah gadis cacat yang penuh kekurangan kasih sayang.Aku adalah anak yang lahir tanpa direncanakan. Papa dan Mama berencana hanya memiliki satu putri di kerajaan mereka dan aku hadir tanpa ada yang menunggunya. Saat aku sudah mengerti dengan keadaan sekitar, aku sadar bahwa perlakukan Mama dan Papa terhadapku dan Kak Geisha Sakara sangat berbeda. Kak Geisha sangat cerdas, dan banyak mempunyai bakat
Aku melangkahkan kakiku keluar dari pintu, dan terduduk di balkon ditemani oleh udara dingin dan juga suara nyamuk. Aku hanya tersenyum karena hal remeh, bisa melihat bintang bersinar di atas sana. Rasanya ingin menjadi bintang saja, bisa membuat hati yang lain bahagia, dan juga bisa menyinari, betapa bergunanya Tuhan menciptakan bintang. Tidak denganku.Aku memeluk lututuku sendiri, ditemani kesepian seperti biasa. Memangnya apalagi yang aku harapkan? Aku hanya memperhatikan para semut di bawah, hanya melihat pergerakan semut saja, sudah membuatku bahagia bukan main. Mungkin karena faktor tak ada kawan dan juga tak tahu bagaimana itu bercanda, aku mudah tertawa pada hal receh seperti ini.Aku memeluk lututuku sendiri dan tersenyum. Ya hanya tersenyum. Jika orang rumah mendapatimu seperti ini, mereka pasti mengiraku sudah gila. Biarlah, toh mungkin jiwaku memang sudah gila dari sana.Aku menendang-nendang kecil kakiku, dan
"Ssshhhhhttttt!!"Tubuhku ditarik, aku tak bisa berontak. Badanku juga dikunci, mulutku ditutup. Aku bergerak-gerak memberi perlawanan tapi si pelaku tak ingin melepaskanku.Tubuhku didorong untuk bersembunyi dibalik tembok, karena berada dalam posisi lemah, aku akhirnya terdiam dan bernapas lega, ketika akhirnya si pelaku melepaskan tangannya.Hufh ... Akhirnya."Kamu kenapa sih?" tanyaku tak senang."Shhhttt! Tadi tuh ada Jovan. Dia beneran nyari kamu, jadi lebih baik kamu sembunyi.""Anjing, mana sih tuh perek kecil? Kayaknya dia udah tahu deh." Mataku lamgsung melotot, sialan si buas itu. Harusnya aku keluar dan menyobek mulutnya, agar dia tidak sembarangan bicara seperti itu padaku. Memangnya aku gadis open BO? Ugh ... Aku benci, jika hidupku terus disudutkan, padahal aku tidak tahu menahu urusan mereka."Anjing! Besok harus kesini lagi. Pokokny
"Lishaa ... Yuhu.." aku yang sedang membaca buku di bawah ranjang menoleh ke arah pintu saat mendengar suara Meisha. Mau apa dia? Malas melayani, aku tetap melanjutkan membaca cerpen di buku pelajaran bahasa Indonesia. Aku suka membaca, ya memang apalagi yang bisa aku sukai?"Woi setan, dipanggil juga." tegur Meisha gondok, setelah sadar aku tidak menggubrisnya."Apa?""Besok sekolah?""Ya.""Besok sama aku ke sekolah.""Kenapa?""Ngikut aja sialan! Bagus ada teman." sungut Meisha. Aku meletakan buku pelajaran bersampul biru di atas kasur, sambil merenggangkan tanganku dan memandang Meisha malas. Ah, punya saudara tidak menarik dan tidak seru. Atau aku yang tidak seru? Mungkin, aku tidak pandai dalam memilih teman, karena aku selalu kesepian setiap saat. Bisa makan, tidur, menghirup oksigen gratis dan sekolah, sudah lebih dari cukup buatku.