Hati Alfa di liputi perasaan senang melihat seorang bocah laki-laki sedang bermain mobil remote control di depannya. Sesekali mata bulat si bocah melihat ke arahnya seolah mengatakan, “Aku suka dengan mainan ini,” dan sesekali juga senyum tak akan mahal terbit di bibir Alfa sebagai balasannya untuk tatapan terima kasih bocah itu.
“Di minum dulu, Al,” ucap Hesta yang baru datang sambil menyuguhkan segelas jus segar di meja tamu. Perempuan itu begitu menghafal kesukaan Alfa, hingga begitu Alfa mengabarinya bahwa dia akan datang ke rumah membawakan oleh-oleh untuk Alvaro dengan segera dia menuju supermarket terdekat untuk membeli buah mangga kesukaan Alfa. Kebetulan juga saat ini sedang musim-musimnya, jadi tidak terlalu sulit mencari buah itu.
“Terima kasih,” jawab Alfa singkat, matanya tak lepas memperhatikan Alvaro yang sibuk dengan mainan barunya. Berlari kesana kemari membetulkan arah mobilnya karena belum mahir mengoperasikan remote control di tangannya.
H
Hai gess ... semakin menuju yang seru-seru, ya. Alfa semakin meng-galau, ikutin terus yak😘
Melody berjalan sendiri di koridor kampus, Sisil sedang bersama Kevin di perpustakaan. Mengobrak-abrik isi perpustakaan untuk referensi skripsi Kevin. Melody yang sedikit badmood nggak mau berdekatan dengan dua sahabat konyolnya itu yang mengerjakan skripsi dengan bumbu-bumbu romantisme mereka berdua yang entah kenapa akhir-akhir ini bikin Melody sedikit baper. Dia memilih meninggalkan keduanya karena lima menit lagi kuliah terakhirnya di hari ini segera di mulai. Tergesa dia menuju kelasnya di siang panas padahal jam baru menunjukkan pukul sebelas siang. Baper Melody melanda ketika rindu mendera hatinya. Siapa lagi kalau bukan untuk kekasih dunia mayanya. Sampai dengan saat ini hubungannya dengan Ansya masih berjalan cukup manis. Perhatian Ansya membuat gadis yang belum pernah menjejakkan kaki di dunia percintaan itu melambung ke angkasa raya. Di balik keindahan dan rasa manis sekarang ini, Melody mungkin sama sekali tak mengira jika kedekatannya dengan cowok itu akan
Alfata Langit Angkasa. Lelaki dua puluh satu tahun yang memiliki garis keturunan Jawa-Manado. Berpostur tubuh ideal dengan tinggi kurang lebih 180cm dan berat badan 67 kg. Kulitnya putih segar dengan garis-garis macho yang membuatnya tampak begitu menarik perhatian. Hobi olahraganya berhasil membentuk body sixpack bak roti sobek di perut seksinya (jika saja ada yang berhasil melihat itu). Bisa benar-benar di buktikan ketika dia memakai kostum basket dan sedang bermain dengan anggota klub lokal di sport center komplek perumahannya meski itu hanya bisa terjadi satu minggu sekali, lebih tepatnya di hari sabtu sore. Untuk melihat kesempurnaan fisiknya di hari dan jam biasa jangan harap, karena cowok itu lebih menyukai memakai kaos santai yang menyembunyikan postur tubuh seksinya. Alfa bukan type yang suka tebar pesona atau pamer body menawannya untuk menarik perhatian lawan jenis. Dia lebih suka tampil simple tanpa menonjolkan kelebihan apapun tentang dirinya. Ke
Dua minggu kemudian dari segala cerita tentang Melody, Alfa dan Hesta yang sudah terjadi. ... "Kemana sih, Mel?" tanya Sisil penuh keheranan ketika Melody menarik tangannya secara paksa dan mengajaknya berlari tergesa padahal kuliah mereka baru berakhir dua menit yang lalu. "Ke gedung A, Es Batu lagi sidang skripsi hari ini di sana," jawab Melody sambil berjalan cepat tanpa melepaskan tangan Sisil yang masih erat di genggamnya. "Eh, pantesan beberapa waktu terakhir ini dia nggak pernah muncul di kelas kita, kok elo nggak pernah cerita, sih," ujar Sisil baru nyadar dengan nafas sudah ngos-ngosan berkat olah raga dadakan yang di adakan Melody. "Males bahas soal dia," jawab Melody singkat. Kekecewaan Melody yang belum hilang sepenuhnya setelah melihat apa yang terjadi antara cowok itu dan Hesta di ruang dosen masih tersimpan rapat di ingatan Melody. Gadis itu galau dengan perasaan yang ada di hatinya, dia nggak bisa mengartikan apa
Alfa segera melajukan mobilnya keluar dari area parkir kampus. Senyum tipis terukir di bibir merah mudanya. Sesekali ekor matanya melirik gadis yang duduk di jok sebelah. Dia lihat gadis di sampingnya itu sesekali melihat layar chat di handphone dalam genggamannya. Layar chat yang Alfa hafal betul tampilan foto profilnya meskipun nampak kecil. Foto profil mobil ferrari biru yang dia comot dari google pada waktu itu.“Kekasih dunia mayamu nggak akan menghubungimu, sayang, karena dia ada nyata di sampingmu sekarang ini,” batin Alfa dengan kilasan senyum smirk. Sejenak kemudian rahangnya nampak mengeras, namun sedetik pula dia kembali tersenyum tipis tanpa Melody menyadarinya.Aneh memang, setiap kali membayangkan hubungan manisnya selama ini dengan Melody dalam karakter Ansya, maka ada sesuatu yang menggumpal menyesakkan di hati Alfa. Bagaimana bisa Melody begitu perhatian dan menyayangi bahkan seseorang yang belum pernah dia temui sebelumnya. Sedangkan denga
"Elo hari ini yakin bakal selamat dari si janda lampir, Mel?" tanya Sisil kasak kusuk di ruang kelas mereka pagi ini. Tadi ketika berangkat kuliah dia sudah mendengar cerita lengkap mengenai keseruan first dating Alfa dan Melody. Termasuk sesi di restoran masakan padang yang melibatkan peran empat orang dosen. Wajar banget pertanyaan itu terluncur karena kelas pertama pagi ini adalah kuliah Hesta."Kalau gue dalam bahaya, elo yang paling pertama wajib nyelametin gue, karena elo yang tahu masalah gue," jawab Melody sambil tertawa."Gue berasa jadi anggota Tim Sar, harus ikut waspada dong," kedumel Sisil yang membuahkan senyum di bibir Melody. Tanpa di mintapun gadis itu tahu kalau sahabatnya ini akan selalu waspada untuknya.Isi kelas sudah lengkap ketika dosen cantik ber-make up lengkap itu menyembulkan sosoknya di ambang pintu. Wajahnya datar tak secerah seperti biasanya. Melody dan Sisil yang paling tahu alasan pastinya kenapa wajah cantik yang biasan
"Hei, sekali-kali kita jalan bareng yang santai dan sehat yuk?" ajak Dika pada teman sekelasnya. "Menurut elo, jalan santai yang sehat itu yang gimana bro?" tanya seorang cowok teman sekelas yang lain. "Jalan-jalan pagi hari? Di sini kota metropolitan, bro, meski pagi sama aja banyak tak sehatnya, udah polusi di mana-mana," perjelas yang lain. "Lagian gue kagak mungkin bisa bangun subuh-subuh," tolak yang lainnya. "Tenang-tenang, maksud gue nggak seperti itu para bro and sis," Dika kembali bersuara meredam suara yang mulai gaduh. Melody hanya duduk diam menyimak percakapan teman-temannya. "Gini ... gini ... ini masih jam tiga sore kan, kuliah kita dan urusan di kampus udah pada selesai, gimana kalo kita jalan ke taman dekat kampus kita ini. Itu yang di ujung sono," jelas Dika menunjukkan lokasi yang dia maksud. "Oh, di situ toh? Boleh sih, taman di situ cukup enak buat bersantai, ada pusat kuliner kaki lima, ada lapangan basketny
Bab 25 Galau“Mel, elo baik-baik aja, kan?” tanya Sisil pada Melody yang duduk diam di sampingnya dalam perjalanan pulang dari taman kota sore ini. Kemudi sengaja gadis itu yang pegang, tak akan rela dia menumpukan nasib hidupnya di tangan sahabatnya jika gadis itu nampak galau.“Kok gue pengin nangis ya, Sil?” tanya Melody dengan penuh kejujuran.“Ya udah nangis aja, stok tissue elo masih banyak, kan?” ucap Sisil dengan kalimat asal bicara.“Masih, kok. Tadi pagi barusan ambil stok tissue baru,” Melody masih sempat memberi jawaban lagi sebelum akhirnya tangis sesenggukannya pecah juga. Sekian menit menumpahkan air mata hingga ingus nempel di beberapa tissue kering yang bernasib nahas jadi hancur basah kuyup, hingga akhirnya gadis itu kembali tenang namun dengan efek suara sengau yang dia derita karena hidungnya sempat buntu sesaat ketika menangis barusan.“Udah lega abis nangis?&r
Beberapa bulan berlalu. Hubungan Alfa dan Melody belum ada kemajuan yang berarti. Alfa sibuk dengan mengelola usaha, dan tiap kali ketemu dengan Melody tetap saja kisah Tom and Jerry menjadi inspirasi mereka. Sedangkan hubungan Melody dan Ansya tetap manis seperti biasanya meski mereka sama sekali belum pernah bertatap muka walaupun sekedar video call saja. Ansya masih terlalu canggih untuk menyembunyikan identitas aslinya sedangkan Melody terlalu santai dengan hubungan manisnya dengan Ansya. Jujur, belum ada mimpi pasti untuk masa depannya yang dia rangkai saat ini bersama Ansya.Pagi ini, di depan cermin besar di kamarnya Melody mematut diri. Kemeja kerja resmi selayaknya orang bekerja menutup tubuh proporsionalnya. Warna dusty pink yang lembut berpadu dengan kulit putihnya membuat gadis itu begitu cantik. Sebuah rok span mini yang masih cukup sopan berwarna dark grey menjadi padu padan bajunya. Postur tubuh yang bagus dan warna kulit putih bersih yang di miliki oleh Melody