Share

Bab 1.2: Simbol kutukan bagian 1

Malam yang sama di tempat yang berbeda.

Sebuah Rumah kosong di atas bukit sekitaran Kota tersebut.

Rumah itu nampak sepi karena sudah lama ditinggalkan pemiliknya.

Indra A berdiri di sana menghadap bulan purnama di temani oleh pengawalnya yaitu Ki Barata.

"Sebaiknya kau datangi dia yang telah kubantu tadi siang, Aku ingin tahu apakah dia selamat atau tidak dan Bawalah bulu perindu ini aku mendapatkannya dari dia" Ucap Indra sambil memberikan sebuah bulu perindu kepada Ki Barata.

Bulu Perindu: Bulu Perindu adalah salah satu ajian paling mudah. Bulu ini berasal dari sehelai rambut pemiliknya yang mana bisa menunjukkan lokasi pemilik rambut ini, namun apabila si pemilik meninggal/mati maka bulu ini perlahan akan berubah menjadi putih lalu menghilang.

Beberapa saat setelah Ki Barata pergi dari tempat itu datanglah seorang Jendral Prajurit Nusantara yang menghampiri Indra lalu berdiri di sebelah kanannya. "Apa yang terjadi di kota way tadi siang?" Tanya pria itu.

Pria itu adalah Jayantaka seorang yang di hormati di Prajurit Nusantara karena ia adalah orang paling hebat pada masanya.

Indra lalu menjawab pertanyaan tersebut. "Nampaknya anakku sudah tidak berpihak kepadamu" Ucapnya sambil terus menatap langit.

Ki Jaya hanya tertawa mendengar hal itu, namun setelah tertawa ia hendak memukul wajah Indra, namun berhasil di hindari oleh Indra.

Terjadilah pertarungan kecil.

Berlanjut ke Tara dan Danan. Mereka sebenarnya tidak tertidur melainkan ada beberapa orang yang menembakkan jarum bius dan ketika mereka tak sadarkan diri orang-orang itu membawa mereka berdua ke sebuah perkemahan di tengah hutan itu.

Kelompok itu mengikat Tara serta Danan di sebuah Tiang yang berbeda di depan singgasana yang mana duduk seorang pria dengan badan besar. "Buka penutup wajah mereka berdua" Ucap pria menyuruh salah seorang anak buahnya.

Salah seorang anak buahnya langsng membuka kain yang menutupi wajah Tara dan Danan ketika kain itu di buka Danan langsung berteriak. "Sialan kalian!" Teriak Danan sambil meronta-ronta.

"Dananjaya tak kusangka apa yang diisukan itu benar kau memang tertangkap dan hampir saja terbunuh" Ucap Pria yang duduk di singgasana itu.

"Ijzen sialan ternyata kau masih hidup!" Jawab Danan dengan nada tinggi.

"Lepaskan dia, dia tidak mengetahui permasalahan ini!!" Lanjut Danan dengan nada yang sama.

Ijzen hanya tertawa mendengar hal itu kemudian ia berdiri dan mendekat ke mereka berdua. "Lihat apa yang kau bawa Danan seorang yang memiliki tanda kutukan" Ucap Ijzen sambil mengarahkan pedang ke tangan kiri Tara. Ijzen lalu berbalik dan berucap. "Apakah kau tahu simbol itu?" Tanya Ijzen kepada Danan.

"Apa yang sebenarnya terjadi, seseorang bisa ceritakan kepadaku?" Tanya Tara dengan penuh rasa penasaran.

"Panggilkan dukun itu" Ucap Ijzen kepada salah seorang anak buahnya.

"Baik pak" Jawab anak buahnya yang kemudian pergi.

Dukun itupun datang lalu memberi hormat kepada Ijzen. "Aku disini tuan" Ucap Dukun sambil memberi hormat.

Ijzen menunjuk Tara lalu berucap kepada dukun itu. "Ki anak itu memiliki tanda kutukan kita harus membuktikan apakah itu benar jika iya maka kita akan mendapatkan bayaran" Ucap Ijzen.

Tanda kutukan adalah sebuah tanda terlarang pemerintahan Nusantara akan membayar apabila ada orang yang menyerahkan orang bertanda kutukan ini. Karena konon katanya tanda ini apabila bersatu maka akan memunculkan kembali Raja Siluman.

Dukun sebenarnya sedikit ragu untuk melakukan hal itu karena ia tahu konsekuensinya. "Tapi tuan bukankah itu terlalu berbahaya?" Tanya sang Dukun dengan penuh keraguan.

Sang duku sebenarnya ragu akan hal itu namun disisi lain ia takut apabila menolak maka Ijzen sendirilah yang akan membunuhnya pada akhirnya dengan berat hati ia terpaksa duduk bersila di sebelah kiri Tara. "Tutupi wajahnya" Ucap sang Dukun.

Tara kemudian berteriak. "Apa yang hendak kau lakukan padaku" Teriaknya sambil meronta-ronta.

Setelah wajah Tara di tutup oleh kain hitam tadi akhirnya sang Dukun membacakan mantra

Wahai penguasa Cai, Seune, Angin, Taneuh, Beusi, Jeung Petir. Kadieu!!! Kadieu!!! Aing manggil maraneh kabehan!!!

Mantra tersebut memang berhasil ia gunakan namun bayarannya adalah dia tewas seketika.

Ketika sang Dukun tewas Tara lalu berdiri dan merobek penutup wajahnya.

Suara Tara saat itu berubah. "Aya naon sia manggil aing kadieu!!(Ada apa kalian memanggil saya kesini!!)" Ucap Tara dengan nada tinggi.

IIjzen lalu berdiri sambil berucap. "Prajurit serang dia!!" Teriak Ijzen.

Sedangkan Danan yang berada di sebelah Tara hanya berdiam saja melihat Tara, Tangan sebelah kiri tara berubah menjadi warna merah seperti api yang menyala dan di penuhi tato. "Sialan kenapa aku bertemu orang seperti ini" Ucap Danan dalam hatinya.

Tara lalu berdiri dan mencengkram tangan salah seorang anak buah Ijzen. "Tolong aku!!!" Ucap orang yang tangannya di cengkram Tara, seketika itu Tara langsung mematahkan tangan orang itu. "Ahhhhh Tanganku!!!" Teriak orang itu yang kemudian di lempar oleh Tara.

Tara kemudian berjalan kearah Ijzen seketika itu Tara langsung menebas kepala Ijzen.

Pertarungan di perkemahan tersebut di menangkan oleh Tara namun setelah Bertarung ia mendadak tak sadarkan diri hingga akhirnya Danan membawanya pergi dari perkemahan itu.

Mereka berdua akhirnya beristirahat di bawah sebuah pohon.

Ketika Danan melihat ke arah atas ia tidak sengaja melihat seseorang sedang berdiri di batang pohon namun ketika Danan berkedip orang itu sudah menghilang dari tempat itu.

Danan lalu berdiri dan bersiap untuk menggunakan panahnya. "Jika kau berniat jahat kemarilah aku siap melawanmu sekalipun aku mati" Ucap Danan sambil mengarahkan panahnya.

Tiba-Tiba orang yang tadi muncul dari semak belukar. "Tenanglah anak muda aku ini orang baik" Terang pria itu sambil mengangkat kedua tangannya dan berjalan ke arah mereka berdua.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status