"Halo."Helio kontan mengelus dadanya. Ia kira akan bertemu makhluk yang sekiranya tidak bisa ditebak. Yah walaupun orang dihadapannya kini tidak terduga juga, setidaknya Helio merasa lega, sedikit."Apa-apaan kau? Aku hampir jantungan dibuatnya." "Kau tidak sopan sekali ya, Adikku." Mikhali berjalan menuju ranjang tempat Helio berada, lalu mencubit pipinya dengan beringas. "Aku datang bukannya disapa atau disambut, tapi malah disuguhi oleh perkataan yang bisa membuatmu di penjara," lanjutnya sambil mencubit pipi Helio. Lelaki itu tidak menghiraukan jeritan Helio yang sudh meronta-ronta untuk melepaskan cubitan Mikhail."Aaah lepas! Kau tidak tahu aku habis latihan hari ini! Lihat nih tanganku! Aku sudah seperti lelaki sejati!" Helio menunjukkan telapak tangan yang penuh akan kapalan di mana-di mana membuat Mikhail menyemburkan tawa yang membuat Helio lagi-lagi kesal. Apa tidak bisa seorang Mikhail tidak tertawa meledek padanya? Apalagi di hari kepulangannya ini bikin Helio jadi bata
"Ada apa orang sibuk ke sini?" Canda Althea saat dirinya dan Mikhail tengah berada di rumah kaca keluarga Foster. Mikhail cemberut, "kita sudah tidak bertemu selama dua bulan, inikah balasanmu pada teman terganteng ini, Hera?"Althea berdecak. Dibalik sikap wibawa dan bijaksananya sebagai seorang Putra Mahkota, Mikhail terkadang sangat usil dan jahil kepada Althea. Bahkan hingga kini Althea tidak bisa memandang Mikhail sebagai Putra Mahkota yang berwibawa.Aktgea menyeruput teh magnolia favoritnya. "Jadi, apa kau ke sini hanya untuk bersantai ria denganku?"Mikhail bertepuk tangan sekali, seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh teman kecilnya. "Tepat sekali Heraku. Akhir-akhir ini aku cemburu loh."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Cemburu kenapa?"Mikhail mengangkat bahunya, sambil memakan camilan ia memandangi tanaman yang ada di rumah kaca, "akhir-akhir ini kan kau sering main dengan Helio." Senyap sejenak, hingga akhirnya suara Mikhail kembali memecah kesunyian. "Aku cemb
"Aku... tidak mengerti."Althea menyeruput tehnya, "bagian mananya?""Jika teori yang kau bilang itu benar, itu semua tidak ada hubungannya dengan Pangeran William dan alasan dia menguntitmu lebih awal."Althea mengangkat salah satu alisnya. "Yah, Pangeran William memang tidak ada hubungannya dengan cerita Hwamelton. Cerita ini," ucap Althea sembari mengetuk buku di hadapan Helio."...Tentu ada hubungannya dengan Penyihir Agung," lanjutnya."Hmm lalu?""Seperti yang kubilang sebelumnya, aku pernah bertemu penyihir agung saat berada di perpustakaan istana. Ia mengatakan jika separuh jiwanya akan bereinkarnasi."Helio terdiam sejenak, lalu memandang Altgea dengan pandangan tidak percaya. "Jangan bilang kau berpendapat bahwa reinkarnasi dari penyihir agung adalah Pangeran William?" Althea menganggukkan kepalanya. "Yah, kau benar. Jika Pangeran William ingat di kehidupan sebelumnya dia adalah penyihir agung, semua yang terjadi akan masuk akal!"Helio tercenung, "wah... aku merinding."Alt
Sraaak...Althea membuka tirai jendela kereta kuda, matanya melebar ketika melihat pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya. Sesuai janji Helio, Lelaki itu mengajak Althea untuk mengunjungi suatu tempat yang menurutnya cukup bagus saat didatangi pada saat musim gugur. Althea kira Helio akan membutuhkan beberapa hari untuk membuat janji temu dengannya lagi, tapi ia tidak menyangka jika Helio membuat janji keesokan harinya. Yah, tidak ada yang salah dengan hal itu, hanya saja Althea tidak menduganya. Dan untuk saat ini juga Althea tidak menduga jika tempat yang akan mereka datangi memang secantik ini. Untuk sesaat Althea berpikir bahwa ke mana saja ia selama ini? Dia bahkan baru tau tempat seindah ini ada di dalam Kerajaan Hymnea.Mereka turun dari kereta kuda yang membawa mereka sampai ke sini. Althea masih memandang kagum pada pemandangan yang ada di hadapannya. Padahal Althea sering melihat musim gugur, tapi entah kenapa tempat ini jadi jauh lebih indah ketimbang tempat-tempat
Keduanya sama-sama terdiam setelah perkataan Mikhail terlontar beberapa menit yang lalu. Dalam sekejap, suasana canggung kembali tercipta. Helio tidak tahu ia harus merespon apa. Sungguh, bukannya ia bermaksud untuk merebut orang yang disukai Mikhail, tapi jika Helio terus menerus menekan perasaannya, ia malah akan lebih menyukai Althea dan merasa bersalah pada Mikhail. Bahkan sekarang, setelah Mikhail mengatakan hal itu saja sudah membuat rasa bersalah Helio semakin besar pada kakaknya. Huft, ternyata menjadi dewasa memang sulit. Helio jadi ingin kembali menjadi muda dan tidak perlu memikirkan hal rumit seperti ini.Mikhail yang membuat Helio malah terdiam dengan wajah kian tertunduk mulai merangkul bahu Helio, lalu menepuk-nepuk pelan bahunya. "Hei, kenapa kau begitu? Sudahlah, jangan merasa terbebani. Aku malah senang jika kau menemukan orang yang pas. Dan..."Tangan Mikhail meraih rambut adiknya untuk diacak-acaknya. "...aku lebih senang, jika orang itu teman kecilku. Setidaknya,
Althea terdiam mendengar jawaban Helio. "Itu berarti, akan sulit untuk menemui dan menginterogasinya lebih lanjut," gumam Althea.Helio mengangguk, "selama Pangeran William menghilang, tidak ada orang yang bisa menemukan keberadaannya. Bahkan Raja sampai membiarkan hal ini terjadi."Althea menghela napas, lalu kembali menyesap teh chamomile. "Yah, mau bagaimana lagi. Kita hanya bisa menunggu saat dia sudah selesai bersembunyi.""Ya, mau tak mau harus menunggu. Lagipula, lingkaran dan kemampuan sihirku masih terbatas jika mencari orang," timpal Helio.Mereka pun kembali melnjutkan obrolan ringan hingga tak sadar hari kian sore. Helio yang pertama kali menyadarinya, "hari sudah sore, tidak terasa waktu berlaku begitu cepat."Althea menganggukkan kepalanya. "Kau benar, langit sudah jingga," ucapnya sambil memandangi langit.Tangan Althea bergerak ke atas membentuk sudut, menampilkan langit beserta awan yang ada di dalam sudut tangannya. "Andai saja ada benda yang bisa mengabadikan langit
Helio berangkat menuju Istana Putra Mahkota dengan Sir Lucas. Walaupun hari sudah malam, tapi karena kejadian yang baru-baru ini terjadi, seluruh Istana Putra Mahkota ramai, lampu masih hidup, dan para kesatria berjaga di mana-mana. Helio juga melihat kereta kuda Ibunya yang berada beberapa meter di hadapannya. Kemungkinan Raja juga datang karena biasanya ia tidak membiarkan Ratu bepergian sendiri malam-malam.Setelah Helio turun dari kereta kuda, ia langsung berjalan cepat menuju Istana Putra Mhkota. Seluruh orang yang berada di sana langsung bersikap hormat. "Di mana Kakak?""Yang Mulia Putra Mahkota berada di dalam kamarnya, mari saya antar Pangeran." Kepala pelayan pun mengantarkan Helio memasuki kamar Putra Mahkota.Helio memasuki kamar Mikhail, dan melihat orang tuanya yang sudah berada di kamar tersebut. Mikhail yang melihat Helio datang lagi-lagi kembali menghela napas. "Kau juga datang?"Ratu memukul punggung Mikhail. "Tidak boleh begitu pada adikmu. Dia ke sini karena khawa
Tok Tok Tok..."Masuk," seru Mikhail.Beberapa saat kemudian, kepala pelayan Istana Putra Mahkota memasuki ruang kerja, lalu memberi hormat. "Yang Mulia, saya sudah menyelidiki yang Anda katakan semalam. Terkait kejadian semalam, Putri Edelyn maupun Selir Livia tidak keluar dari Istana mereka, bahkan beberapa hari mereka menetap di sana. Menurut pernyataan saksi para pelayan, tidak ada tamu yang datang ke istana itu, dan sudah beberapa hari terakhir Selir Livia tidak sadarkan diri."Mikhail berhenti menulis dokumennya, ia mengerutkan dahinya lalu mengangkat kepala menghadap kepala pelayan. "Selir Livia tidak sadarkan diri?""Ya, Yang Mulia. Saat ini pun Putri Edelyn sudah tidak berada di istananya dan menginap di Istana Selir.""Hmm..." Mikhail tampak mengetuk-ngetuk jari pada kursi. Ia merasa ada tang ganjal di Laporan kepala pelayan, tapi siapa pun yang tahu jika laporan itu sudah benar-benar sempurna. "Aku akan menemui Selir Livia. Sampaikan pada pelayan untuk segera menyiapkan