“Semuanya siap, kita harus lepas landas.” Elaina melapor kepada Ratha.“Tidak ingin menguji kemampuan dulu? Tentara Brazil bersama organisasi mafia dari negara Brazil sedang menuju ke sini.” Kata Ratha. “Mereka berkerja sama dengan tentara Brazil untuk menyerang di sini.”“Tidak, perintahnya adalah pulang.” Agnes tiba-tiba bergabung.Lavrinda menghubungi mereka semua. “Ganti rencana. 05-1 dan 03 tetap tinggal, aku ada tugas tambahan bagi kalian. 04 kamu bisa ikut pulang.”“Kalau begitu sekalian aku ikut mereka saja 02.” Balas Agnes. “Apa tugasnya? Aku tidak enak meninggalkan temanku di sini.”“Kalau kamu ikut berarti aku akan benarkan sebentar rencananya. Inti tugasnya adalah kalian membunuh salah satu petinggi pemerintahan Brazil. Mentri pertahanannya lebih tepatnya, dia mengkhianati kita.” Kata Lavrinda.“Kalau begitu kirimkan kargo suplai tambahan untuk tugas itu.” Sela Ratha. “Peralatan di sini minim dan tidak mendukung untuk menciptakan itu.”“Kamu sudah cukup Ratha. Aku akan men
Tubuh Ratha berkeringat dengan deras. Herman dan para peneliti lainnya segera masuk ke dalam ruang percobaan dan menyelamatkannya. Tubuhnya kini bergoncang-goncang layaknya orang kesurupan.Beberapa peneliti berusaha untuk menyadarkan Ratha yang berada di alam bawah sadarnya. Lavrinda memasuki ruangan itu dan mendekati kekasihnya. Ratha terdiam begitu Lavrinda ada di dekatnya.“Sepertinya di simulasinya dia terlalu berlebihan menggunakan kekuatan barunya.” Kata Herman.“Butuh waktu baginya untuk mengendalikannya Papa. Begitu juga dengan Agnes di ruangan sebelah.” Lavrinda memeluk kekasihnya yang tertidur tenang. “Copot peralatannya. Cukup untuk hari ini.”“Paling tidak dia hari ini harus mengendalikan laju mutasinya.” Kata Herman dan mencegah Lavrinda mencopot peralatan penelitian mereka. “Kejar target, besok para keluarga Freemason dan keluarga mafia besar lainnya datang untuk melihat hasil penelitian kita.”“Uuuh,” Lavrinda mendengus kesal. “Sambungkan aku dengan simulasinya. Gunaka
“Sayang,” Ratha berkata.Lavrinda telinganya berdiri dan mendengarkannya. “Ada apa?”“Apakah kita di lab itu juga mengembangkan virus?” tanya Ratha.“Hmmm.” Jawab Lavrinda. “Menurutmu?”“Saat koma, aku mengalami mimpi. Elaina kembali, Crandespol adalah tumbal untuk membangkitkan virus Adam, Hawa, Hawav2, Lilith. Apakah itu benar?” tanya Ratha. “Rasanya terasa nyata sekali.”“Kamu berbicara apa?” tanya Lavrinda. “Jangan ngomong yang aneh-aneh. Crandespol sebagai obat kanker saja. Dari penjualan obat kanker ini kita bisa kaya raya dan negara juga mendapatkan bagiannya.”“Lalu soal Elaina. Dia memang kembali, tapi kamu tidak boleh menyebut namanya di dekatku. Aku masih kesal kepadanya karena dulu dia mencoba merebutmu dariku.” Lavrinda beranjak dari sofa kamarnya menuju kasur tempat Ratha berada.Lavrinda menyalakan lampu tidurnya dan berbaring di samping kekasihnya. Gadis itu mengecup pipi kekasihnya sebelum tidur. Ratha membalasnya dengan memeluk istrinya dengan erat. “Selamat tidur.”
“Perjanjiannya tidak begitu.” Ratha menggebrak meja di hadapannya. “Anda mau berkhianat kepada kami?”“1 Milyar nilai semua narkoba itu. Lalu kamu susah menjualnya? Tidak usah takut dengan kartel kacangan. Kita didukung oleh negara.” Tambah Ratha.“Maaf, kalau uang setorannya kurang. Ada seseorang yang menghambat kami.” jawab Diego. “Anak SMA di daerah kami pada berkumpul dan menolak narkoba.”“Baiklah. Akan aku beri waktu lagi. Sekarang pulang ke daerah.” Balas Ratha dan mengusir anak buahnya itu.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya. Kemudian mengunci dirinya di dalam kantornya setelah Diego pergi. Perasaannya tidak enak, ada sesuatu yang mengganjal tentang ingatannya.Pria itu berjalan perlahan di dalam kantornya, pikirannya berkecamuk. Setelah Diego pergi, dia mengunci pintu dan duduk di kursi kerjanya, mencoba merangkai kepingan ingatannya yang terasa ganjil. Ada sesuatu tentang kelompok anak SMA yang menolak narkoba itu. Sesuatu yang membuatnya tidak tenang.Ratha mengh
Mereka berdua berdansa diiringi lagu klasik. Kedua mantan kekasih tersebut beradu kelihaian dalam berdansa. Elaina tersenyum dan jatuh dalam pelukan Ratha. “Lavrinda dan Agnes saat ini masih pergi dalam waktu yang lama.”“Kamu mau keluar bersamaku untuk berjalan-jalan? Ini hari minggu, waktumu bersamaku seharian penuh.” Elaina bertanya.Ratha menatap lembut mata kekasih ketiganya itu. Dituntunnya mereka keluar dari ruang bawah tanah itu menuju kantornya lagi. “Sesampainya di atas kamu harus berpura-pura. Begitu juga denganku. Jika Herman memanggilku, itu pastinya ingatanku akan dihapus lagi. Gunakan kode itu lagi ya untuk membangkitkanku.”“Iya, aku tahu.” Elaina memeluk Ratha dengan erat sebelum mereka pergi dari ruang rahasia itu. Setelah keluar dari ruang rahasia, mereka bertindak seperti biasanya. Mereka berdua keluar dari gedung operasional organisasi mereka.Angin sepoi musim semi menerpa mereka. Jalanan lumayan sepi sore itu. Mereka berdua memilih berjalan kaki menuju taman di
“Menikmati waktumu bersama Elaina?” tanya Lavrinda begitu suaminya masuk ke dalam rumah utamanya. Ratha melepaskan sepatunya dan menanggalkan jasnya di gantungan mantel.“Hmm, tidak. Aku lebih suka menghabiskan waktu bersamamu.” Jawab Ratha dan memeluk Lavrinda.Jawaban dari Ratha membuatnya senang. Gadis itu segera menyuruh kekasihnya untuk segera masuk. Dituntunnya kekasihnya itu ke ruang makan dan meminum teh bersama. Agnes bergabung dengan mereka.“Bos Herman memintamu untuk pergi ke laboratorium sebentar sebelum berangkat untuk mengurusi para pengganggu bersamaku.” Kata Agnes membuka pembicaraan.“Cek medis ya? Baiklah.” Balas Ratha. “Jadi agenda kita bertiga hari ini apa?”“Tidak ada, hanya mengerjakan tugas administrasi harian organisasi. Setelah itu kita bebas.” jawab Lavrinda. “Aku ingin kamu mengajariku menembak. Aku iri kepada Agnes bisa jadi sehebat itu dalam menembak.”“Kalau begitu kita bertiga ke lapangan tembak saja setelah bekerja.” Saran Ratha.“Ah ya ide bagus.” Bal
Sedikit demi sedikit pria itu berjalan mendekati ujung tepian atap. Baru saja ia dipecat dari kerjaannya. Terbayang sudah bagaimana ia akan gagal membayar utang keluarganya. Dengan kekasihnya yang abusif lebih baik dia meninggal saja. “Aku akhiri saja hidup ini.”“Hei! Seenaknya saja numpang bunuh diri di gedungku.” Maria mendekati pria yang hendak melompat itu. “Turun!”“Ceritalah kepadaku, aku akan mendengarkannya.” Perintahnya.Pria menampakkan wajahnya. Muka lebam penuh dengan bekas pukulan. Pria tersebut duduk di pinggiran atap. Maria mendekatinya dan menuntunnya untuk menjauh dari pinggiran atap. Sekilas dilihat olehnya di bagian leher pria itu bekas sundutan rokok ada di mana-mana.“Sepertinya kamu habis saja mengalami hari yang buruk. Bagaimana kalau kamu cerita sekarang?” tanyanya.Pria itu terdiam, matanya tampak kosong. Tanpa Maria duga pria itu berlari ke arah pinggiran atap. Dikejarnya dan Maria berhasil menjegalnya untuk jatuh ke lantai. “Hei! Kamu kira membunuh dirimu m
“Semuanya lenyapkan barang bukti ini. Pertemuan aliansi berikutnya aku akan mengejutkan kawan kita dengan aku muncul hidup-hidup.” Perintah Maria. “Kamu, Ratha ikut aku pulang. Kamu sudah tidak punya tempat untuk pulang kan?”“Baik.” jawab Ratha dengan menurut.“Kamu penurut sekali. Apa kamu didik oleh Herman untuk tidak melawan?” tanya Maria.Ratha tidak menjawab dan berdiri di depan Maria. “Aku tidak bisa menjelaskannya.”“Yah aku sudah tahu dari beberapa bekas luka pada dirimu.” Jawab Maria. Mereka berdua menuju ke mobil pribadi milik Maria. “Supirkan, aku tidak bisa menyetir akibat tanganku ini.”“Baik.” jawab Ratha. “Ke rumah sakit lagi?”“Rumah. Ikut GPS yang ada di mobil.” Jawab Maria.“Baik.” Ratha kemudian terdiam.“Seperti robot saja.” gumam Maria.“Mohon maaf, kebiasaan saya waktu di militer dahulu.” Balas Ratha. “Aku akan mencoba tidak berbicara formal di depanmu.”“Itu lebih baik.” Maria membalas. “Kasus kematian keponakanmu ini pasti tidak akan ditangani polisi.”“Benar