Pria tawanan sekarang terkulai tak berdaya dalam cengkraman kuat tangan Qing Yuan yang sedang menerapkan teknik Ilmu Penyerap Ingatan. Jangankan memberontak, bahkan untuk menggerakkan jari saja terasa sangat sulit.Detik berikutnya, terdengarlah jeritan panjang si tawanan yang diteruskan oleh erangan-erangan kacau dari mulutnya.Namun, semua itu tidak membuat Qing Yuan menghentikan penerapan Ilmu Penyerap Ingatan. Suatu teknik ilmu mengerikan yang bisa menghancurkan organ dalam seseorang.Kelopak mata Qing Yuan perlahan tertutup dan semua orang di sana tidak ada yang menyadari akan adanya selarik cahaya merah kecil baru saja keluar dari ruang di antara kedua alis pemuda itu.Sinar merah sebesar biji buah persik itu melesat cepat, menembus kening si tawanan dan mulai menjelajah ke dalam ruang kesadarannya.Cahaya merah tersebut adalah salah satu serpihan roh milik Qing Yuan yang sengaja dilepaskan untuk menjelajahi ruang ingatan seseorang. Teknik ini terbilang cukup berbahaya, jika itu
Akibat emosi yang terus meledak-ledak, segelombang terjangan kekuatan bagai menghempas terbang serpihan roh Qing Yuan hingga melesat keluar dari dahi si pria tawanan dan kembali secara paksa ke dalam tubuhnya. "Sial! Siapa orang itu!" jerit Qing Yuan yang tiba-tiba saja tersentak bangun dengan wajah pucat disertai keringat bercucuran. Pemuda itu bahkan sampai terhuyung ke arah belakang sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sesak. "Ketua!" Tanpa memedulikan apa pun, Qing Sha langsung menjatuhkan tubuh pria tawanan hingga ambruk ke atas antai beralas jerami. Tangan pria itu berhasil menyambar tubuh dan menahan badan tuannya yang nyaris terjatuh. Qing Yuan linglung untuk sejenak, untuk kemudian ia menatap Qing Sha seperti melihat musuh yang sangat dia benci. Tangan pemuda itu secara tanpa sadar mencengkeram kerah baju bawahannya yang sedang tak kalah kebingungan."Kamu! Kamu menginginkan kepalaku dan juga nyawa kedua orang tuaku!" Qing Yuan membentak. "Tidak!" Qing Sha mengg
Yu Zhen menghampiri sang kakak dan mencengkeram kuat lengan kanan Yu Ling dengan wajah memerah karena marah. Pemuda itu tahu, jika kakaknya adalah seorang peminum berat yang sangat sulit untuk disembuhkan."Mei'er, ini sakit!" Yu Ling menepis dengan kasar tangan adiknya. "Tak seharusnya kau berlaku kasar terhadap tuan muda ini!""Mei'er! Mei'er ... cepat peluk aku! Aku sungguh merindukanmu. Tidak melihatmu sehari saja, rasanya itu bagai seratus tahun." Yu Ling bergerak sempoyongan dan memeluk adiknya yang ia lihat seperti Qi Mei, kekasihnya. "Aku takut, Mei'er. Aku takut saat seratus tahun kemudian ... rambutmu sudah serupa bunga kapas. Aku takut melihat kulitmu yang lembut itu, nantinya jadi mengkeriput seperti kulit kura-kura." Yu Ling masih meracau dengan mata sedikit memerah dan setengah terbuka.Tangan Yu Ling mulai bergerak nakal ke wajah Yu Zhen. Terkadang mencubit pipinya, menarik ujung hidung hingga hendak mencium sang adik. Tak bisa dipungkiri, Yu Zhen pun merasa tertekan o
Pintu terbuka akibat tertabrak tubuh Yu Ling yang seketika jatuh terjerembab di hadapan kedua orang tuanya. Yu Zhen melakukannya dengan sengaja melakukannya guna memberikan pelajaran bagi sang kakak.Yu Ling terkapar di lantai sambil meringis kesakitan, sedangkan Yu Zhen berdiri tegak dan tampak angkuh. Kedua tangannya bersedekap di depan dada. Mata elang dengan alis pedang milik pemuda itu sangat dingin tanpa bekas kasih."Zhen'er! Ling'er!" Jia Mi terpekik.Yu Shan dan Jia Mi yang sedang duduk menunggu kedatangan mereka berdua di ruangan itu pun menjadi terkejut bukan kepalang. Jia Mi sampai merasa hendak pingsan akibat terkejut hingga darah di tubuhnya serasa berhenti mengalir. Wanita itu memegang dada, seakan takut jika jantungnya melompat pergi. Yu Ling berusaha untuk bangkit, tetapi pinggangnya terasa sangat sakit hingga dia pun kembali terjatuh. Yu Shan dengan wajah marah berseru, "Ling'er! Jaga sopan santunmu!"Yu Shan mengira jika Yu Ling menabrak pintu akibat pengaruh mab
"Kamu bahkan belum melihatnya lagi semenjak hari itu, lalu bagaimana bisa dengan mudahnya kamu bilang tidak suka?" bertanya sang ibu sambil balas menatap Yu Ling."Tidak suka, ya tidak suka!" Yu Ling merasa sangat kesal dan mengibaskan tangannya dengan kasar. "Aku tidak mau!"Suasana yang tadinya hangat pun seketika menjadi kacau. Dua pasang manusia terus bertahan dalam kepentingannya masing-masing dan tak ada yang ingin menyerah. Yu Zhen memutuskan untuk bangkit dan berlutut di hadapan Yu Shan setelah menyimpan gulungan berharga itu di atas meja."Ayah, maafkan Zhen'er! Untuk sekarang, anak tidak berbakti ini tidak dapat menikahi gadis mana pun. Zhen'er masih harus menyelesaikan pelatihan ilmu yang masih dalam tahap penyelesaian." Ada nada memohon dalam suara Yu Zhen. "Ayah, Laoshi mengatakan, jika aku menyentuh seorang wanita sebelum ilmu yang sedang kupelajari selesai dengan sempurna. Maka ilmu yang telah aku latih sebelumnya akan hilang dan usahaku selama ini akan menjadi sia-si
"Kalau begitu cepatlah pergi! Aku tak sanggup mengejarnya." Yu Ling berkata sambil mengibaskan tangannya dan masih bersandar pada dinding."Baiklah, Tuan Muda Pertama." Huan Li mengepalkan kedua tangannya dan membungkuk."Hexia, kamu jagalah tuan muda." Huan Li berpesan."Baik." Wang Hexia mengangguk dan langsung menghampiri Yu Ling. Huan Li sendiri segera pergi menyusul Yu Zhen yang berlari cepat ke suatu arah.Wang Hexia lalu mengajak anak majikannya seraya memapah Yu Ling. "Tuan Muda, sebaiknya sekarang Anda kembali. Nyonya sangat khawatir dengan kepergian Anda berdua.""Baiklah." Yu Ling menyetujui. Dia pun berjalan kembali ke wisma dengan dibantu oleh Wang Hexia."Bocah bau itu tampaknya sangat marah kali ini." Yu Ling berkata pelan. "Aku khawatir kalau dia akan berbuat yang tidak-tidak.""Mungkin Tuan Muda Kedua masih belum dapat menerima keputusan Tuan Besar Yu. Memang tidak mudah melakukan hal yang tidak kita kehendaki." "Kamu pikir aku juga bisa menerima keputusan pria tua i
Tangan Yu Zhen menangkup, menutupi wajahnya guna meredam gejolak jiwa yang sedang sangat terguncang. Kekecewaan terhadap garis nasibnya sungguh menjadikan pemuda itu kian menyesali kenyataan, jika dia adalah tuan muda kedua Keluarga Yu yang seharusnya mendapat segala sesuatu tanpa kesulitan. "Aku hanya ingin menjadi orang bebas tanpa beban semacam itu." Mata Yu Zhen menghangat dan hidungnya terasa asam. Aliran air mata pun meluruh lepas tak dapat dikendalikan lagi. Meskipun dia adalah seorang praktisi seni bela diri yang cukup tangguh, tetapi hatinya tetaplah terdiri dari segumpal daging dan darah yang akan merasa sakit jika terluka.Hati yang berdarah di dalam sana memang tak ada yang mengetahui selain daripada dirinya sendiri dan Sang Pencipta. Mungkin dengan menjatuhkan air mata, setidaknya ada beban yang sedikit terangkat.Siapa bilang seorang pria tidak boleh menangis?Akibat terlampau larut dalam kekalutan, Yu Zhen sampai tidak menyadari akan adanya beberapa sosok pria tiba d
Meskipun Huan Li tidak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh sang tuan, tapi dirinya tidak banyak bertanya. Bagi pria muda itu, yang terpenting sekarang Yu Zhen sudah bersedia pulang kembali ke kediaman Keluarga Guo dan menghadiri acara perjamuan. Pengawal lain segera melaporkan perihal Yu Zhen kepada orang tuanya, sedangkan Huan Li terus mengikuti tuannya.Dikarenakan malam nanti adalah puncak acara dan Yu Zhen tak ingin menunda hal yang ingin dia lakukan. Yu Zhen sekarang terlihat sibuk di kamar yang ditempati bersama dengan sang kakak.Pemuda itu duduk sambil memegang pena celup dan tampak mulai menuliskan kalimat demi kalimat pada sehelai kertas sambil membacanya berulang kali. Saking seriusnya, terkadang ia tampak mengerutkan alis, memicingkan mata atau meremas kertas yang baru saja ia tulisi dan melemparkannya secara sembarangan, lalu menulis ulang hingga berulang kali.Huan Li yang setia menemani Yu Zhen sampai berulang kali menggelengkan kepala sambil terus menghaluskan batu