"Siapa kau sebenarnya?" Sesaat etelah menanyakan hal itu, ekspresi Helio yang tadinya lembut dan nada bicara yang juga tenang kini berubah dalam sekejap. Ekspresi yang ditampilkannya sarat akan kecurigaan, dan penuh selidik, serta nada bicara yang menusuk, membuat siapa saja mampu berada dalam situasi yang menegangkan bila berhadapan langsung dengannya.Atau mungkin tidak untuk orang yang kini ada di hadapannya. Bukannya malah tegang atau pun takut, William malah tersenyum miring sarat akan kemisteriusan. Satu hal yang belum pernah Helio lihat pada ekspresi pemuda itu setelah ia datang kembali ke istana ini."Ah, aku ketahuan." Siapa pun yang melihat pasti akan tahu jika situasi saat ini sedang tidak dalam keadaan baik. Semua yang mereka lalui dari perjalanan menuju kereta kuda, hingga beberapa menit lalu seakan-akan lenyap tak pernah terjadi apa pun. Dan siapa yang akan mengira jika situasi yang tadinya riang gembira kini kian mencekam dan penuh ketegangan baik Helio mau pun William
"Maaf mengganggu Anda yang sedang belajar, Putri."Ya, Sesaat setelah Helio meminta untuk mempersiapkan keberangkatannya besok ke kediaman Foster, para pelayan langsung mempersiapkannya malam itu juga, berjaga-jaga jika Helio nantinya benar-benar akan pergi di waktu fajar. Tentu saja, menempuh perjalanan ke kediaman Foster tidak dekat. Helio memilih untuk melewati jalan pintas yang diberi tahu oleh Mikhail pada Althea. Jika kalian bertanya, dari mana Helio mengetahuinya? Tentu saja ia menguping pembicaraan Mikhail dengan ajudannya saat akan pergi ke kediaman Foster beberapa bulan yang lalu. Walaupun itu adalah insiden yang tidak disengaja, sebab Helio tidak berniat menguping, tapi suara mereka telah terdengar karena saat itu lelaki itu sedang melewati kamar Mikhail.Berbicara tentang Mikhail, saat ini ia sedang berada di wilayah selatan dari Kerajaan Hymnea, yaitu Kerajaan Karsari, di mana akhir-akhir ini kedua kerajaan ini sedang membuat kesepakatan kerja sama. Namun, entah mengapa p
Sesaat setelah Helio selesai dengan perkataannya, Althea mau tak mau dibuat merinding untuk mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa Pangeran William mempunyai maksud tertentu, dan ternyata sudah direncanakan sejak lama. Masalahnya, dari mana dan apa sebenarnya tujuan dari Pangeran William? Apa ia mau mengusir Helio seperti saat Selir Livia dulu mengusur Helio? Althea sungguh tidak habis pikir."Apa tujuan Pangeran William melakukannya? Jika ia tertarik pada takhta, harusnya Pangeran mengincar Mikhail, bukan Anda," gumam Althea."Entahlah, aku juga tidak bisa memahami jalan pikirannya. Tetapi tampaknya, tujuannya bukan takhta," Helio menyesap tehnya, lalu meletakkan cangkirnya bersamaan dengan lanjutan ucapannya, "melainkan sihir."Althea terdiam sejenak. "Sihir. Jika begitu tujuannya, apa dia mengetahui sesuatu tentang penyihir agung?" Helio mengangkat bahu. "Mungkin saja dia mengetahuinya. Dari cara bicara dan tatapannya, aku yakin dia adalah orang yang mengetahui sihir dengan luas."
Helio menutup buku yang mengisahkan kisah Hwamelton. Lelaki itu terdiam sejenak, membuat suara jarum jam berdetak kian keras memenuhi perpustakaan Istana. Setelah membaca keseluruhan kisahnya, Helio menjadi paham secara garis besar siapa itu Hwamelton.Ratu Grace, yaitu Ratu pertama yang ada di Kerajaan Hymnea memiliki kekuatan sihir yang begitu besar, sehingga tidak bisa ditampung oleh tubuhnya sendiri, hal itulah yang membuat ia menjalin kontrak dengan penyihir agung di Negerinya. Negeri asal Ratu Grace memiliki beberapa penyihir hebat dan keluarga Ratu itu salah satunya. Lalu, soal Hwamelton... Itu adalah sebuah nama pemuda yang sedang mempelajari ilmu sihir di akademi sihir. Hwamelton merupakan nama julukannya. Sedangkan nama aslinya adalah Frederick Immanuel Von Aletton. Ratu Grace dan Frederick merupakan teman dari mereka kecil, hingga saat sama-sama berada di akademi. Karena Ratu Grace mengambil bidang ekonomi, di mana jurusan itu lebih cepat tamat dibandingkan ilmu sihir yan
Althea melirik buku yang diberi Helio tadi siang. Buku itu memiliki ukiran yang indah. Kalau kata Helio, buku ini seperti buku novel romansa yang terpulas kisah tragis. Althea sempat dengar kisahnya secara garis besar. Namun, Helio memberikannya buku itu kalau-kalau ia perlu memeriksa detail kisah itu. Siapa tahu di dalam sana terdapat petunjuk yang mereka berdua tidak sadari. Sebelum tidur, kebiasaan Althea adalah membaca buku agar dirinya cepat mengantuk dan tidur dengan nyenyak. Namun, jika ia tidak bisa tidur juga, gadis itu akan berjalan-jalan di taman rumahnya, dan akan kembali jika sudah mengantuk.Pernah suatu kali, Althea terjaga dari tidurnya. Saat itu tengah malam, dan para pelayan kebanyakan sudah tidur di kamarnya masing-masing. Althea yang merasa tidak enak membangunkan mereka hanya untuk menemaninya jalan-jalan di taman akhirnya memutuskan untuk keluar sendiri sembari menikmati angin malam yang dingin.Walaupun taman utama keluarga Foster memiliki gaya labirin, di mana
"Halo."Helio kontan mengelus dadanya. Ia kira akan bertemu makhluk yang sekiranya tidak bisa ditebak. Yah walaupun orang dihadapannya kini tidak terduga juga, setidaknya Helio merasa lega, sedikit."Apa-apaan kau? Aku hampir jantungan dibuatnya." "Kau tidak sopan sekali ya, Adikku." Mikhali berjalan menuju ranjang tempat Helio berada, lalu mencubit pipinya dengan beringas. "Aku datang bukannya disapa atau disambut, tapi malah disuguhi oleh perkataan yang bisa membuatmu di penjara," lanjutnya sambil mencubit pipi Helio. Lelaki itu tidak menghiraukan jeritan Helio yang sudh meronta-ronta untuk melepaskan cubitan Mikhail."Aaah lepas! Kau tidak tahu aku habis latihan hari ini! Lihat nih tanganku! Aku sudah seperti lelaki sejati!" Helio menunjukkan telapak tangan yang penuh akan kapalan di mana-di mana membuat Mikhail menyemburkan tawa yang membuat Helio lagi-lagi kesal. Apa tidak bisa seorang Mikhail tidak tertawa meledek padanya? Apalagi di hari kepulangannya ini bikin Helio jadi bata
"Ada apa orang sibuk ke sini?" Canda Althea saat dirinya dan Mikhail tengah berada di rumah kaca keluarga Foster. Mikhail cemberut, "kita sudah tidak bertemu selama dua bulan, inikah balasanmu pada teman terganteng ini, Hera?"Althea berdecak. Dibalik sikap wibawa dan bijaksananya sebagai seorang Putra Mahkota, Mikhail terkadang sangat usil dan jahil kepada Althea. Bahkan hingga kini Althea tidak bisa memandang Mikhail sebagai Putra Mahkota yang berwibawa.Aktgea menyeruput teh magnolia favoritnya. "Jadi, apa kau ke sini hanya untuk bersantai ria denganku?"Mikhail bertepuk tangan sekali, seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh teman kecilnya. "Tepat sekali Heraku. Akhir-akhir ini aku cemburu loh."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Cemburu kenapa?"Mikhail mengangkat bahunya, sambil memakan camilan ia memandangi tanaman yang ada di rumah kaca, "akhir-akhir ini kan kau sering main dengan Helio." Senyap sejenak, hingga akhirnya suara Mikhail kembali memecah kesunyian. "Aku cemb
"Aku... tidak mengerti."Althea menyeruput tehnya, "bagian mananya?""Jika teori yang kau bilang itu benar, itu semua tidak ada hubungannya dengan Pangeran William dan alasan dia menguntitmu lebih awal."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Yah, Pangeran William memang tidak ada hubungannya dengan cerita Hwamelton. Cerita ini," ucap Althea sembari mengetuk buku di hadapan Helio."...Tentu ada hubungannya dengan Penyihir Agung," lanjutnya."Hmm lalu?""Seperti yang kubilang sebelumnya, aku pernah bertemu penyihir agung saat berada di perpustakaan istana. Ia mengatakan jika separuh jiwanya akan bereinkarnasi."Helio terdiam sejenak, lalu memandang Altgea dengan pandangan tidak percaya. "Jangan bilang kau berpendapat bahwa reinkarnasi dari penyihir agung adalah Pangeran William?" Althea menganggukkan kepalanya. "Yah, kau benar. Jika Pangeran William ingat di kehidupan sebelumnya dia adalah penyihir agung, semua yang terjadi akan masuk akal!"Helio tercenung, "wah... aku merinding."Alt