Seorang pelayan pria penjaga arak yang melihat kedatangan Yu Zhen. Lelaki itu bermata cekung, iris abu-abu seperti rambut dan jenggotnya. Ia juga memiliki sedikit bungkuk di punggung, tetapi ada kesan bijaksana, kesetiaan dan ketenangan pada wajahnya. Pria itu pun tak bisa untuk tidak bertanya, "Tuan Muda Kedua?"Yu Zhen berhenti sejenak di anak tangga dan menoleh. "Oh, Paman Sun rupanya. Salam, Paman." "Salam kembali, Tuan Muda Kedua." Paman Sun Tao membungkuk hormat dengan sedikit dalam. "Tuan Muda Kedua, siapakah wanita dalam gendonganmu itu?" tanya Sun Tao, salah seorang pelayan pria setengah tua yang memang sudah mengenalnya. Pelayan tersebut tengah menjaga pintu ruangan tempat penyimpanan arak."Aku juga tidak tahu siapa orang ini, Paman Sun. Kami menemukannya di jalan." Yu Zhen berkata jujur."Menemukannya di jalan?" Paman Sun Tao bergumam heran."Dia hantu." Yu Ling datang menyahut."Hantu?" Paman Sun Tao sampai terlonjak kaget dengan suara Yu Ling. Lelaki itu menoleh ke ara
"Salam, Paman. Salam, Bibi."Walaupun Yu Ling memiliki sifat yang terkadang membuat orang lain merasa kesal, tepi ia masih tetap menghormati saudara-saudara Yu Shan, ayahnya."Ling'er, jadi itu kamu?" Yu Shu menggerakkan kepalanya ke arah lain, mencari seseorang. "Aku tadi seperti mendengar suara adikmu.""Oh, Bocah Bau itu. Dia ke sana!" Yu Ling menunjuk ke arah kamar yang ada di ruang lainnya. "Dia juga membawa seorang hantu wanita yang kami temukan di pinggir jalan tadi.""Hantu wanita?" Yu Shu lagi-lagi dibuat tekejut oleh perkataan Yu Ling."Iya, Paman. Paman tinggal lihat saja sendiri." Yu Ling melangkah masuk dengan sedikit menabrak lengan Yu Shu sambil meneguk araknya."Paman, terima kasih atas hadiahnya. Aku suka arak ini!" Yu Ling mengangkat guci arak dengan wajah cerah. "Kamu ini!" Yu Shu berseru, mengangkat tangan dan lalu berkacak pinggang sambil menggelengkan kepala. "Heehh. Arak itu seharusnya satu minggu
Yu Zhen menggeleng. "Tidak terluka, tapi mengapa lenganmu ini berdarah?" Qu Fei tidak kalah khawatir. "Zhen'er, ikut bibi ke ruang pengobatan. Lukamu ini harus segera diobati. Qu Fei menarik tangan Yu Zhen untuk dibawa ke ruang pengobatan. Akan tetapi, Yu Zhen menahannya dengan lembut.Yu Shu memberi isyarat kepada Yu Zhen agar segera mengikuti Qu Fei. "Aku tidak apa-apa, Paman, Bibi. Ini bukan darahku," jawab Yu Zhen sambil menyingsingkan sedikit lengan bajunya, memperlihatkan jika tidak ada luka apa pun di sana.Demi melihat tangan Yu Zhen baik-baik saja, Yu Shu dan Qu Fei merasa lega. "Baguslah kalau kamu tidak terluka. Tapi, jika itu bukan darahmu, lalu darah siapa?" Qu Fei merasa penasaran. "Dia." Yu Zhen menunjuk ke dalam kamar, tepatnya ke arah wanita yang ia baringkan di atas pembaringan. "Dia?" Qu Fei memerhatikan secara saksama sesosok tubuh seorang wanita yang terbaring di atas pembaringan bersampul kain biru tua. "Siapa gadis itu, Zhen'er?""Zhen'er juga tidak tahu,
"Kami juga sangat tidak menyangka kalau para manusia bertopeng itu tiba-tiba datang menyerang kami. Aku bahkan sampai terpisah dengan Shi Qin, adikku!" Saat mengisahkan ini, mata Shi Qian terasa panas dan ada genangan air mata di sana. Sepasang mata besar yang berkaca-kaca itu tampak sayu namun terlihat semakin cantik. Terlebih lagi ketika ia berkedip dan sebaris bulu mata panjang nan lentik berhasil menjatuhkan air sejernih kristal di sana.Shi Qian menangis saat teringat pada adiknya yang juga lari entah ke mana saat mereka dikejar oleh beberapa manusia bertopeng yang membantai siapa pun dengan kejam.Saat gadis itu terisak sembari memeluk lutut, maka orang lain pun tak bisa untuk tidak merasa bersedih. Qu Fei ikut menitikkan air mata dengan hati dipenuhi keprihatinan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh bahu Shi Qian untuk menghibur nona ketiga dari Keluarga Shi. "Adik Qian, tenanglah. Kakak tahu kalau kejadian itu membuat semua orang merasa marah dan sedih. Kita hanya bisa berhar
"Kita benar-benar sial!" Seorang pria berbadan kekar dengan wajah bengis sangat ingin menghancurkan Yu Ling. Wanita yang semula menemaninya ternyata ikut berlari mengejar bintang idola. "Setiap kali dia datang, maka kita sudah tidak dianggap lagi oleh wanita-wanita di sini! Aku sungguh ingin menghancurkan wajahnya supaya dia tidak bisa berlagak sok tampan lagi di mana pun!" "Benar. Mari kita beri pelajaran kepada anak itu! Karena kalau terus dibiarkan, maka dia akan selalu menjadi pengganggu kesenangan kita!" Orang lain memprovokasi, seperti sengaja memanaskan suasana."Tunggu apa lagi? Ayo kita hajar dia!" Pria kekar bangkit dari duduknya, mengepalkan kedua tinju besarnya dan melakukan peregangan otot dan persendiannya mengeluarkan bunyi 'krek' hingga beberapa kali.Keempat pria berbadan besar dengan gaya busana etnik atau pajangan adat suatu suku dari padang pasir itu pun langsung mendatangi kerumunan di mana Yu Ling sedang dikerubung, dirayu dan dipuja-puja oleh para wanita cantik
"Cih, sampah berlian! Berlian apanya?" Seorang pengunjung berkumis tebal mencibir dengan sinis. "Dia hanya mengandalkan ketampanan dan kekayaannya semata untuk merayu wanita-wanita di sini.""Tapi setidaknya dia memiliki banyak uang dan rupa yang bagus. Itu masih lebih daripada orang lain yang tidak memiliki keduanya." Pengunjung lain menimpali.Pria berkumis tebal merasa tersinggung Ia sungguh ingin merobek mulut orang yang dianggap sedang membela Yu Ling. "Siapa orang lain yang kamu maksudkan itu, Du Meng?" "Siapa lagi memangnya? Tentu saja yang merasa." Orang yang dipanggil Du Meng menyahut dengan sikap acuh tak acuh."Kamu mengataiku?" "Menurutmu?" Du Meng melirik malas. Pria berkumis ingin menampar Du Meng yang sangat meremehkannya. Namun, suara bentakan keras seseorang terdengar bagai sambaran petir di siang hari bolong."Diam!" Pria berbadan besar yang menjadi pimpinan merasa kesal dengan keributan di sekitarny
"Tuan Muda Yu!" Qu Ying merasa sangat kecewa atas ucapan Yu Ling. Bahkan pemuda itu sekarang sudah menempel dekat dengan Qi Mei. Hanya melihatnya saja, hati Qu Ying merasa sangat sakit. Sudah berapa kali ia mencoba untuk mendapatkan Yu Ling, tapi selalu berakhir dengan kegagalan."Kakak Mei, kami juga ingin sekali-kali menemani tuan muda ini," ujar seorang gadis berbaju biru sambil merengut."Benar, Kak Mei. Kau tidak pernah memberi kami kesempatan untuk sehari saja dengannya. Kakak egois sekali!""Sudah! Sana kalian pergi!" Qi Mei dengan sengaja mengusir para gadis penghibur."Kakak ini, huh!" Gadis-gadis itu pun segera pergi dengan menahan kekecewaan masing-masing."Tuan Muda Yu, Kakak Mei merasa tidak rela kalau ada yang menyentuhmu. Tapi, dia sendiri juga sudah melayani banyak pria setiap harinya," ujar salah seorang dari kelima gadis penghibur.Perkataan itu sukses membuat Yu Ling seperti tak menginginkan Qi Mei lagi."Tuan Muda tampanku, jangan dengarkan mereka yang sangat iri p
"Tapi meskipun aku ingin dan bersedia menjadi istri simpanan, aku tetap tidak bisa. Karena dengan bekerja sebagai wanita penghibur di Sedap Malam, itu adalah caraku untuk membalas kebaikan orang yang telah merawatku sejak kecil." Kepala Qi Mei tertunduk dengan perasaan sedihMenjadi wanita penghibur memang bukan murni keinginannya. Dia memang harus melayani para tamu di tempatnya bekerja saat ini. Namun, di dalam hati Qi Mei hanya ada Yu Ling yang ia cintai dengan tulus."Aku akan menebusmu." Yu Ling berkata tegas, meyakinkan."Menebusku?" Qi Mei terkejut. Namun dia tidak meragukan sedikit pun akan ucapan Yu Ling. Pemuda ini sangat kaya raya, mana mungkin tidak akan mampu menebus dirinya?"Benarkah, Tuan Muda?" Qi Mei sangat gembira. Dia bangkit dari jatuhnya dan kembali memeluk Yu Ling dari belakang.Perasaan keduanya melayang, menikmati keindahan mimpi musim semi yang akan mereka lalui kelak. Pada saat keduanya begitu bahagia, baik Qi Mei ataupun Yu Ling, mereka berdua menjadi sang