Tahun demi tahun telah berlalu begitu cepat. Semenjak hari itu, Eadric tak lagi berkunjung datang. Tampaknya ada kesibukan tertentu sehingga membuatnya tak bisa datang. Masa kanak-kanak telah berakhir, Halbert dan Gaston kini sudah beranjak remaja dengan usia 15 tahun. Menggunakan pakaian biasa, keduanya menyelinap masuk ke wilayah sana guna mengintip apa yang sedang terjadi di sana.Lantaran terdapat banyak calon prajurit berbaris di halaman terbuka, serta dengan sosok Eadric yang mengatakan sepatah dua kata. “Hei, paman itu bukannya yang pernah kita temui ya?”“Iya, kita bertemu dengannya. Tapi dia terlihat masih muda, jadi lebih baik panggil dia kakak saja.”“Eh, tapi kudengar dia adalah Putra Mahkota, orang yang akan jadi raja nantinya.”“Benarkah? Kalau begitu dia sudah berumur untuk menikah?” “Aku tidak tahu sampai situ. Tapi dia tidak pernah terlihat kalau dia memiliki kekasih.”“Hahaha, benar juga ya.” Di tengah pidato berkelanjutan, Eadric membuka mata lebar-lebar ke sud
Naiknya tahta Eadric, sebagai Raja di Kerajaan bagian Barat membuat perubahan besar terhadap perselisihan perang. Namun, hal tersebut harus dilalui selama 5 tahun lamanya. Dalam 5 tahun kelompok Pedang Raja yang merupakan tangan kanan Raja langsung, dipimpin oleh Halbert. Banyak prestasi yang mereka dapatkan sehingga posisi mereka dijunjung tinggi. Lalu, dalam kesenjangan perang di mana musuh mulai terpukul mundur. Sesaat kedamaian berlangsung, terjadi sesuatu pada Gaston.[Selamat siang. Maaf menganggu waktu kesatria seperti Anda. Kami dari keluarga Bruke, ingin membicarakan sesuatu, bisakah Anda datang ke kediaman kami?]Surat singkat itu ditujukan untuk Gaston dari Marquis Bruke. Dari bangsawan yang memiliki posisi tak tergoyahkan. “Halbert! Aku akan pergi sebentar. Bisakah kau menunggu di perpustakaan?” tanya Gaston.“Apa? Kenapa? Apa yang ingin kau lakukan?”“Sepertinya ini semacam undangan makan malam atau apa.”“Eh, kau diundang sementara aku tidak? Menyebalkan.”“Jangan mer
Terjatuh dalam kesedihan yang mendalam, sengaja ia tak pernah memberitahukan kesedihannya itu pada temannya. Namun berita itu sudah tersebar dari mulut ke mulut. “Aku turut berduka atas kematian orang tuamu, Gaston.”“Tak apa. Kami baru akrab selama satu hari. Itu tidak membuatku sedih.”“Tapi kau ingin disayang oleh orang tua bukan? Mengingat kita berdua dari lahir tidak punya orang seperti itu.”“Bagaimana dengan kekuargamu?” tanyanya mengalihkan topik pembicaraan.“Keluargaku keluarga kesatria. Mereka semua adalah prajurit, itu kalau laki-laki. Tapi kalau yang perempuan seperti kakak perempuan atau ibuku, mereka bekerja sebagai Penyihir.”“Wah, sepertinya ramai sekali. Boleh aku ke sana?” “Boleh!” Perjanjian mereka akan bertemu di perpustakaan, tapi siapa sangka setelah mengalami kekelaman tersebut dalam keluarga Bruke, Gaston tidak sengaja mendapati sebuah buku asing.“Seingatku, tidak ada buku seperti ini kemarin. Buku apa ini?”Sampulnya tebal dan berwarna coklat kehitaman.
Perencanaan pengkhianatan sekaligus pemberontakan terhadap kerajaan. Benar, itu adalah hal yang akan dilakukan oleh Gaston bersama anggota Pedang Raja lainnya tanpa Halbert. Setelah merencanakannya matang-matang. Sesaat sebelum terlaksana, dirinya tetap berada di ruang bawah tanah tuk melanjutkan membaca buku sihir gelap. “Wah, sepertinya buku itu menarik. Terlihat dari sampulnya. Buku apa itu, Tuan Bruke?” tanya Diana. “Diana, kau bisa melihatnya?” “Iya. Jelas sekali,” jawabnya selagi duduk berdekatan dengan Gaston. Namun Gaston sengaja menggeser duduknya agar tak lagi berdekatan dengan wanita tersebut. Entah mengapa ia merasa risih, itulah mengapa ia memilih menghindar. “Kalau tidak ada urusan lagi, lebih baik sana pergi,” usir Gaston secara kasar. “Baik, baik. Duh, Tuan Bruke ini,” gumam Diana lantas pergi. Selembar demi selembar ia kembali membacanya. Hingga menemukan sebuah catatan tulisan seseorang yang terselip di antara dua halaman. [Jiwa yang besar mampu menopang seg
Ikatan yang melebihi seorang teman, saudara. Itulah sebutan yang terlintas dalam benak mereka begitu melihat Gaston dan Halbert bersama. Selalu saja terlihat mereka yang terus-menerus melebarkan senyum seakan kedamaian telah ada di depan mata mereka. Namun suatu insiden yang melibatkan sihir gelap membuat semuanya menjadi kacau. Walau itu tidak terlihat di depan mata, tetap saja terasa begitu jelas. Hari ketika ia sedang menjalankan rencana, membuat para anggota pedang Raja sebagai tumbal tuk memancing Raja Dunia Bawah, justru terjadi hal tak diinginkan. Pedang perak berlumur darah memantulkan wajah bengis, tertawa. Namun air mata mengalir seakan sedang menangis. Tidak. Ya, dia benar-benar sedang menangis akan kejadian hal ini. Darah yang terciprat itu milik Halbert, ketika tahu bahwa dirinya lah yang membunuh temannya sendiri, ia sangat syok hingga tak kuasa menahan kedua kaki sampai ia terjatuh di atas tanah. “Raja Dunia Bawah, apa ini perbuatanmu? Jadi selama ini aku merasa k
Ikatan yang melebihi seorang teman, itulah saudara. Saudara tak tergantikan, yang selalu ada sejak kecil. Namun itu hanyalah ikatan di masa lalu.***Dengan sentuhan jari di dahi, membuat kepala Halbert terasa begitu sakit hingga dirinya menjerit bahkan berguling-guling di lantai lantaran rasa sakitnya sungguh tak tertahankan. Setelah menunggu selama beberapa saat, rasa sakitnya mereda dengan semua memori seseorang berada dalam kepalanya saat ini. “Ugh, pusing. Mual,” gerutu Halbert. “Hei, sudah sadar? Maaf ya aku sengaja membuatmu harus mengingat semua itu.” “Ah, siapa?” tanya Halbert seraya berwaspada dengan sikap bertarung. “Jangan terlalu berwaspada. Seharusnya kau tahu siapa aku 'kan?” Saat sosok pria tak jelas itu membuka tudungnya, Halbert pun terkejut. Tanpa sadar ia mengingat sosok pria itu tengah bercermin dengan menggunakan jas putih. “Aku? Bukan ...kau, Andrew. Ingatan ini, ulahmu ya?” terkanya.“Ya. Benar. Maaf ya. Tapi dengan ingatan itu, cukup bagimu mengerti aka
“Gaston, kau mengingat janji kita. Tapi apa kau tidak ingat bagaimana cara yang kau inginkan untuk membuat janji disepakati?” “Aku ...kita berjanji, untuk mengubah dunia ini. Dengan nyawamu, kita bisa melakukannya.”“Itu ...,” Titisan Valkriye membuat Raja Dunia Bawah bangkit. Jika dibunuh, tentu Raja Dunia Bawah akan mati. Tapi bagaimana jika titisan itu sudah berubah menjadi undead lalu Raja Dunia Bawah masih menetap? Maka itu tidak masuk akal. “Jiwaku sudah tidak semurni itu. Kalaupun benar aku adalah titisan itu, lantas kenapa aku jadi bagian dari sihir gelap? Bukankah titisan dengan Raja Dunia Bawah saling terhubung? Dan kalau benar, dari mana dia dapat kekuatan untuk bertahan?” tanya Halbert. “Itu pertanyaan yang masuk akal. Aku pun membangkitkanmu karena tahu Raja Dunia Bawah masih hidup,” tutur Andrew. “Ah, begitu rupanya. Sayang sekali, karena kalian sudah mengetahuinya. Sayang sekali,” ucap Gaston dengan menyeringai lebar. Senyum lebar tak menampakkan barisan gigi, ent
“Sedari awal, bencana telah lama mengintai. Kita harus lakukan sesuatu yang bahkan akan merugikanmu sendiri nantinya, Mr. Undead,” tuturnya sesaat sebelum berteleportasi.“Apa? Tunggu!” Terlambat sudah bagi Halbert berbicara, lantaran Andrew telah melarikan diri setelah memberinya peringatan. “Ck, pria itu sungguh tidak bisa diharapkan!”Berbagai potongan mulai terkumpul, Halbert yang merasa bahwa inilah tujuannya hidup sekarang. Mulai merasa letih, jika kembali mengingat apa yang ia lakukan ketika bangkit waktu itu. “Aku paling benci dengan orang yang berkhianat. Gaston, aku harap apa yang aku rasakan tidak salah. Kau membunuhku bukan karena keinginanmu melainkan kau sedang dikendalikan, aku memilih untuk percaya itu.”Tetapi, Halbert kesulitan melepas rasa relanya. Lantaran ia sudah dua kali terbunuh dengan cara yang sama itupun oleh orang yang sama pula. Perasaannya mungkin bimbang, tapi di satu sisi ia berusaha mengingat setiap kebaikan Gaston kepadanya. “Hawa di kediaman ini b